8. 나쁘지 않아

188 55 4
                                    

Bagian Delapan : Itu Tidak Buruk

밤 A Night



"Sungyoon-ssi, annyeong." Ia melambaikan tangannya, menyapaku dengan senyuman manis.

"Oh, hai." balasku.

Kita bertemu di persimpangan jalan menuju halte. Ia sedikit berlari kecil ke arahku dengan dress putih selutut dan juga sepatu snikers. Aku hanya dia di tempatku dan merasa jika jantungku berdetak cukup kencang. Dia sangat cantik hari ini.

"Sudah lama menunggu?" ia bertanya.

"Tidak,"

Kami berjalan beriringan dan mendapati bus yang menghampiri, lebih tepatnya kita yang menghampiri. Kita memasuki bus, tidak ada lagi percakapan yang terlontar.Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku hanya terus mengamati jalanan dari balik jendela, lalu beralih melihatnya.

"Apa tidurmu nyenyak semalam?" aku memberanikan diri bertanya hanya untuk mencaikan suasana.

"Ah iya, kau?" ia balik bertanya.

"Aku juga,"

Kita saling melihat satu sama lain, senyuman itu terus terukir di wajahnya. Lalu aku memutuskan untuk memalingkan pandangan dan kembali mengamati jalanan. Aku merasa jika waktu berjalan cukup lama. Padahal, kita hanya setengah perjalanan. Bagaimana nanti saat kita menghabiskan waktu bersama?

"Jeo, Choi Sungyoon-ssi," seseorang menepuk bahuku.

"Kita sudah sampai, aku memanggilmu dari tadi tapi tidak ada balasan."

"Ah, benarkah? maafkan aku." Aku terus menggaruk tengkuk yang tidak gatal lalu menuruni bus. Aku melihat sekeliling, ini cukup ramai. Kita hanya terus berjalan dan memperhatikan sekitar.

"Cuacanya sangat bagus," ujarku.

"Ya, kemarin mendung. Tapi hari ini sangat cerah." balasnya.

"Haruskah kita membeli sesuatu yang manis dan dingin?"

"Semacam soda dingin atau es krim?" tawarku.

"Aku pikir, es krim akan menyenangkan." katanya.

"Baiklah,"

Aku menghampiri gerai es krim pada sebuah mobil box dan memesan. Ji Hyun mengikutiku di samping. Aku merogoh saku, tiba-tiba saja ia menawarkan untuk membayarnya.

"Biar aku,"

"Tidak perlu, aku yang mengajakmu jadi biarkan aku yang membayarnya." ucapku.

"Apa kau yakin?" ia bertanya.

"Tentu saja," aku mengambil pesanan dan membayarnya. Memberikan satu untuknya dan satu lagi untukku.

"Um... gomawo,"

Kita pergi dari gerai ini dengan sesekali memakan es krim di tangan. Aku melihat puluhan orang melingkar di sebuah tanah yang cukup lapang. Kurasa mereka sedang melihat pertunjukan busking.

"Kau mau ke sana?" tanyaku.

"Tentu," ia berantusias.

Kita menyelip di baris penonton dan duduk di jalan yang berundak layaknya membentuk beberapa anak tangga.

🎼 Pictures i'm living through for now
Trying to remember all the good time.
(Gambar yang kujalani ini, mencoba untuk mengingat semua saat yang menyenangkan.)

"Apa kau suka?" aku bertanya.

"Sangat suka," ia menjawab dengan terus tersenyum dan beberapa kali melahap es krimnya. Itu membuatku sedikit tertawa.

Aku terus melihatnya, dan menikmati pertunjukan ini. Aku menghirup udara yang berhembus, memandang langit biru dan tersenyum. Aku menyukai saat ini. Dan lagu ini berakhir, ia mengajakku untuk pergi dari pertunjukan.

"Sungyoon-ssi, bagaimana jika kita melanjutkan berkeliling?" katanya.

"Ah, geurae." jawabku singkat.

Kita bangkit dari tempat duduk. Berjalan menaiki dua anak tangga. Tapi tiba-tiba saja aku mendengar suara yang bersumber dari sampingku.

"Joo Ji Hyun-ssi, neo gwenchanha?" seketika aku membungkukkan badanku untuk memastikan keadaannya.

"Ah, tidak. Aku tidak apa," ia langsung berdiri dan membenarkan dress indahnya dan beberapa kali mengusap kakinya.

"Lututmu tergores, kau yakin tidak apa?" tanyaku.

"Tidak, aku baik-baik saja." Ia hanya mengusap lutut dan tersenyum kikuk. Aku lalu berdiri dan berjalan disampingnya.

"Jjah, mungkin jika kau memegang tanganku, kau tidak akan terjatuh lagi." aku berujar sembari mengulurkan tangan. Ia hanya melihat tanganku lalu memegangnya perlahan.

"Gg..gomawo," ia berterimakasih dan tersenyum.

Aku hanya mengangguk dan membalas senyumnya. Tiba-tiba saja hal ini datang lagi. Degupan jantung yang sangat amat keras. Aku bahkan dapat mendengarnya.

Ya Tuhan, selamatkan jantungku.

밤 A Night

Aku melangkahkan kakiku bersamaan dengannya. Hari mulai petang. Kita berjalan menuju persimpangan, tempat pertama kita bertemu hari ini.

"Sungyoon-ssi," panggilnya.

"Ya?" kita menghentikan langkah.

"Um.. aku berharap kau mau memakainya," ia memberikan sebuah gelang tangan berwarna pastel yang terbuat dari benang wol. Aku melihat itu, dia juga mengenakan gelang yang sama.

"Tentu saja,"

"Terimakasih," aku meraih dan memasangnya pada pergelangan tangan kananku dengan cukup kesulitan.

"Biar kubantu," ia memberikan tawaran.

"Eoh?"

Ia tiba-tiba meraih tanganku untuk membantu dan berkata, "Aku membuatnya sendiri."

"Jeongmal?" tanyaku.

"Um," jawbnya dengan mengangguk. Ia berusaha memasangnya pada tanganku, dan aku hanya mengamati itu.

"Yeppo," mulutku tiba-tiba melontarkan kata-kata seperti suara hatiku.

"Ne?" ia mendongakkan kepalanya dan melihatku.

"Ah, maksudku.. gelang tangan," aku menjawab dengan cukup salah tingkah dan sedikit tersenyum.

"Ah iya." ia merespon sembari tertawa garing.

"Dan kau juga," aku meneruskan ucapanku.




밤 A Night

a night | Y Golden Child √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang