02 : The beginning of Everything

34 8 1
                                    

Setelah kepergian Bu Evi tadi, kelas menjadi ramai bak di pasar ikan. Senya memilih tidur, sedangkan Iris sibuk dengan ponselnya.

"Sen!!"

Mendengar namanya disebutkan, mata Senya kembali terbuka lebar.

Disitu, Mahesa sudah duduk menghadap Senya.

"Senyaa!!!" panggil Mahesa, karena orang yang ia panggil tak membalasnya. Padahal, saat ini Senya sudah menghadap Mahesa.

"Ih lo dipanggil nggak nyaut, budek?" ledek Mahesa.
"Hnn" balas Senya, "langsung aja, mau apa?" ucap Senya, begitu dingin.

"Gue pinjem penggaris dong.. yah.. yah..???" ucap Mahesa, dengan raut wajah memohon. Senya langsung mengambil penggaris plastik berwarna ungu gelap miliknya, lalu meminjamkannya pada Mahesa. "Udah jangan ganggu gue, gue mau tidur." ucap Senya singkat, lalu melipat tangannya diatas mejanya dan menjadikannya bantal.

"Yee.. ni anak kerjaannya tidur mulu.." ledek Mahesa.

"Hmm.." gumam Senya.

"Lo nggak mau kenalan apa sama temen temen baru!"
"Berisik lo, Hes!" geram Senya, pasalnya, Mahesa tak bisa diam dan terus nyerocos. Sedangkan dirinya sangat mengantuk dan ingin segera menenggelamkan dirinya pada dunia mimpi.

"Hesa, lo kenal sama dia?" ucap teman sebangku Mahesa.

"Oh, dia sekompleks sama gue, dan kami selalu satu sekolah. Yah, walau nggak selalu sekelas" jawab Mahesa. "Ngapain lo nanya nanya gini, Han?" kini, Mahesa yang balik bertanya.

"Nggak.. kepo aja, abis kalian kelihatan akrab" jawab cowok itu dengan santainya. "Eh tapi yah, gue kayak pernah ngelihat nih cewek deh" ucapnya lagi.

"Ah, kitakan satu sekolah. Mungkin lo liat nggak sengaja aja liat dia" ujar Mahesa, temannya itu hanya mengangguk, "iya kali ya."

Tak selang lima belas menit, Mahesa memanggil Senya lagi. Ugh, apa yang ia mau pinjam sekarang?

"Apaan?" ucap Senya ketus.
"Sante ae lah, Sen! Gue mau minjem penghapus dong!"
"Dasar nggak modal. BTW buat apasih, orang nggak ada guru yang ngasih tugas pula?" tanya Senya, sambil menyerahkan penghapus berbentuk anak ayam pada Mahesa.

"Kepo aja lo!" ucap Mahesa, begitu mengambil penghapus dari tangan Senya. "Oh ya, nih penggaris lo.. thanks!" ucap Mahesa lagi.

"Hmm"

***

Allen berjalan menuju meja Gilang. "Lang!" panggilnya, begitu sudah sampai dimeja Gilang. Gilang menaikkan salah satu alisnya, "ada apa?" tanyanya.

"Lo udah nentuin jadwal piketnya..?" tanya Allen.
"Noh, lu tanya aja ama sekretarisnya" ucap Gilang dengan santai, sambil menunjuk kebelakangnya dengan ibu jarinya.

"Dasar ketua jelas nggak bertanggung jawab.." ledek Allen.
"Gue udah nentuin kelompoknya, si Fara cuma tinggal nulis aja, gimana? Masih bilang gue nggak bertanggung jawab?" balas Gilang yang tak terima dirinya dibilang tak bertanggung jawab oleh Allen.

Speechless. Allen terdiam, tak bisa membalas kata kata Gilang, akhirnya ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "iya deh" pasrah Allen.

Allen kemudian menuju kemeja Fara, lalu menyapa gadis yang tengah sibuk menulis itu. "Fara! Gimana jadwal piketnya?" ucap Allen, yang sontak membuat Fara terkejut.

"Ini udah mau selesai kok, tadi Gilang udah nentuin kelompoknya, aku tinggal nyalin aja.." ucap Fara, jujur apa adanya, atau kelewat polos? Padahal niat Allen menanyai itu padanya agar ia bisa melawan Gilang.

Gilang kemudian menghadap pada Allen, yang otomatis menghadap kebelakangnya juga. Lalu tersenyum miring, tanda kemenangan dari Gilang.

"Ya udahlah, kalo udah selesai kita langsung ke ruang Bu Evi aja" pasrah Allen.

KISAH KITA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang