Introduction Park Jimin

4 0 0
                                    

Park Jimin, 17 November year 1997

Brug

"Kau anak nakal! Aku benci kau"

Anak yang diteriaki hanya terduduk diam di tanah.

"Bisakah berhenti teriak? Telingaku sakit. Aku juga tidak bersalah"

"Kau itu anak nakal!! Semua orang benci padamu!!"

Jimin sebenarnya hanya berusia 2 tahun, namun dia sudah bisa bicara seperti bocah di depannya. Bocah usia 5 tahun. Jimin kan titisan para dewa dan dewi.

Jimin menghela napas dan berjalan meninggalkan anak yang berteriak tidak jelas yang jimin gelarkan tadi.
.
.
.
.
.
"Ibu, jimin lapar bolehkah meminta makanan?" Ucap jimin pada ibu panti di ruang makan.

"Tidak ada makanan. Sana menjauh"

Bisa dikatakan jimin ini anak yang datang dalam kondisi yang susah. Makanya dia diperlakukan seenaknya oleh semua orang di panti ini. Walau sekarang kondisi panti ini membaik. Seminggu setelah jimin datang, banyak orang yang menyumbang ke panti ini.

Jimin menghela napas.

"Jika aku pergi, ku harap kemelaratan tidak menyiksa kalian" gumam jimin.

Jimin kesal sebenarnya. Namun apalah daya. Dia hanya anak 2 tahun, ujar orang sekitarnya.

Jimin hanya diberi makan jika semua orang sudah makan. Alias nasi bekas mereka semua. Ada sih teman jimin satu orang. Dia juga diperlakukan sama dengan jimin. Namun minggu kemaren temannya di angkat oleh satu keluarga dan dibawa ke seoul. Itu sebenarnya ulah jimin. Karena jimin kasihan melihat temannya diperlakukan seperti itu. Jimin tidak diberi makan, dia tetap hidup. Dia saja bisa menumbuhkan tanaman. Jadi ya, kalian bisa tebak dari mana jimin makan.

Jimin melihat salah satu ibu panti ini membersihkan meja makan.

"Oh ayah hades, bisa kah kau membuat peringatan tentang kematian sedikit saja untuk salah satu ibuku ini?"

Jimin bergumam dan berseringai di wajahnya.

Bruk

"Ya! Hyera!"

Jimin menahan tawanya ketika ibu panti ini hendak melangkahkan kaki menuju ruangan berikutnya dengan tumpukan piring di tangannya tidak sengaja terjungkal dan bekas makanan di tumpukan piring ini mengenai satu ibu panti lainnya.

Oh! Bukan tidak sengaja. Jimin melihat ada kabut hitam di belakang kaki kiri ibunya. Pasti hades mengirimkan gumpalan asap dan memajukan sedikit asap itu, sehingga ibu panti ini terlihat seperti terpleset.

Terlihat ibu yang lain dan anak panti yang lain berdatangan. Jimin pun acuh dan berlalu ke belakang panti.

Jimin memikirkan buah-buahan segar.

"Hmmm....buah apa ya untuk hari ini? Jeruk? Mangga?? Oh tidak! Aku benci mangga!" Ucap jimin girang.

the luna & mythTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang