PANDAWA LIMA

11 2 0
                                    

          Hari ini anak kelas sepuluh disibukkan dengan persiapan Sidang Bantara Pramuka yang dilanjutkan dengan perkemahan. Bisa dibilang angkatan ini adalah pionir terbentuknya Ambalan Pramuka di SMK Budi Pertiwi. Mereka mempersiapkan semuanya dari nol, seperti nama, logo, dewan, adat, sandi dan pusaka ambalan. Sebagai peserta sidang mereka juga sekaligus menjadi panitia dari mulai menyiapkan tempat, konsumsi dan izin kegiatan.

"Rey logo udah beres?" tanya Adit.

"Dikit lagi." Jawab Rey yang masih berkutat dengan laptop nya untuk mengedit logo ambalan.

           Sementara yang lain sibuk mengumpulkan data dan persiapan lain, Bella dan Adel malah sibuk dengan handphone nya. Membuat yang lain merasa jengah melihatnya, tapi tidak berani menegur, alasannya karena Bella bukan orang biasa, orang tuanya masih berkerabat dengan pemilik yayasan, sehingga ia memiliki posisi spesial disini.

"Rincian keuangan mana yah?" Tanya Ana yang baru saja datang sambil membawa surat izin kepala sekolah.

"Ana sini deh." Indira menariknya ke sudut kelas.

"Tadi gue sama yang lain lagi pesen tenda sama lampu, itu si Bella sm si Adel malah ketawa-tawa nonton Youtube mulu harusnya mereka bikin rincian keuangan." Jelas Indira setengah berbisik.

           Ana merasa kesal mendengar cerita Indira, ia dan yang lainnya merasa kewalahan mempersiapkan semuanya, sementara mereka berdua sibuk nonton Youtube. Ana melangkahkan kakinya menghampiri mereka berdua, Indira sempat menahannya tapi Ana bersikukuh untuk mengahampiri Bella dan Adel.

"Mana rincian keuangan?" Tanya Ana mengagetkan Bella dan Adel.

"Itu di Nesya." Jawab Adel singkat dan melanjutkan gamenya.

"Yang jadi juru uang siapa?!" Ana berusaha untuk tidak berteriak.

"Ya udah sebentar." Bella mematikan handphone nya, disusul Adel yang mengambil buku dengan gerakan malas.

           Semua orang di kelas melihat bagaimana Ana menegur Bella dan Adel, ia menegurnya tanpa rasa ragu sedikitpun. Tanpa yang lain tau, Rey juga melihat kejadian itu, bahkan ia membuka telinga nya baik-baik. Semua yang Ana katakan terekam pada Lobus Temporal di dalam otak Rey, perkataannya cukup singkat tapi berhasil membuat orang lain mengikuti perintahnya.

"Rey?" Ana menghampirinya. Sebenarnya malas sekali harus membuka pembicaraan dengan laki-laki es batu ini.

"Hm?" Jawab Rey singkat.

"Ini rundown acara udah gue buat." Ia menyerahkan kertas berisikan susunan acara kegiatan besok.

"Kok lo buatnya fleksibel sih waktunya?" Tanya Rey dengan suara sedikit tinggi.

"Besok kita belum pasti bakalan mulai sidangnya jam berapa, lagian kakak Pembina nya juga gak ngasih kepastian jam berapa upacara pembukaannya." Jelas Ana yang mulai terpancing emosi.

"Ini kan acara kita yang buat, kalau mau juga mereka harus bisa menyesuaikan dengan rundown acara yang udah kita buat." Rey membantah pendapat Ana.

           Mereka berdua memang ditunjuk untuk menjadi juru giat dalam Ambalan ini, karena Rey memiliki keahlian di bidang desain maka ia juga mendapat tugas untuk membuat Logo Ambalan, sementara Ana yang senang membuat puisi juga mendapat tugas tambahan untuk memuat Sandi Ambalan.

"Jadi ini gimana?" Tanya Ana yang sekuat tenaga menahan emosi yang hampir meledak.

"Kan gue udah bilang rundownnya jangan fleksibel, artinya lo tulis waktu-waktunya, dimulai jam empat sore." Rey menjelaskan panjang lebar pendapatnya pada Ana.

Teman Sekelas (please say) Teman SekilasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang