Suara tangisan bayi melengking di dalam ruangan ini. Perawat yang berhadir berusaha menghentikan pendarahan sang ibu bayi.
"Honey...bertahanlah. demi anak kita"
Sang istri yang diajak bicara oleh sang suami tidak menjawab apa pun. Hanya tatapan sayu yang bisa diberikan olehnya.
"Sayang...jaga anak kita. Walau tanpa diriku"
Sang suami menggeleng keras mendengar ucapan sang istri.
"Tidak. Aku akan menyusulmu honey. Aku tidak sanggup"
Sang istri yang mendengar hendak menyahut namun...
Tiiiiit
"Suster tolong siapkan alat kejut"
Dokter mencoba mengembalikan denyut jantung sang ibu, istri atau pasien ini.
Tiiiit
Tetap bunyi yang sama yang dihasilkan.
Dokter menyerahkan alat kejut kepada suster dan menatap sang suami dengan tatapan iba.
"Maafkan saya tuan...pasien meninggal pada 13 oktober 1995, waktu kematian 5 pagi"
Sang suami yang mendengar hanya mampu menangis.
"Tuan, ini anak tuan sudah selesai dibersihkan"
Suster menyerahkan anak laki kepada sang suami.
"Hiks...anakku...kunamakan kau Park Jimin. Hidup yang bahagia ya nak. Semoga jalanmu didunia selalu sukses"
"Oek...oek.."
Seperti menyahut sang ayah, sang anak menangis kencang.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Takdirnya tidak tertulis. Bagaimana kisah hidupnya?""Buat laporan. Aku akan melaporkan pada dewa"
Sesuai permintaan tadi, orang yang menyampaikan berita tadi membuat laporan.
"Ini laporannya"
"Baiklah. Aku akan menemui dewa"
.
.
.
.
.
"Hidup dewa hades!""Kemarilah anakku. Ada laporan apa?"
Yang dipanggil anak tadi mendekat dan menyerahkan berkas yang sudah dibawanya.
"Seorang anak tidak memiliki catatan takdir. Kota kelahiran busan, korea selatan"
"Ini sudah kasus ke 5, jika aku tidak salah"
"Ya, benar dewa"
"Berarti ramalan the luna akan benar-benar terjadi"
"Apa itu dewa?"
"Kau lancang anakku! Pergilah"
KAMU SEDANG MEMBACA
the luna & myth
FanfictionSemua makhluk mistik berkumpul dalam sebuah kumpulan. Lalu bagaimana keadaan manusia, jika takdir mereka mulai terjadi?