surat percerayan

3 1 0
                                    

Adam terkejut melihat Delia yang di tarik dari pangkuannya dengan kasar.

"Aku bisa toleransi apapun, tapi tidak dengan membiarkanmu disentuh atau menyentuh orang lain"

Suasana club seperti biasanya, namun suara tajam alma sangat jelas di telinganya.

"Ini"

Alma memberikan map merah kepadanya yang di simpan di atas meja.

Alatas membuka itu untuk melihatnya sementara Adam masih terbujur kaku.

"Suuurat perceeraayaan" ejaa Alatas

Adam begitu terkejut mendengar isi map yang diberikan Alma.

"Tanda tangan ini, dan aku akan segera keluar dari rumah abang"

Adam tidak memberikan tanggapan apapun, yang dia lihat hanyalah Alma yang bergelayut manja di lengan laki-laki jangkung yang selalu di samping Alma saat ini.

Adam mengambil iPhone nya dan menekan tombol 0.

"Halo" suara harus menyapanya

" Segera Pulang kerumah"

"Iya"

'Tuttt'

"Punya ballpoint?"

"Jangan gila dam" desis azmi

"Ini" Alatas dengan enteng memberikan apa yang Adam inginkan.

"Berikan itu padaku" renov ingin mencegahnya namun Alatas begitu gesit memberikannya kepada Adam.

Adam mengotak-atik iPhone dan segera mengarahkan kamera untuk merekam apa yang sedang dia lakukan.

Disana terlihat jika Adam sedang memberikan tandatangannya di surat perceraian.

"Aku sudah melakukan apa yang kamu mau, Tapi sayangnya kamu tidak bisa pergi kemanapun Alma. Karena sampai kapanpun aku tidak akan mengijinkan kamu pergi kemanapun selain bersamaku"

Lalu berkobarlah api di atas meja, untung Alatas sudah membawa jauh peralatannya menjauh dari meja. Begitupun dengan renov, Azmi, Delia dan yang lainnya.

Lalu Adam menekan tombol send yang akan mengirimkan video tersebut kepada istrinya. Tanpa dosa Adam berdiri dan pergi keluar dari private club.

Renov dan Azmi melongo tidak percaya dengan apa yang dilakukan Adam,, sementara Delia dia begitu kesal dengan perilaku Adam. Alatas menyeringai senang dengan apa yang dia lihat.

"Kenapa kalian begitu tegang? Apa kalian lupa siapa Adam saat ini? Dia adalah orang yang tidak akan membiarkan miliknya diambil orang lain"

***
Adam sampai di rumahnya pukul 2 pagi, sebenarnya ketika Alma ke club tadi tepat pukul 12 malam. Setelah Adam tidak pulang ke rumah mereka selama 38 jam yang artinya satu hari lebih 14 jam.

Adam tidak tau siapa yang memberitahukan Alma tentang keberadaannya di club. Namun ini pertama kalinya adam melihat kemarahan alma dari sekian ratus kesalahan yang telah ia lakukan selama 6 bulan pernikahan.

Adam melihat di rak sepatu sudah ada sendal pentopel milik Alma. Ia juga melihat di iPhonenya jika ada titik merah di dalam ruangan Alma. Itu artinya ada Alma Disana.

Sebagai anak miliyuner, Adam begitu pintar menggunakan segala fasilitasnya. Ia merancang rumahnya dengan teknologi tinggi. Seperti sekarang, ia membuat seluruh rumahnya dapat dilihat dari iPhone yg di genggamnya saat ini.

***
Adam keluar dari lift dan langsung duduk di meja makan. Ia melihat Alma dalam diam.

Lalu ia mengingat sesuatu setelah apa yang dilihatnya semalam.

"Kemana semua sepatu berhak tinggimu itu?"

"Ada di gudang"

"Kenapa sekarang tidak menggunakannya?"

"Itu tidak baik buat kehamilan"

"Apa?"

"Itu tidak baik buat kehamilan"

"Uhukk uhukk" Adam merasa sangat perih di tenggorokannya.

"Minumlah"

"Kita belum melakukan apapun"

"Tidak melakukan apapun bukan berarti aku tidak akan hamil"

"Apa maksudmu?"

"Apa?" Tanya alma

"Kamu tau al " Adam melepaskan alat makannya dan memundurkan tubuhnya agar bersandar ke kursi.
"Aku bukan laki-laki yang suka diatur, kamu tidak bisa mempengaruhi hidupku dengan apa yang kamu lakukan"
"Jadi Alma, apa maksudnya tadi?"

Lalu Adam kembali menegakkan tubuhnya dan kembali memakan makanan yang tadi sempat berhenti.

Alma berdecak kesal, ia tidak menyangka suaminya bisa memiliki pengendalian emosi yang baik. Padahal tadi ia sudah merangkai kata agar Adam salah paham.

"Aku membencimu" desis Alma

"Aku tau"
"Tapi Alma menatap tajam dan membenci seorang suami adalah perilaku buruk"

Alma menghela nafas berat

"Aku menyimpan semua sepatu itu di gudang, itu tidak baik katanya menurut kehamilan. Jadi aku harus membiasakan diriku untuk tidak sering menggunakannya"

Alma bergumam terus menerus, sehingga Adam menaikkan salah satu halisnya ke atas. Ia melihat istrinya sedang merajuk kepadanya.

"Hmm"

Mendengar jawaban Adam Alma semakin menghela nafas dengan sangat keras.

'Ting'

Adam mengambil iPhonenya, melihat pesan yang masuk ke dalam sana. Lalu ia menyimpan kembali ke atas meja.

"Um haii"

Alma segera menatap tajam perempuan yang masuk ke dalam rumahnya.

"Sudah sarapan Del?"

Adam bangkit dan mencium lembut pelipis Delia.

"Belum"
"Kenapa menyuruhku kesini?" Cicitnya yang masih di dengar oleh Alma.

"Aku ada urusan sebentar, jadi kerjakan di ruangan ku ya?"

"hah?" Delia melongo tidak percaya, kalo Adam sedari awal berniat untuk pergi kenapa ia menyuruhnya untuk tinggal datang ke sini. Delia dengan senang hati mengerjakan pekerjaannya di kantor.

Alma masuk ke dalam lift untuk menuju ke kamarnya.

Adam menarik Delia untuk duduk di kursi meja makan, kursi ketiga di samping tempat duduk Alma tadi. Peraturan di rumahnya adalah kursi utama ada di paling ujung, kursi Alma kedua di sampingnya. Dan tidak ada yang boleh duduk di kursi itu.

Jadi sekarang Adam menempatkan Adel Disana,

"Ingat kata Abang, Adel jangan makan es krim banyak-banyak apalagi kakakmu Alma ngestok banyak eskrim disana. Cari makanan yang lain oke, ada puding, ada cheese cake, ada larva coklat, ada buah-buahan yang udah di potong. Jangan lupa minum vitaminnya ya?"

"Untuk kerjaan biar Abang yang selesaikan nanti, istirahat aja ya"

"Abang yakin?"

"Engga pernah seyakin ini"

"Terimakasih"

Adel memeluk Adam erat menelusup kan tubuhnya di tubuh besar Adam. Alma terpaku di depan lift sejak Adam menyebut dirinya Abang. Ia mengalihkan pandangannya untuk sejenak mengobati luka hatinya.

"Aku pergi dulu"

Adam melepaskan pelukan Adel.
"Sudah, Abang pergi dulu ya. Inget pesan Abang"

Adam mengecup kening Adel dan segera pergi.

Salama Lover'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang