Main challenge yuk?
Caranya; kalau vote dicerita ini bisa dapet 100 dalam dua hari. Pina bakalan double update deh. Gimana? Mau?
Biar yang siders ga pada diem-diem bae, uhuk 😈
Setelah memarkirkan Tutu dan memberi ucapan selamat pagi. Taehyung meninggalkan Tutu bersama teman-teman mobilnya yang ada di pelataran rumah sakit. Taehyung pun berjalan cepat menuju ruangannya. Sambil mulutnya yang komat kamit seperti mbah dukun baca mantra.
Suasana rumah sakit masih sepi, tidak seramai saat siang, sore, bahkan malam. Hanya ada keluarga dari perawatan yang menginap di sini yang lalu lalang.
Ingin sekali Taehyung segera sampai ke ruangannya. Tapi dia harus absen dulu di ruang resepsionis. Karena memang absennya ada di sana.
Di meja resepsionis sudah ada seseorang yang memang selalu datang pagi sekali seperti ini. Siapa lagi kalau bukan, si resepsionis yang memakai riasan super tebal dengan alis yang menyambung seperti jembatan Sungai Han. Dan juga, resepsionis yang sering menggoda Jungkook jika adiknya itu ke sini.
"Jung Minten. Di mana absennya?" tanya Taehyung yang menanyakan absen berupa buku yang harus ia tanda tangani. Tentu saja hal itu masih berlaku untuk rumah sakit ini. Padahal sudah ada teknologi yang lebih canggih untuk hanya sekedar absen. Tapi rumah sakit ini tidak memberlakukan hal itu. Mungkin rumah sakit ini ingin memiliki tanda tangan orang tertampan di dunia untuk dijual?
"Eh? Taehyung oppa. Di mana adikmu?" Jung Minten malah balik bertanya.
"Mana aku tahu? Cari saja sendiri. Cepat. Mana absennya?!" Taehyung jadi semakin kesal saat menghadapi orang seperti Minten ini. Apalagi sekarang ia sedang badmood.
"Kau sedang kedatangan tamu bulanan, ya? Galak sekali." Minten menebak sambil memberikan buku absen pada Taehyung.
Taehyung mengambilnya lalu, menandatangani. Kemudian ia menghela napas, "Minten aku ini lelaki tulen kalau kau lupa! Mana ada lelaki kedatangan tamu bulanan? Kau memang sudah gila."
Setelah mengatakan ucapan yang menurut Minten pedas, Taehyung berjalan menuju ruangannya. Masih pagi sudah disuguhkan dengan banyak hal yang membuatnya badmood. Kan kesel.
"Hiii, ganteng-ganteng mulutnya pedas!" sindir Minten dalam hati.
Akhirnya sampai juga. Taehyung mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Lalu ia mengecek daftar pasien yang akan berkunjung hari ini. Maksudnya, pasien yang ada jadwal kontrol padanya hari ini. Semoga saja nanti tidak ada pasien tambahan, karena Taehyung tidak ingin menangani pasien dalam keadaan mood nya tidak baik seperti sekarang. Katanya takut kalau nanti dia bukannya memberi vaksin, malah memberi racun. Kan bahaya.
Taehyung bersender pada punggung kursi. Menengadah melihat langit-langit ruangan yang berwarna putih. Matanya yang tajam tertutup. Kemudian hidung bangirnya menarik napas pelan, lalu dibuang perlahan. Begitu ia ulang beberapa kali. Kata temannya; dokter psikiater, kalau kalian stres atau sedang banyak pikiran. Lakukan saja hal itu, itu akan membuat kalian sedikit lebih tenang.
Benar memang, rasanya menjadi lebih baik. Pikirannya kini kembali mendingin. Tapi matanya tak kunjung dibuka. Karena masih ada satu terapi lagi. Yaitu; mengingat kenangan-kenangan yang bahagia. Kini otak kecilnya berputar kembali pada saat ia kecil.
Flashback on
Ketiga anak keluarga Kim yang sederhana ini, sedang main bersama di ruang tengah. Tentu saja setelah ritual mandi yang dilakukan kakak-kakak mereka. Jimin dimandikan Yoongi, Taehyung dimandikan Namjoon, dan Jungkook--makhluk yang beruntung karena dimandikan oleh Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci || [END]
Fanfiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Jungkook punya enam kakak. Kadang ada yang bikin sayang. Kadang ada juga yang bikin benci. Tapi bisa dibilang, dia sayang semuanya. Cuma, kalau ada yang tanya, "Paling benci sama siapa?" Tanpa berpikir panja...