Kembali

2 0 0
                                    

"Aw"

"Butuh bantuan de?"

Alma mendongak kepala, tubuhnya bergetar melihat laki-laki bersosok jangkung itu di depannya. Tangan laki-laki itu terulur untuk membantunya berdiri. Sementara Alma sudah menutup penuh wajahnya oleh kedua tangannya. Ia menangis lirih. Ia tidak memperdulikan bagaimana tanggapan orang lain melihatnya.

Laki-laki itu ikut berjongkok, lalu tanpa segan ia memeluk perempuan yang ada di depannya.

"Udaah, jangan nangis. Malu diliatin orang"

"Ayo berdiri" Alma berdirinya tanpa melepaskan pelukannya. Sudah berdiri tegak Alma mengangkat kepalanya untuk melihat wajah yang selama ini ia sukai. Alma tidak pernah puas melihat wajah laki-laki di depannya. Setelah 10 menit terlewati hingga akhirnya dia sadar situasi.

Lalu segera ia menarik laki-laki ini dengan cepat, tidak lupa dengan memukul-mukul pinggangnya.

"Aw sakit sakit, aw" diiringi dengan tawa renyah laki-laki itu melihat kebrutalan Alma.

~~~
"Lo sebaiknya perbaiki hubungan Lo sama alma"

Adam kembali memfokuskan diri kepada milik shake di depannya. Dia tidak menjawab apapun yang di lontarkan Azmi ke padanya.

"Tadi beneran Alma? Wuah gue kaget banget dia berani meluk cwo lain. Gimana ya rasanya di peluk Alma" ucap atalas sambil menunjuk dagunya.

"Bedanya apa dipeluk sama Alma dan perempuan lain, gak ada bedanya tolol" renov menjawab dengan malas, ia suka pusing sendiri dengan otak yang dimiliki sahabatnya.

"Gini-gini" ia membenarkan cara duduknya, seolah ia ingin membicarakan hal yang serius. Sehingga ia menarik 3 laki-laki di depannya untuk serius juga.
"Lu pernah mikir gak? Gimana rasanya Meluk cwe yang cuman Lo doang yang bisa meluk dia"

"Bedanya Alma sama Tiani apa? Cuman gue doang yang bisa peluk dia"

"Trus kita bertiga apa?" Sahut Azmi malas. Mereka bertiga sangat dekat dengan Tiani, bahkan mereka tidak segan untuk memeluk, mengecup kening dan pipi, atau sekedar mengajak Tiani untuk duduk di pangkuannya. Bahkan Tiani selalu di ajak untuk menghadiri pertemuan klien mereka ber3 dan renov merasa biasa aja. Karena ia tau Tiani sudah memiliki rumahnya sendiri.

"Peluk dia dalam keadaan telanjang" mereka bertiga mendengus kesal mendengar tambahan dari renov.

"Guys... Tiani sama Alma itu beda. Sayangnya gue Tiani, emang special. Tapi lu ngerasa bangga engga bisa Deket bahkan meluk Alma. Secara Alma dia kan, tertutup banget orangnya. Liat deh gimana kain-kain itu menutupi tubuhnya. Wuaah hanya orang-orang beruntung ngeliat itu semua"

"Jadi gue orang beruntung?" Cicit Adam tanpa sadar

"Emang lu liat apa?"

"Gue gak tau, Alma di luar dan di dalam rumah beda"

"Bedanya?" Tanya renov yang ikut penasaran

"Dia di rumah suka pake hot Vans, atau pake baju kebesaran dengan rok spans, atau baju-baju yang ngepas dengan lekuk tubuhnya" Adam kembali membayangkan bagaimana Alma di rumah. Ia menatap heran dengan atalas yang sudah memasukkan barang-barang nya ke dalam tasnya tidak lupa juga mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Mau kemana?"

"Perumahan Nusa citra"

"Ngapain?" Adam menatapnya heran

"Mau ngebuktiin sesuatu"

Adam hanya mengikuti Alatas dan renov yang begitu semangat. Namun tangannya di cekal oleh Azmi.

"Sebaiknya Lo bener-bener perbaiki hubungan Lo sama alma"

"Lo gak suka dia, jadi jangan-" perkataan Adam terhenti gara-gara Azmi yang memotongnya padahal Adam mau mengingatkan bagaimana jahatnya Azmi dulu saat Alma begitu menggilainya sebagai penyanyi internasional.

"Gue gak suka dia, tapi gue suka hal-hal yang rumit. Alma masuk ke kategori itu"

Adam mematung, menatap punggung Azmi yang sudah menghilang dari kafe.

***

"Mana Alma?"

"Ko gak ada?"

"Alma princess, princess nya atalas sini keluar sayang"

Adam membiarkan atalas untuk membuka setiap pintu yang ada dirumah ini.

"Adam ko kamar yang ini gak bisa dibuka?"

"Kamar Alma"

"Yaah... Ko cuman kamar ini yang satu-satunya dikunci. Password nya apa kira-kira?"

Adam membiarkan Alatas dan ranov mengotak-atik password yang ada di pintu kamar Alma. Adam bingung sendiri kenapa sekarang ranov kambuhnya tiba-tiba, dengan tingkah Alatas saja sudah membuatnya pusing. Kenapa ada jermaan Alatas yang lain, Sial.

"Lo bisa buka pintu itu, kenapa Lo gak buka?"

Adam menghela napasnya gusar. Temannya satu ini, kenapa jadi suka banyak bicara.

"Gue gak tahu"

"Sahabat sejati gue melakukan pembohong pertama kali, Keren keren". Azmi bertepuk tangan mencemooh

"Tas, tanggal berapa ini?" Tanyanya nyaring

"25"

"Bulan?"

"Juni"

"Tahun?"

"2020"

"Sip,. Gue udah bikin memonya"

Adam semakin uring-uringan sekarang, kenapa Alatas mau-mau saja menjawab pertanyaan yang tidak berkualitas itu. Apalagi mereka bersahut-sahutan dengan cara berteriak.

"Assalamualaikum..."

Bima mendengar Alatas lari dari lantai 3, suara sepatunya saling berbenturan dengan lantai marmer.

"Eh sepatunya"

Alatas mendongak ke bawah melihat sepatunya baik-baik saja. Ia menatap alma dengan kagum, yang di hadiahi dengan tatapan jengkel Adam.

"Sepatunya di lepas" ucap halus alma

"Eh"

Alatas segera melepaskan sepatunya, di ikuti dengan renov. Tidak lupa Azmi yang melepas sepatunya dengan pelan-pelan.

Adam mulai jengah dengan teman-temannya, Adam sudah mengingatkan sejak masuk rumah. Tapi tidak ada satupun yang mendengarkannya.

Setelah melihat teman-teman suaminya menyimpan sepatu di rak sepatu. Alma menatap suaminya yang terlihat tidak peduli akan kedatangannya. Ia beranjak naik lift untuk segera masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri.

"Dam, Alma mana dah?"

"Lagi bersih-bersih"

"Mandi maksudnya?"

"Iya"

"Apa sekarang waktunya kita ngeliat gimana Alma kalo gak pake kerudung? Wuah mulus banget kulit Alma... Aw"

Adam dengan sekuat tenaga melempar bantal sopa ke kepala Alatas.

"Ting"

Semua membalikkan badannya menatap lift dengan memuja. Sementara Adam ia sedang panas dingin jika istrinya benar-benar memamerkan kemolekan tubuh nya kepada teman-teman nya.

Adam mengernyitkan bingung melihat wajah teman-temannya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari mereka, tapi wajah mereka tetap memberikan arti jika mereka sedang kagum.

"Abang"

Adam mengangkat kepalanya karena mendengar alma memanggilnya. Ia menatap tajam kepada alma sekarang.

Dia begitu kesal dengan apa yang dilihatnya.

Salama Lover'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang