Part 6

397 24 7
                                    

Happy reading 🧡🧡

~~~~~~

      Disiang hari yang terik, jadwal kelas Ify untuk olahraga. Dan Ify benci itu. Ia termasuk orang yang lemah dalam pelajaran tersebut, terlebih dalam bola basket.

Dan untuk kali ini Ify berharap agar pelajaran olahraga ini ditiadakan karna hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur, atau gempa misalnya?

Ify benar-benar membenci pelajaran satu itu, wajar kan ia berharap seperti itu?. Namun seperti nya harapan Ify agar hujan datang tidak terkabulkan, buktinya siang ini matahari bersinar dengan angkuhnya.

Berdoa saja agar kali ini bukan basket yang menjadi pilihan gurunya untuk mengajar. Dan lagi kesialan menimpa Ify  melihat dua anak laki-laki kelasnya berjalan dari arah gudang dengan membawa bola basket ditangannya.

"Kali ini, kalian akan praktek mendribble bola basket dan memasukkan nya ke ring". Setelah menjelaskan materi, Pak Zoe mempraktekkan terlebih dahulu sebagai contoh.

"Afran.." Pak Zoe mulai memanggil siswanya sesuai absen untuk mengambil nilai praktek.
Afran melakukanya dengan sempurna tanpa merasa kesulitan yang berarti.

"Alyssa.." Kini giliran Ify yang maju. Untuk pertama kalinya, ia merutuki nama depannya. Entahlah, hari ini begitu tidak berpihak pada Ify.
Kenapa harus A bundaa? Jerit Ify dalam hati.

Dengan berat hati, Ify melakukan apa yang dicontohkan oleh gurunya. Ify sangat kesulitan melakukannya, terlihat dengan si bundar oranye yang sesekali terlepas dari tanganya membuat Ify berlari mengejar mengikuti gelindingan bola itu.

Sekarang giliran Ify memasukkan bola itu kedalam ring yang tingginya sangat jauh dari Ify. Dan Shoot... lemparan Ify melesat jauh.

"Nilai mu sangat buruk Alyssa" Pak Zoe mengatakan itu dengan gelengan pelan.

Ify yang mendengar ucapan gurunya itu hanya mendengus tak ketara.
Heii, ayolah. Berat bola itu tak sebanding dengan tangan mungil Ify, ditambah dengan ring basket yang tingginya tak kira-kira menurut Ify.

"Gapapa Fy, gue juga nggak bisa basket kok" Hibur Shilla saat Ify kembali bergabung dengan ketiga sahabatnya.

"Seenggaknya loe nggak seburuk gue" kesal Ify merutuki dirinya yang sangat lemah jika dihadapkan dengan bola.

Cakka yang sedari tadi memperhatikan Ify terkekeh melihat kekesalan yang tampak diwajah sahabat cantiknya itu. Saat ini memang Cakka tidak menemani Ify, biarlah Ify bergabung dengan sahabat barunya. Ia tidak ingin mengganggunya dan memilih bergabung dengan para lelaki.

"Baiklah, semua berkumpul." Teriak pak Zoe mencuri perhatian anak didiknya.
"Dan untuk Ify, kamu kembalikan bola basket itu kegudang" Perintah pak Zoe melihat nilai Ify lah yang paling hancur diantara yang lainya.

Tolong, hari apa ini? Kenapa kesialan menghantamnya bertubi-tubi?.
Gudang? Kalian sudah tau kan kalau Ify tidak suka gelap? Dan sekarang ia disuruh ke gudang yang notabenenya adalah salah satu tempat yang Ify hindari, apa ada lagi yang lebih parah dari ini?

Pertanyaan-pertanyaan mulai memenuhi kepala mungilnya itu.

"Biar saya namenin Ify pak." Usul Cakka kepada gurunya.

"Nggak perlu, lagian cuma dua bola basket ini, sendiri bisa lah. Ya kan Fy" Ify yang ditanya seperti itu hanya mengangguk terpaksa.

"Pak, saya izin ke toilet sebentar." Izin salah satu siswa bernama Obiet setelah Ify beranjak.

"Ya silahkan"

Agni memandang kepergian Obiet dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah mengapa, perasaanya menjadi gundah.

"Emm. Pak, saya juga izin ketoilet" Izin Agni. Ia merasa feelingnya tidak enak.

Ia pun langsung beranjak setelah mendapat izin dari Pak Zoe. Bukan untuk pergi ke toilet, melainkan untuk mengikuti kemana Obiet pergi.

Tak lama setelah Agni pergi, Cakka langsung berdiri dan melenggang pergi tanpa berpamitan pada sang guru.

"Dasar anak jaman sekarang" Gumam pak Zoe miris melihat anak didiknya.

Sedangkan didepan Gudang, Ify sedang bingung. Masuk atau nggak?.
Ify mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Kosong. Yaiyalah, ini kan masih jam pelajaran.

Akhirnya, Ify pun menutuskan untuk masuk. Dengan segenap keberaniannya, perlahan ia membuka pintu gudang. Tunggu, itu tak seburuk pemikirannya. Tidak terlalu gelap saat pintunya dibiarkan terbuka.

"Nah udah beres" Saat ingin membalikan badan, tiba-tiba pintu tertutup dengan cepat.

"Ss-siapa?" Tanya Ify bergetar saat melihat bayangan didepannya.

"Nggak usah takut gitu cantik, gue nggak bakal nyakitin loe kok" Ucap seorang yang Ify yakini adalah pria.

"Jangan mendekat" Tukas Ify semakin takut melihat orang tersebut semakin mendekat.

"Oh ayolah, nggak usah sok jual mahal gitu. Bitch." Dalam kegelapan, pria itu menyeringai yang menambah suasana semakin mencekam. Ditambah, posisi yang tidak memungkinkan Ify untuk kabur.

"Ya tuhan, tolong Ifyy" Batin Ify berteriak ketakutan dengan menutup matanya erat-erat. Apalagi saat ini orang itu semakin mempertipis jarak diantara mereka.

Brakk

Tubuh Ify langsung ambruk kelantai, ia terduduk dengan perasaan leganya. Untuk kali ini, Ify sangat bersyukur karna doanya dikabulkan. Terlihat seorang siswi mendobrak pintu gudang dan segera mendorong pria tersebut hingga terbentur rak yang berisikan bola.

"Jangan sekali-kali loe nyentuh nona!" Geram siswi dengan mencengkeram erat kerah baju sang pria yang menyebapkan sulit untuk bernafas.

"Hiks hiks" Tangis Ify terdengar disudut ruangan mengalihkan perhatian siswi yang langsung menyentakkan tangannya dari kerah baju pemuda kurang ajar.

"Udah Fy, loe aman sekarang" Tenang siswi penyelamat itu dan langsung membawa Ify ke UKS meninggalkan pemuda yang masih berusaha untuk menghirup udara.

Sementara dilain tempat yang tak jauh dari gudang, tampak seorang pemuda tengah memperhatikan kejadian didalam gudang itu. Niatnya untuk masuk ia urungkan ketika melihat seorang siswi keluar dengan dipapah oleh siswi lain.

*****

"Fy, ya ampun Ag. Ify kenapa?" Tanya Via gaduh saat masuk UKS.

"Ssttt, jangan berisik Vi" Tegur Agni pada Via dengan menunjukkan Ify yang tengah tertidur

Ya, Via dan Shilla langsung menuju ke UKS setelah menerima pesan dari Agni.

"Sebenernya ada apa Ag?" Tanya Shilla yang terlihat lebih tenang.

Agni pun menceritakan kejadian dari awal kepada sahabatnya. Benar, siswi yang menyelamatkan Ify adalah Agni. Sahabat Ify sendiri.

"Gue nggak nyangka Obiet bisa ngelakuin hal kayak gitu" Gumam Shilla lirih setelah mendengar penjelasan dari Agni. Ia menatap Ify prihatin, pasti sahabatnya itu sangat ketakutan.

"Sekarang gue minta tolong sama loe buat ngasih tau kabar Ify ke Rio sama yang lainnya." Ujar Agni santai pada Via

"Nggak ada, kenapa nggak loe aja?" Protes Via.

"Pliss Vi, loe kira nggak sakit apa dobrak pintu gudang" Ucap Agni dengan wajah jengkelnya.

"Yaudah deh, kalo gitu gue berdua sama Shilla," Tawar Via.

"Shilla biar ngobatin gue disini, tangan gue berdarah tadi kegores sudut besi," Agni menunjukkan luka lengan atasnya yang baru disadari oleh keduanya.

"Kalau gitu, biar gue aja yang ngobatin luka loe." Bujuk Via sedikit memohon.

"Nggak! Yang ada luka gue tambah parah kalau loe yang pegang." Tolak Agni mentah mentah.

"Yaudah deh iya" Ucap Via setengah tidak ikhlas.

*****
Tiga part buat hari ini😁
See you 💖

#5TILLRFM

Pekalongan, 2 Mei 2020

The GuardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang