Part 2

14 2 3
                                    

Jam pelajaran telah selesai. Bel pun telah berbunyi. Ini saatnya para siswa pulang ke rumah masing-masing.

Sepulang sekolah, ketika aku dan sahabat-sahabatku sedang berjalan menuju gerbang, cowo itu datang menghampiri kami.

"Raraa.." dia memanggil namaku.
"Ra, pulang bareng yu!" Katanya.
"Hai Kaa" sahabat-sahabatku kompak menyapa dia.
"Kamu.. Eh kaka maksudnya. Maaf ya ka tadi pagi aku marah-marah sama kaka."

"Udah Ra, terima aja ajakannya" bisik Luna
"Awas aja ya, kalo kamu nolak. Apa perlu aku yang gantiin posisi kamu!? Hehee" bisik Nisa.
Mereka pun saling memberikan kode
"Eh Ra, kita pulang duluan yaa.. Kita sudah dijemput nih." Ayu mewakili semuanya.
"Bye Rara.. Duluan Ka.." Mereka kembali kompak saat berpamitan.

Duuh mereka kenapa sih harus ninggalin aku gini, aku kan jadi canggung:(

Setelah mengingat obrolan dengan sahabat-sahabatnya, sikap rara kepada cowo tadi berubah menjadi lebih baik.

"Ga salah nih kamu panggil aku kaka?"
"Ngga kok ka, kaka kan memang kaka kelas aku. Sudah sewajarnya aku manggil kaka."
"Ya sudah, tapi kalo di luar sekolah gausah manggil kaka yah, panggil aja Adit."
"Eh iya, kita belum kenalan secara resmi ya.. Perkenalkan nama aku Muhammad Adit Ramdhani"
"Namaku Naura Nurfitriani, KAKA bisa panggil aku Rara. Ehh maksudnya Adit, hehee"
"Ya sudah, ayo kita pulang."
"Sebentar ka, memangnya kaka tau dimana rumahku? Memang kita searah??"
"Raraa, kamu itu satu komplek denganku."
"Oh iya ka? Kenapa aku ga pernah liat kaka ya?"
"Mungkin karena kamu dari dulu itu pemalu, kamu diem aja di dalem rumah jarang keluar rumah"
"Iya juga siih, ko kaka tau sih aku dulu pemalu dan jarang keluar rumah?"
"Sebenarnya, orang tua kita itu sahabat lama, mereka suka bertukar cerita tentang keluarga. Dan mamah suka cerita tentang keluarga kalian kepadaku."
"Oh seperti itu. Ya sudah, ayo kita pulang"
Adit berjalan menuju parkiran
"Eh ka, mau kemana? Kan gerbangnya kesana."
"Kaka bawa motor Ra, jadi kaka mau ngambil motor dulu."
"Oh, kirain kaka ga bawa kendaraan. Ya sudah, aku tunggu di depan gerbang ya ka"
"Oke Ra"

Adit memberiku helm, dan dia juga yang memasangkannya padaku. Saat itu aku baru menyadari bahwa dia itu cowo yang perhatian. Bahkan di perjalanan, adit selalu memegang tanganku dan menarik tanganku agar aku memeluknya.

Aarghh ini gimana? Jantungku berdebar sangat kencang. Tolong akuu.. Kenapa sihh ka Adit harus bersikap sweet kaya gini:'

°°°

Di perjalanan, kita berdua saling bertukar cerita. Tentang hubungan kedua orang tua kita. Baru ku tahu, keluarga kita itu sangat akrab. Mamahku dan mamah Adit sejak kecil sudah bersahabat. Bahkan mereka selalu bersama karena sudah merasa 'klop' satu sama lain, yaa bisa dibilang mereka itu adalah Sahabat Sejati (dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai mereka menginjak bangku Perguruan Tinggi)
Bukan hanya itu, dari dulu Papah kita juga sudah menjalin kerjasama dalam bisnisnya. Apakah ini adalah suatu kebetulan apa bagaimana. Aku tidak mengerti dengan semua ini..

Saat sedang asyik bertukar cerita, tiba-tiba

"Srettt"
"BRUKKK"

Aku dan Adit terserempet motor seorang cowo yang sedang kebut-kebutan itu.

Sikap kasar ku pada lelaki pun muncul. Rasanya PANAS PANAS PANAS.. Siapa sih orang yang kebut kebutan di jalan seperti ini!? Ini sangat mengganggu para pengemudi.

"Heyy.. Dasar cowo gatau diri . Ngapain sihh kebut-kebutan di jalanan. Bahaya, ngerti gaa!?"
Cowo itu membuka helmnya,
"Eloo!! Lo kan cowo kelas gue kan? Ngapain sih lo kebut-kebutan di jalanan hahh!?"
"Lagian kalian sih, lama banget jalannya kaya keong aja, ya udah gue susul."
Ya kan susulnya bisa baik-baik gausah sangar gitu!"
"Ya terserah gue lah, ini kan jalanan umum. Emang ini jalan punya nenek moyang lo hahh!?"

Cowo itu pun memakai helmnya dan pergi begitu saja, membuat emosiku memuncak.
"Dasar cowo ga tau diuntung, gapunya akhlak. Awas aja ya lo kalo ketemu lagi sama gue!!"
"Tenang Ra, biarkan saja orang seperti itu. Jangan dijadikan emosi. Kita lupakan kejadian tadi."
"Tapi kan dit.."
"Sudaah.. Ayo kita pulang"

Awas ya lo, liat aja besok di kelas. Gue gaakan tinggal diam!! Tunggu pembalasanku nanti.

Dengan muka merah dan kesal, Rara pun berusaha untuk meredakannya dan kembali ke motor Adit untuk melanjutkan perjalanan.

360°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang