Min Yoongi, 15 Maret year 1995
"Nak, bisa bantu halmeoni mengambilkan buah di pohon itu?"
Yang dipanggil nak itu menolehkan kepalanya dari melihat tanah didepannya menjadi ke arah seorang nenek.
"Tapi yoongi tidak bisa naik pohon nek"
"Oh begitu ya. Ya sudah. Maaf jika halmeoni menggangu waktumu ya nak"
Yoongi mencebikkan bibirnya saat melihat nenek ini sedih.
Nenek itu berpaling untuk pulang ke rumahnya.
Wuuush
Entah bagaimana, angin kencang menerpa dari arah depan nenek melalui badan neneknya.
Pluk
"Nek! Buahnya jatuh nek! Ini buah nenek"
Nenek yang mendengar teriakkan di belakangnya menoleh.
Nenek tersebut membolakan matanya tanda terkejut.
"Nenek jangan sedih ya? Ini buah nenek. Semoga hari nenek menyenangkan"
Nenek ini mengambil buah dengan kerutan di keningnya. Dia bingung, dari angin kencang sampai hanya buah ini saja yang jatuh?
"Y-ya, te-teri-ma ka-sih nak. Ne-nek pulang du-lu"
Yoongi mengangguk dan dia juga berniat pulang ke rumahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
CklekSampailah yoongi di rumahnya, mmm walau bisa disebut ini gubuk. Karena, sungguh ini bukan seperti rumah-rumah lainnya. Walau rumah warga kampung pun, rumah mereka tidak seperti rumah yoongi ini.
"Ibu, yoongi pulang"
Yang dipanggil ibu tidak menyahut. Yoongi tersenyum sedih melihat ibunya hanya bisa berbaring. Sudah dari lahir kondisi kehidupan yoongi begini.
Dia lahir tanpa ayah yang mendampingi dan menemani. Disaat umurnya hampir 2 tahun, saat dia bisa berbicara, ibunya mengatakan bahwa ayahnya pergi menemui tuhan karena sebuah kecelakaan. Yoongi mencoba memaklumi itu. Lalu tidak lama ini, ibunya tidak tahu kenapa, ditemukan pingsan dirumahnya saat yoongi pulang dari bermain. Setelahnya, ibunya tidak bisa melakukan apa pun. Hanya bisa terbaring di ranjang. Maka dari itu, yoongi yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan merawat ibunya, walau umur yoongi saat ini hanya sekitar 3 tahun.
"Yoongi masak dulu ya bu"
Yoongi berjalan menuju dapur.
Mengambil peralatan masak dan bahan makanan mentah untuk dimasak.
Saat didepan tungku dapur, yoongi tidak menggunakan pemantik api apa pun, hanya...
Tak
Api sudah menyala. Ya, hanya dengan jentikkan tangannya percikan api muncul dan mengenai kayu di tungku.
Yoongi meletakkan panci untuk merebus air dulu, lalu dia akan memasukkan semua bahan makanan. Yoongi berniat membuat sebuah sup.
Sruuut
Air terbang dari wadahnya ke panci didepan yoongi.
Tidak lama airnya berbuih dan bahan makanan yang dimeja terbang menuju panci dengan angin disekitar sedikit kencang.
.
.
.
.
Yoongi menata makanannya di lantai dekat dengan ranjang dia tidur.Yoongi berjalan menuju ibunya.
"Ibu, ayo kita makan dulu"
Ibunya membuka mata.
"Yoongi suapi ya bu"
Ibunya tersenyum kecil dan mengangguk lemah.
Yoongi mengambil makanan untuk ibunya.
"Nah, ayo ibu bersandar dulu untuk makan"
Yoongi mengangkat badan ibunya dan menyandarkan badan ibunya ke dinding rumahnya.
"Ayo bu, buka mulutnya"
Ibu yoongi membuka mulut pelan dan menguyah pelan makanan.
"Yoon.."
Yoongi menoleh ke arah ibunya.
"Maafkan ibu"
Yoongi tersenyum tulus dan menggeleng.
"Tidak...ibu sungguh minta maaf...jika..ibu pergi, yoongi harus terus bahagia dan tersenyum ya?"
Yoongi menggeleng mendengar ucapan lirih ibunya.
"Ibu pasti sembuh. Kita akan tinggal di kota besar nanti bu"
Ibunya tersenyum sedih.
"Terus bahagia yoon..."
Ibunya tersenyum tulus.
Yoongi merasa aneh dengan ibunya.
Mata ibunya terlihat kosong dan tidak ada udara yang keluar dihidung ibunya.
Yoongi mulai panik.
Yoongi menaruh mangkuk makanan ibunya. Yoongi meletakkan jarinya di depan lubang hidung ibunya. Tidak ada angin. Yoongi meletakkan telinga kirinya ke dada kiri ibunya. Tidak ada detakkan.
Air mata yoongi mengalir deras namun dia tersenyum.
"Maafkan yoongi bu. Maafkan yoongi yang tidak bisa menyembuhkan ibu. Yoongi akan ingat terus pesan ibu"
Tidak ada isakkan yang dikeluarkan yoongi hanya aliran air mata yang mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
the luna & myth
FanfictionSemua makhluk mistik berkumpul dalam sebuah kumpulan. Lalu bagaimana keadaan manusia, jika takdir mereka mulai terjadi?