Pengetahuan Singkat

4 2 0
                                    

"Kalian semua udah tahu? Apa kalian udah megang masing masing permata sama arlojinya?" Tanya Ibu memastikan.

"Udah Bu, udah lama aku sama Kakak megang ini." Garsa membalas dengan jujur.

"Kalo Era megang warna apa?" Ayah juga menanyakannya.

"Aku warna merah, buat buka portal dimensi itu kan Yah?" Bilang Era sesuai.

"Berarti tinggal satu." Ayah berbisik dan menunduk.

"Hah? Ada lagi?" Garsa terkejut.

"Emang berapa orang yang nerima permata Yah?" Era ikut dalam ketidaktahuan.

"Ada 3 orang pemilik permata ini. Semuanya ini titipan dari keluarga marga atas." Ibu menceritakan perihal permata.

"Gimana sih Bu aku ga paham." Garsa menggaruk kepalanya isyarat kebingungan.

"Iya Bu sama, ceritain dong." Era pun meminta hal sama.

"Kita hidup berasal dari keturunan marga atas. Kita hidup di planet dalam planet. Planet kita termasuk kecil, kita bisa mengunjungi ke marga atas tapi...
Ada banyak hal yang harus kalian pelajari. Sebelum kalian akan hilang arah di jalan." Ibu bercerita sesuai fakta dari keluarganya.

"Belajar apaan? Sains?" Tanya Garsa dengan cengengesan.

"Ehh malah main main!" Era memarahi Garsa.

"Kalian harus pandai memakai permatanya. Harus tau batasan kekuatan, harus tau bagaimana caranya mengkombinasikan dengan kekuatan lain." Ayah pula sekarang yang menerangkannya.

"Tadi Ibu bilang ada 3 orang, satu lagi siapa?" Era bertanya serius.

"Kemungkinan satu lagi berada tersesat di planet kita." Terang Ibu.

"Jadi kita harus mencari satu orang itu?" Era bertanya lagi.

"Iya seperti itu. Kami sebenarnya ingin meminta bantuan kalian untuk membantu Ayah mencari arlojinya yang mengendap di planet Larey." Ibu menerangkan dan Ayah menganggukan kepala.

"Lah Larey bukan nama orang ganteng Bu?" Era yang termakan kesalahan membaca.

"Darimana Larey itu ganteng. Itu sebuah planet tempat Ayah bekerja." Cerita Ayah tentang dirinya.

"Lahh, bukunya nipu aku berarti Yah." Era tersenyum malu.

"Eh kalian baca apaan aja dari kamar?" Ayah dan Ibu bertanya serius.

"Aku sih cuma baca tentang permata Biru, sama jaman Ayah dan Ibu masih muda. Cinta cinta sama jodoh gitu." Curhat Garsa tentang buku itu.

Ayah dan Ibu tersipu malu, saling melirik dan membayangkan bagaimana kisah mereka dulu.

"Kalo aku baca itu tadi planet Larey tpi bentaran. Takut Ayah sama Ibu dateng." Era terlihat sangat jujur.

Garsa sangat didiami rasa penasarannya, hingga ia masih bertanya tentang permata miliknya.

"Ibu belom jawab kekuatan aku apa." Garsa terlihat cemberut dan menatap keduanya.

"Lah kirain kamu udah tahu, hahahaaa." Ayah menertawakan sikap Garsa.

"Kamu belom kepikiran?" Tanya Ibu.

"Kalo kepikiran aku gabakal nanya Bu." Garsa membalas pertanyaan Ibu.

Semuanya tertawa, kecuali Garsa. Garsa masih sangat kebingungan.

"Kekuatan Kamu itu bisa memperlambat waktu orang lain, namun di tempat orang yang terkena pengaruh permata itu hanya terlihat waktu seperti biasa. Waktu normal pada umumnya sehari hari." Ibu menjelaskan secara rinci agar Garsa paham.

"Ohhh begitu." Garsa akhirnya mengerti.

Akhirnya matahari bangun dari peristirahatannya. Menampakkan permata indah berupa cahaya dikala pagi.
Ya betul, hari tampak benar benar pagi. Layaknya waktu yang normal.

"Nah kan udah pagi beneran. Ga jadi tidur deh." Era memanjakan ototnya.

"Betul juga, mandi dulu aja gih. Beres beres bentar kalo udah istirahat juga gapapa." Ibu memintanya langsung.

"Tidur aja dulu bentaran gapapa ya Bu:v." Ayah bertawar.

Ibu menatap Ayah secara serius.

"Ngga Bu ngga cuma becanda kok!" Ayah juga seperti terlihat serius.

"Tinggal diperlambat aja pake permata aku kan bisa?" Garsa akhirnya memberi tawaran bagus.

"Bisa, bisa." Ayah sangat setuju dengan itu.

"Bisa kan Bu?" Tanya Garsa.

Sementara itu, Era diam memerhatikannya dari tadi, sembari tak paham Era hanya menonton mereka berdiskusi.

"Coba aja sekali dua kali mungkin gak akan buruk." Ibu mengalah dan setuju.

"Akhirnyaaa gak penting kalian ngomong apa aku ga ngerti yang penting bisa tidur nyenyakkk." Era heboh dengan sendirinya.

Mereka semua meninggalkan kegaduhan di kamar Era.
Kembali ke kamarnya masing masing untuk tidur.

"Ehhh bentar jangan pergi. Ini manggil kekuatannya gimana?" Garsa yang terburu buru.

"Kan ada mantranya. Kemaren aja Kakak tau dari kamu." Era memberitahukannya.

"Lah iya." Garsa mengingat pembicaraannya.

"Kekuatan kamu kan memperlambat waktu itu tadi, tinggal bilang aja depan arloji sama permatanya." Ayah menasehati Garsa sambil menguap.

"Ok Permata Biru dan Arloji, lambatkan waktu kami buat tidur aja." Garsa membacakan mantranya.

"Lah anjir gak niat banget." Era sinis.

"Kakak juga pernah gak niat." Garsa membalikan kata kata Era.

*Hshhs

"Wih kece juga warna biru." Era memuji permata milik Garsa.

"Kakak baru tau? Siapa dulu dong yang punya~." Garsa yang banyak tingkah.

Semuanya telah menikmati kembali malam yang kelam. Untuk mengulang mimpi yang sempat terhenti.

Oh jadi itu kekuatan Garsa. Cukup unik ya, bisa membuat waktu orang lain melambat.

Ikuti akun ini dan tunggu kelanjutannya. Jangan lupa untuk memberikan vote.

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang