Hari selanjutnya setelah peristiwa hukuman dari bu Erni rasanya suasana kelas berbeda. Bukan hanya dirasakan oleh Ana dan Indira sebagai orang yang tersalahkan atas masalah ini, tapi juga sangat dirasakan oleh Kalila yang baru saja kembali masuk setelah kondisinya sudah kembali pulih.
"Kal gue sama Adel minta maaf yah." Bella mendekati Kalila.
"Eh tenang aja, gue gak apa-apa kok."
"Bener lo gak apa-apa?"
"Suwerrrr."
"Nanti kalo lo ngerasa gak enak badan bilang aja ke gue atau Adel."
"Iyah, makasih yah Bell."
"Jangan bilang ke satu orang aja, apalagi orang itu." Bella berkata sambil melirik Ana.
Kalila merasakan memang ada sesuatu yang tidak beres diantara teman-temannya. Apa jangan-jangan ini berhubungan dengan kejadian sakit nya ia kemarin membuat teman-temannya saling menyalahkan.
"Oh iyah, nanti istirahat lo ikut gue, Adel, Nesya, Zahra, Mika sama Nisa beli baso yu!"
"Mmmmmm...."
"Lo gak alergi baso kan?"
"Sebenernya gue.."
"Lo alergi baso??"
"Sebenernya gue doyan kalo baso." Jawaban Kalila membuat mereka berdua tertawa.
"Ana sama Indira juga ikut?" Tanya Kalila yang masih belum tahu apa yang terjadi.
"Ih males banget!" Jawab Bella ketus.
"Loh, kenapa?"
"Nanti deh di kantin gue cerita."
Rasa penasaran Kalila masih belum terpecahkan, tapi mendengar perkataan Bella tadi ia dapat menyimpulkan bahwa sedang ada perang dingin antara Bella, Adel, Mika, Nesya, Zahra dan Nisa dengan Ana dan Indira. Sebelum ia mendengar penjelasan dari pihak Adel, ia harus juga mendengar penjelasan dari Ana atau Indira agar ia dapat memastikan keadaan sebenarnya seperti apa.
Terkadang seperti itulah pertemanan, tidak semua orang terlibat dalam masalah dan bahkan tidak semuanya tahu apa masalahnya, hanya cukup mendengar cerita dari seseorang yang dianggap sebagai teman dekatnya dan langsung berspekulasi bahwa apa yang diceritakan temannya adalah benar, sesuai fakta dan kenyataan. Lantas ia ikut menjauhi orang yang dibenci sahabatnya, padahal ia sama sekali tidak tahu menahu apa urusannya dan bagaimana siatuasi saat itu, ia juga tidak tahu apa yang ada dalam pikiran orang yang menjadi target amarahnya.
~oOo~
Pelajaran Seni Budaya adalah salah satu pelajaran yang Ana suka, dengan pengecualian bukan materi Seni Musik. Ana suka melukis, menggambar, mewarnai, membuat drama atau teater, menari, dan membuat kerajinan tangan dalam materi pelajaran ini namun ia sangat tidak suka bernyanyi dan bermain musik. Seperti sebelumnya, Ana pasti memiliki alasan yang kuat atas apa yang ia pilih dan apa yang ia tidak pilih.
"Ibu mau kasih tugas melukis untuk dua minggu ke depan." Ibu Dwi guru mata Pelajaran Seni Budaya menjelaskan.
"Ukuran kanvas dan jenis cat yang digunakan terserah kalian, tapi disini ibu mau membuat kelompok yang terdiri dari dua orang setiap kelompok."
"Bu gak bisa sendiri-sendiri aja?" Tanya Adel.
"Kelompok ini tujuannya untuk menghemat biaya pengeluaran kalian."
"Bu kelompoknya pilih sendiri yah?" Nesya menyahut.
"Engga, kelompoknya sudah ibu pilihkan."
"Yah bu, saya takut kebagian sama orang yang tukang ngejatuhin temen sendiri." Bella tiba-tiba nyeletuk diikuti gelak tawa temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Sekelas (please say) Teman Sekilas
Fiksi RemajaRatusan senyum yang pernah terukir dari ribuan waktu yang telah dilalui menjadi jutaan cerita yang tertulis. Inilah kita pada akhinya, Kita yang dulu pernah berjuang bersama mencari bahagia namun pada akhirnya semua dapat terlupakan dengan begitu mu...