Mau ga kita main QnA dulu? Tanya-tanya apa aja tentang cerita ini boleh kok. Kali aja ada yang masih bingung atau ga nyambung.
Emm, tentang Pina juga boleh 👉👈
Tanya dong! Pina gabut 🐯
Jungkook tidak ingat apa yang terjadi semalam. Yang ia ingat hanya mendengar suara Taehyung yang membangunkannya. Setelah itu ia mendengar langkah kaki seperti berlari keluar kamarnya. Kemudian tak lama setelah itu, kembali lagi. Juga dia sempat ingat, Taehyung memeriksanya. Lalu tangan kirinya terasa nyeri seperti ada jarum suntik yang menancap di sana. Sudah, hanya itu saja yang Jungkook ingat.
Pagi ini, saat Jungkook membuka matanya. Rasa pening di kepalanya masih ada, tapi tidak sepening kemarin. Ia pun mengernyitkan dahinya, untuk mengurangi rasa itu. Sebab tanganya tidak bisa digerakkan.
Bagaimana bisa? Tanganya sudah dibuat guling oleh kedua kakak kembarnya. Kasur yang terasa luas pun kini menjadi sempit. Tapi Jungkook suka berada di tengah sang kakak seperti ini. Dia merasa disayang sekali, jadi dirinya bangga menjadi anak bungsu. Sangat menyenangkan!
Jungkook mencoba dengan tenaga yang seadanya untuk melepaskan tanganya dari pelukan itu. Tapi tidak berhasil. Ini mereka yang terlalu kuat atau Jungkook yang sakit jadi membuatnya lemah?
Tapi, berkat kepekaan Jimin akan sesuatu. Jimin jadi terbangun akibat sedikit gerakan yang mengganggu tidurnya. Dengan mata sipit yang bertambah sipit, ia berkata, "sudah bangun, Kook?"
Jimin melepaskan tangan Jungkook. Lalu mengucek kedua matanya, berusaha menghilangkan kotoran yang menempel. Dirinya masih belum sepenuhnya sadar. Tapi ia ingat apa yang terjadi semalam. Jungkook yang tiba-tiba demam, lalu ia menangis karena perasaan bersalah.
"Kook, maafkan Jimin hyung ya. Ini semua pasti karena kau makan es krim banyak sekali. Setelah ini aku akan menjual mesin penyimpanan es krim itu ke tetangga saja. Hyung tidak ingin melihatmu sakit seperti ini, " ucap Jimin sambil memberi kecupan pada dahi Jungkook.
Tentu saja masih ada plester penurun demam di sana. Jimin lupa akan hal itu. Tapi kini Jimin bisa tahu jika plester tersebut juga ikutan panas. Ah, mungkin sudah minta diganti. Jimin pun bangun dari tidurnya, lalu meraih nakas dan mengambil plester yang baru.
Sementara Jimin memakaikan plester pada dahinya, Jungkook tidak sengaja melirik jam. Jam di sana sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Astaga! Aku ada kelas pagi, hyung." Jungkook bangun dari tidurnya. Untung saja Jimin sudah memakaikan plester itu padanya.
"Tenang saja, Kook. Tadi Seokjin hyung sudah minta izin pada dosenmu." Itu Yoongi yang baru saja masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman. Sebab obat Jungkook sudah ada di nakasnya.
Setelah mendengar penjelasan sang kakak. Jungkook bisa bernapas lega. Kemudian menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang dengan bantuan dari Jimin. Dan gerakan tersebut berhasil membuat tidur seorang Kim Taehyung terusik.
Jimin mengambil nampan dari Yoongi dan meletakkan minuman di nakas, sementara mangkuk yang sudah berisi bubur itu ia bawa.
"Yak! Kim Taehyung bangun! Jangan kebo terus!" kelakar Yoongi dipagi hari. Ditambah dorongan kakinya untuk Taehyung. Jahat sekali kau, Yoon!
"Aiissh, jangan tendang aku hyung! Sakit!" Sudah tahu kakaknya membangunkan dirinya. Tapi apa yang Taehyung lakukan saat ini? Ia malah merangkul kaki Jungkook untuk dijadikan guling.
"Yak! Adikmu sedang sakit. Kau bukannya mengobatinya malah tidur." Sekali lagi Yoongi menendangnya dan berhasil menyadarkan Kim Taehyung pada keadaan yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci || [END]
Fanfiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Jungkook punya enam kakak. Kadang ada yang bikin sayang. Kadang ada juga yang bikin benci. Tapi bisa dibilang, dia sayang semuanya. Cuma, kalau ada yang tanya, "Paling benci sama siapa?" Tanpa berpikir panja...