Cahaya redup itu memberikan sedikit penerangan di ruang gelapnya.
Disini hanya ada dua orang, Anjaya dan korbannya.Wanita yang mungkin sudah berumur 20 tahun itu terbaring lemah di atas brankar, sedangkan Anjaya duduk tenang sambil menunggu dia sadar.
Ruangan khusus dengan segala peralatan, mulai dari alat bengkel, alat dapur, alas elektronik, alat bangunan, alat rumah sakit dan alat bertani.
Semua tersusun rapi.Wanita itu mengerjab-ngerjabkan matanya berkali kali, tubuh yang terbaring lemah itu juga di liliti tali dibagian leher, tangan dan kaki.
"To.. Tol... Long.. Le... Pas... Passs... Kan aa kuuu" ucapnya pasrah
"Tidak akan mungkin gadis cantik, malam ini aku hanya ingin bersenang senang, mari kita bermain" ucap Anjaya dengan senyum devilnya.
Anjaya berdiri dari kursi putarnya lalu melangkah mendekati gadis itu, ia menatap wajah pucat dan mata biru indahnya.
"Kau cantik, tapi sayang kau harus pergi secepat ini"
"Aaa...ku... Mo... Honnn... Ja... Jaa.. Ngan sakit... Tiiii aakuuu"
Anjaya tersenyum lebar, bukan senyuman manis tapi senyuman mematikan, siapapun yang melihat senyuman itu maka akan menunduk ketakutan.
Keringat dingin bercucuran di pelipis gadis itu, tangannya gemetar, wajahnya pucat, tubuhnya pun sulit digerakkan.
Anjaya mulai memilih alat yang cocok untuk bermain, matanya tertuju pada peralatan bangunan.
"Paku dan Palu, kau akan bermain denganku" ucap nya lalu segera mengambil keduanya.
Ia melangkahkan kakinya kembali kearah wanita itu sambil memegang dua alat kesayangannya.
"Tangan kotormu itu sepertinya harus diberi sedikit pelajaran" ucap Anjaya
"Ampuni aku tolong... Aku... Ti.. dakkk...pernah mengganggumu"
"Aku senang dengan suara merdumu manisss"
Anjaya mengusap usap lengan wanita itu, lalu dia menancapkan pakunya, diikuti oleh gerakan palu yang menari keatas kebawah, darah berkucuran deras turun kelantai.
"Akhhhhh..... Akhhhhhh.... Sa.....kitttttt" jerit wanita itu
"Kaauuu...kauu...se...see...orrraa....rangg...psi....ps"
"Psikopat?" potong Anjaya
"Kau benar gadis manis, karena kau bisa menebak kepribadianku maka mulutmu akan mendapat hadiah spesial" sambungnya
Lagi lagi wanita itu dibuat bungkam, seakan apa yang akan dia katakan membawa malapetaka bagi dirinya.
Kalau bisa memilih, maka dia memilih untuk mati saat ini juga."Bu...nuhhh....akuuu...se...seka...ranggg"
"Oh no no no, aku tidak suka korban yang langsung is dead! Kau harus menikmati dulu hari hari terakhir hidupmu ini"
Anjaya kembali melangkahkan kakinya ke arah peralatan itu, kira kira benda apa yang cocok untuk mulut pintar wanita itu.
Yaps! Tang! Tang lah alat yang cocok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Psyco[Revisi]
FantasyFollow dulu baru dibaca ya Biasakan mengvote setelah atau sebelum membaca. Menghargai karya orang lain itu tidak merugikan siapapun. Jangan lupa follow akun wattpad ku ya.... Cerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh/tempat itu mungk...