Debat

16 2 0
                                    

"Gue gak suka warna ijo"

"Mba aku mau ini ya"
"Berapa hari kira-kira bisa sampe rumah?"

Bima mengepalkan tangannya, ia merasa tidak dianggap oleh perempuan yang sedang berjalan dan berdiskusi dengan sales furniture itu.

Ia menarik kasar tangan perempuan itu, sementara Sanga sales segera melarikan diri tidak ingin terlibat dengan sepasang suami istri yang baru-baru menikah ini.

"Apa sih sayang?"

"Cih"

Ia menghempaskan tangan perempuan itu tanpa perasaan.

"Gue bilang gue gak suka warna ijo, gue gak mau beli sofa itu"

"Lo mau beli warna apa?"

"Coklat"

"Oke kita beli itu"

Bima mengernyitkan bingung dengan tingkah laku perempuan itu, namun ia tidak mau berdebat sekarang. Tanpa dia sadari ternyata banyak ibu-ibu yang sedang memperhatikan mereka berdua membuat Bima menghembuskan nafasnya berat. Lalu ia berjalan mengikuti perempuan yang sudah menjadi istrinya semenjak satu Minggu lalu.

***

"Lo bilang Lo mau beli sofa warna coklat, kenapa ijo lagi ijo lagi begok"

Bima kesal dengan pola pikir Salma, kenapa bisa-bisanya sofa yang datang malah yang ia paling tidak suka.

"Yang bilang mau beli sekarang siapa? Itu gue bilang mau beli buat bulan depan ko kalo lantai atas udah selesai kita rapihin"

"LO" Bima nunjuk salma tepat di depan mukanya. Namun Salma tidak memberikan ekspresi apapun selain wajah polosnya yang membuat Bima semakin ingin merobek wajahnya.

"Gue mau pergi" sungut Bima tanpa menoleh lagi ke belakang,

"Oke hati-hati ya" jawab riang Salma yang di jawab dengusan kesal oleh Bima.

Salma melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Salma bukan perempuan polos yang tidak tau bagaiman gemerlap indahnya dunia malam, dulu sebelum pernikahannya dengan Bima, ia sering kesana icip-icip minuman baru yang sahabatnya racik dengan berbagai rasa buah-buahan disertai alkohol di bawah 10%.

Salma sedikit menghembuskan nafasnya berat, ia akan memberikan Bima waktu selama satu bulan untuk bersenang-senang setelah itu ia akan menyadarkan Bima jika hidupnya yang dulu bukanlah yang sekarang.

***

Bima POV

"WHOAAAA SIAPA INI" teriak atalas

"Berisik" jawabku ketus

"Ko Lo disini Bim?" Tanya Tiani

"Mau nemenin kamu sayang"

"Cup"

Aku mencium pipinya, sementara Tiani hanya mendengus.

"Sama Salma Bim?" Tanya renov dengan melangkul tiani

"Salma?" Tanyaku, ini bukan orang yang sama dengan orang yang aku tinggal di rumah kan?

"Iya Salma, Salma istri Lo?"

"Istri gue?" Gue mengulangi apa yang di katakan renov, seolah-olah aku adalah orang yang paling bodoh di dunia ini.

"Ish dasar si pinter, Coba deh Lo perhatiin bartender di sana" atalas menunjukk bartender yang sekarang sedang mengacungkan gelasnya ke arahku, aku hanya mengangguk-angguk kepala sebagai balasannya. Lalu ia kembali sibuk dengan gelas-gelas yang ada di depannya.

"Lo inget dia itu orang yang terus-terusan ada di kursi pelaminan bareng istri Lo"

"Seriusan?" Jujur gue engga percaya, bagaimana mungkin laki-laki serapih dan sebaik itu di depan ibu mertua adalah seorang bartender yang memiliki banyak tato. Aku menggelengkan kepalaku engga percaya.

"Ah ngaco"

"Yeh si tolol" greget si Atalas

"Atalas bener ko, Salma itu pengunjung tetap disini. Bahkan dia punya card sendiri"

"Card?"

Renov melemparkan kartu silver dengan perpaduan warna hijau sebagai tulisannya. Aku mengernyitkan jiji,

"Ini itu kartu bebas akses buat masuk kesini"

"Buat apaan? Gak mampu bayar Lo" ejekku,

"Sembarangan" sungut atalas
"Orang yang punya card ini justru lebih mahal bayarannya"

Aku mendengus tidak peduli, sementara aku melihat Tiani sedang asik dengan iPhonenya.

"Lo lagi apa si? Sibuk amat. Tumben anggurin si renov?"

"Gue lagi daftar jadi anggota disini juga Bim, Lo mau ? Gue daftarin juga"

"Engga, makasih"

"Atas nama Bima Naraya?"

"Iya gue disini?" Jawabku bingung

"Ini dari Sultan, kesukaannya Salma"

"Gue gak mesen"

"Ini gratis"

"Trus dia kemana?"

Aku gak liat orang yang di sebut sultan ada di tempatnya tadi.

"Pulang dulu, Salma minta dianterin bajigur katanya

Aku melongo tidak percaya mendengar waiters tadi. Sementara atalas sedang memegang perutnya pertanda sakit setelah tertawa terbahak-bahak.

Aku tidak memikirkan apa yang dikatakan waiters tadi yang cukup aneh, aku meminum minuman yang di bawakan waiters tadi dan terkejut dengan rasanya.

Rasanya aneh, ada rasa strawberry dan lemon di dalamnya, akan terasa segar di mulut padahal tidak ada es batu di dalamnya, belum lagi dengan rasa pahit yang cukup di lidah. Minuman ini aneh, bahkan jika dilihat dengan kasat mata air ini benar-benar seperti air biasa. Bening dan tidak menimbulkan bau apapun.

"Minum air putih bro?" Tanya renov dengan nada mengejek

"Gila ya si Salma, orang yang suka racik cocktail,Champagne, Vodka, gin, redwine, dia suruh beli bajigur. Anjir turun darajat itu mah hahaha" sahut atalas

Aku? Aku hanya mengangguk-anggukan kepala, tidak peduli dengan ocehan atalas. Apa yang harus aku katakan? Pembelaan? Bahkan aku tidak mengenal baik dengan perempuan yang aku nikahi seminggu lalu itu.

Salama Lover'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang