9. 너만 보이다

178 54 3
                                    

Bagian Sembilan : Aku Melihatmu

밤 A Night—


"Hai hyung," sapaku. Saat ini aku sedang berada di toko bunga milik keluarga Bong.

"Oh, Sungyoon! kau mau mencari Jaehyun? dia tidak ada disini," dia adalah kakak laki-laki Jaehyun.

"Tidak, tidak." jawabku.

"Oh, lalu?"

"Aku, aku ingin membeli bunga," ujarku seraya menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Untuk apa?"

"Apa jangan-jangan? untuk teman kencanmu ya?" Jeonghyun hyung sepertinya sedang menggodaku.

"Tt..tidak," aku mengelak.

"Tak apa Sungyoon, aku tahu. Lagipula saat aku seusiamu, aku juga pernah pergi kencan buta." tiba-tiba saja Jeonghyun hyung bercerita.

"Ah, benarkah?"

"Tidak juga. Kau bisa melihat-lihat dulu koleksi bunga disini," ujarnya.

"Ah iya, apa kau bisa merangkaikan bunga untukku, maksudnya buket bunga sesuai warna yang ku inginkan?" tanyaku.

"Tentu saja,"

"Aku tidak tahu banyak tentang jenis-jenis bunga, tapi apa kau bisa merekomendasikan padaku bunga yang indah?" aku mulai berkeliling sebentar.

"Kau ingin bunga yang seperti apa?" Jeonghyun hyung mengikutiku di belakang.

"Perpaduan warna pastel dan putih,"

밤 A Night—

Aku berjalan keluar dari toko dengan sebuah buket bunga ditanganku. Aku menyukai aromanya. Dengan melihat langit yang berwarna kuning kemerahan.

Aku berjalan menuju kedai dan melihat ponsel, waktu menunjukkan pukul 18.46 KST. Kurasa dia sudah menungguku disana. Aku mempercepat langkah kakiku dan sesekali berlari.

Dan akhirnya, aku sampai di depan, sepertinya di dalam cukup banyak pengunjung. Aku mulai membuka pintu yang ditandai dengan munculnya suara gemericik lonceng akibat pintu terbuka, tapi kali ini terdengar cukup pelan.

Aku melihat sekeliling dan menemukan sosok Joo Ji Hyun yang sedang duduk di tempat pertama kali kita berkenalan. Dia tidak sendiri, ada beberapa gadis yang berbicara dengannya. Aku mulai berjalan ke arahnya.

"Aku tahu, ini semua adalah taruhan konyolku dengan kalian,"

Perkataan Ji Hyun, membuatku bingung. Aku terdiam dan memilih untuk mendengarkan apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Dan aku tidak benar-benar menyukai Sungyoon,"

"Ji Hyun-ssi," tapi mulutku tiba-tiba memaksaku untuk memanggilnya dan itu membuatnya menatapku. Entahlah, aku tidak tahu ekspresi konyol yang saat ini menghiasi wajahku.

"Sungyoon-ssi?"

Aku melihat teman-teman Ji Hyun yang tertawa cukup renyah, lalu melihat ke arahku. Aku mulai melepas buket bunga dari tangan kananku dan berjalan keluar dari tempat ini.

Aku tidak mengerti situasi seperti ini,

Itu semua terngiang-ngiang di telingaku,

Aku tidak tahu, mengapa aku merasa cukup sedih.

"Apa yang harus kulakukan?" aku berjalan dan mengambil nafas kesal.

Aku memutuskan untuk berjalan mengitari kompleks dan melihat remang-remang cahaya redup yang seakan berpihak padaku. Benakku memutar semua tentangnya. Semua yang ku katakan padanya. Namun aku menelan kata-kataku. Aku selalu mendorongnya kembali dan menyesalinya.

Pengakuanku yang tak pernah kukatakan dengan suara keras. Hari-hariku selalu berputar di sekitarnya. Malamku dipenuhi mimpi tentangnya. Meskipun aku tidak pernah hadir di hari-harinya, aku akan pergi menemuinya.

Aku terus berjalan, melewati jalanan sepi seperti biasanya dan menemukan seekor kucing gempal yang pernah kutemui malam itu. Aku memutuskan untuk duduk di jalanan beraspal bersamanya. Aku mulai mengelus rambut oranye yang menyelimuti tubuhnya, dan mataku tertuju pada sebuah gelang yang mengikat pergelangan tangan kananku. Tangan kiri ku mulai meraihnya dan melepaskannya.

Setiap hari perasaanku tumbuh. Karena itu, aku mencoba menyembunyikannya lagi hari ini, selamat tinggal.

"Choi Sungyoon-ssi,"




밤 A Night—

a night | Y Golden Child √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang