"Sehun, ini aku. Tolong buka pintunya sebentar, Naeun ingin tidur bersamamu." Jongin mengetuk-ngetuk pintu kamar Sehun, benar rupanya yang bibi Jang katakan Sehun mengunci pintu kamarnya.
"Sehun, kau sudah tidur? Bisakah kau bangun sebentar? Aku mohon." Jongin menaikkan volume suaranya agar Sehun mendengar. Namun tak ada respon dari Sehun sama sekali.
"Ibu~ Aku mengantuk, aku ingin tidur bersama Ibu~" Naeun merengek. Tangan kecilnya pun ikut mengetuk pintu kamar Sehun, bahkan Naeun pun tak mendapat respon Sehun. Jongin mulai dilanda kepanikan.
"Bibi, tolong ambilkan kunci cadangan kamar ini." Jongin berinisiatif membuka pintu kamar Sehun menggunakan kunci cadangan, bibi Jang bergegas pergi untuk mengambil kunci cadangan.
Belum ada dua menit pergi, bibi Jang kembali dengan membawa kunci cadangan kamar Sehun.
"Terima kasih, bibi. Naeun bersama bibi Jang dulu ya." Jongin menurunkan Naeun dari gendongannya, ia menerima kunci cadangan dari bibi Jang lalu tak membuang waktu lagi segera membuka pintu kamar Sehun.
"Sehun..." Jongin masuk ke dalam kamar Sehun namun rupanya Sehun tak ada di ranjangnya, ia mendengar suara gemercik air di dari dalam kamar mandi.
"Sehun, kau di dalam?" Jongin mengetuk pintu kamar mandi. Namun Sehun tak merespon, ia hanya mendengar suara tangisan. Tanpa pikir panjang Jongin menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan terkejut melihat Sehun duduk di bawah guyuran air dingin sambil menangis.
"Sehun.. apa yang terjadi, hm?" Jongin mematikan shower dan air yang mengguyur tubuh Sehun seketika berhenti mengalir. Ia berjongkok di depan Sehun yang basah kuyup yang sedang memeluk kedua lututnya.
"Katakan apa yang terjadi? Ravi mengatakan sesuatu padamu?" Jongin kembali bertanya. Ia yakin sekali keadaan Sehun saat ini disebabkan oleh Ravi, ia sudah curiga sejak awal.
"Jangan menangis. Kau membuatku semakin khawatir, Sehun." Jongin menyentuh kedua pundak Sehun yang gemetar, wajah Sehun sangat pucat.
"Aku pembunuh.. Aku pembawa sial.. Aku pembunuh.. Aku pembawa sial..." Sehun meracau dan mengulang-ulang ucapannya. Ia kambuh lagi setelah sekian lama. "Aku telah membunuh anakku sendiri. Aku pantas mati." Sehun tertawa disela tangisannya.
"Tenang, Sehun. Tenanglah.."
"Tidak! Dia bilang aku pembunuh dan pembawa sial!" Sehun menangis histeris, ia bahkan membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi. "Aku harus mati!" Raung Sehun tak terkendali dan semakin keras membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi.
"Tenanglah, Sehun. Kau bukan pembunuh dan pembawa sial, kau tidak seperti itu. Jangan sakiti dirimu seperti itu." Jongin memegang kepala Sehun agar berhenti membenturkan kepalanya sendiri ke dinding, ia menarik Sehun ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat tak perduli pakaiannya ikut basah. "Semua yang terjadi bukan kesalahanmu, Sehun."
"Kau tidak boleh dekat-dekat denganku, Jongin. Atau kau akan terkena kesialanku dan hidupmu akan hancur." Sehun memberontak didalam pelukan Jongin, namun Jongin menahannya. "Pergilah, Jongin!"
"Tidak, Sehun. Itu tidak benar, percayalah padaku. Ucapan orang itu tidak benar, orang itu hanya ingin membuatmu lemah. Kuatlah dan jangan menyerah, aku mohon. Kau hampir melewati masa-masa sulit ini dan kau tak boleh menyerah begitu saja, ingat Naeun, diriku, dan juga Ayahku. Kami semua menyayangimu." Jongin berusaha menenangkan Sehun dengan kata-kata dan pelukannya, Sehun berhenti meracau namun masih menangis sambil memeluk Jongin dengan sangat erat seolah menginginkan perlindungan.
"Ayo kita keluar dari sini. Kau bisa masuk angin, kau harus segera mengganti pakaianmu." Jongin membantu Sehun berdiri. Ia bisa merasakan tubuh Sehun mulai menggigil kedinginan, sepertinya Sehun sudah lama berada di dalam kamar mandi. Kulit wajah dan tubuhnya sangat pucat, Jongin membantu memapahnya keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Destiny | KaiHun
RandomKim Jongin seseorang yang berusaha mengembalikan cahaya dihidup Oh Sehun yang telah redup karena sebuah tragedi. KAIHUN! GENDERSWITCH FOR UKE! Maaf gak jago bikin summary. Don't like? Don't Read!