Punyaku

8 6 0
                                    

"Ayo Bu, hari cerah menunjukkan waktunya akan pergi." Ayah mengajak Ibu.

"Ayo aja Yah, jangan terburu buru." Bilang Ibu.

Era tak tahu harus apa, ia masih tersungkur kaku dan merasa sangat kebingungan.
Sementara ada yang membuatnya lebih takut..

"Aduhh gimana ini mereka mau kesini!!!!!!" Era waswas.

"Aahhh mana bisa lewat pintu depan, kek yang mau bundir aja lewat sanaaaa." Era semakin tertekan dan kebingungan.

Era melirik sana sini dan berharap ada keajaiban, mau itu berupa sihir atau apapun.

*shhhh

"Apaan nih?" Era melihat tangannya.

"Aaaaaa!!!! Ngapain ini permata ada ditangan segala sih ahhh." Teriaknya dalam hati.

Ayah dan Ibu menuju kamar dengan jalan yang cukup santai, berbincang dan tertawa agar akrab bernuansa roman.

"Mungkin disana kita bisa membawa sebotol minuman segar." Ungkap Ayah.

"Hmmm, atau buah dan karpet bagus kali Yah." Canda Ibu.

"Keliatan banget nih kurang piknik sampe bawa karpet segala hahaaa." Ayah pun tertawa meledek Ibu.

"Ayah juga sama wlee." Begitu Ibu membalas Ayah.

Era merangkak menuju dinding, berharap jika persembunyiannya tidak ditemukan.

*teeetttt
Pintu kamar terbuka dan di sisi lain

*brakkk
"Hfff." Era menahan sakit.

"Apaan tadi Bu?" Ayah melirik Ibu.

"Lah Ibu juga ga tau,, mungkin bisa tanya anak anak barangkali hal penting." Ibu menyarankan.

"Udah gapapa nanti ketahuan lagi kitanya." Ayah pun menyarankan.

Era segera ke kamar. Memastikan langkahnya tak terdengar siapa siapa.

Keringat dingin bercucuran di kepala Era. Rasa khawatir dan takut bercampur aduk.

"Huhh huuuhhu." Era menghela nafas.

"Untung aja untung, masih gak kebagian apes hari ini." Ucap rasa bahagianya.

Era berbaring di kamarnya dan melihat sebutir Permata merah yang cantik.

"Hmm bagus juga ini Permata, cantik mengkilat kayak aku yang punya." Era mengada ngada.

"Ini udah sepaket ya sama arlojinya? Ko bisa nempel gini." Era memastikan permatanya.

Era menggosok gosok permatanya. Agar lebih tampak bersih dan mengkilat.

"Harus pamer ini,, buat manas manas si Garsa hahaaaa." Era tertawa jahat.

"Hmm syantik syantik." Era memuji permatanya.

Ayah dan Ibu justru sibuk mempersiapkan tempat diskusinya. Karena sangat rahasia katanya.

"Pake punya Ibu aja Yah. Kita ke masa depan, biarin mereka disini aja." Bilang Ibu.

"Selagi aman gapapa." Ayah pun sama.

"Masa depannya disebelah mana ya Bu?" Ayah menanyakan rasa bingungnya.

"Kayaknya hmmm, dimana ya? Di Taman Flarsi ajalah. Gak akan ada mereka, beda waktu." Ungkap Ibu.

Mereka bersiap menemukan sebuah waktu di kemudian lanjut.

"BAIK, ARLOJI PERMATA HIJAU. KAMI MENGINGINKAN DI MASA 30 TAHUN KE DEPAN." Ibu membacakan kemauannya di depan Permata hijau.

Arloji tersebut berputar mengelilingi permata Hijau.
*wshhhhh

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang