10. 괜찮아

173 53 1
                                    

Bagian Sepuluh : Tidak Apa

밤 A Night



Aku memandang hamparan langit malam dengan duduk di bangku taman. Aku merasa jika hatiku tidak merasa senang sekarang. Ekspresi datar dan cukup masam bersarang di wajahku. Aku memilih untuk tetap diam, tapi kenapa dia juga ikut diam.

"A... aku memungut bunga yang kau jatuhkan saat di kedai tadi,"

"Apa aku bisa memiliki ini?" ia memberanikan diri untuk memulai perbincangan.

"Aku membuangnya dan itu bukan menjadi milikku lagi sekarang, jadi terserahmu." aku menjawab dengan tanpa melihatnya.

"Kau menjadi dingin dalam sekejap,"

"Apa kau menjaga jarak sekarang?" ia berkata dengan sedikit tersenyum simpul.

Suasana hening kembali menyelimuti. Beberapa kali angin berhembus menerpa atmosfer taman. Dan itu membuat hatiku menjadi sedikit lebih tenang. Aku mendongakkan kepala dan memperhatikan pergerakan awan, meskipun itu terlihat tidak terlalu jelas.

"Geundae, mianhae." tiba-tiba ia meminta maaf.

"Berhentilah meminta maaf." aku memalingkan pandanganku dari langit yang gelap.

"Tapi aku melakukan kesalahan, jadi maafkan aku."

"Aku tau jika kau marah," ia berujar lalu menatapku. Dan itupun membuatku juga ikut menatapnya.

"Aku tidak marah," aku memenggal ucapanku.

"Aku hanya kecewa." lalu meneruskan kalimatku dan berhenti untuk melihatnya.

"Maaf,"

"Aku ingin menceritakan yang sebenarnya padamu, apa kau mau mendengarku?" ia berujar lalu menghembuskan nafas kasar.

"Yang kau dengar saat di kedai tadi, itu sama sekali tidak salah."

Ia tiba-tiba menghentikan kata-katanya. Sesekali melihat dan memutar buket bunga di tangannya yang memang kuberikan padanya. Entahlah, aku cukup muak dengan ini semua.

"Saat, aku memberikan nomor ponselku,"

"Bertemu dan berkenalan denganmu,"

"Lalu, menghabiskan waktu bersama denganmu."

Tiba-tiba saja itu semua terputar ulang dalam pikiranku yang kusam. Aku merasa sangat kesal, ingin rasanya aku pergi dari tempat terkutuk ini.

"Itu semua.. memang hanya taruhan dan bodohnya, aku dengan mudah mengiyakan lalu melakukan semuanya."

"Padahal aku... tidak benar-benar menyukaimu." ia melanjutkan perkataannya.

"Apa masih lama?" aku menyela. Dia membuatku datang ke sini hanya untuk memperjelas kalimatnya yang tidak sengaja terdengar olehku tadi sore.

"Sungyoon-ssi," ia memanggil.

"Mian." dan meminta maaf.

"Baiklah aku pergi," aku beranjak dari tempat duduk.

Berjalan menjauh dengan sambutan sepoi angin malam yang seakan menusuk tulangku. Dan rintikan hujan seketika turun membasahi permukaan bumi, tubuhku basah sekarang. Aku menghentikan langkahku dan lagi-lagi menatap langit meskipun akan sulit untukku membuka mata. Lalu aku menundukkan kepala.

"Tapi, aku menyukaimu Ji Hyun-ssi," aku berkata lirih.

Mungkin perasaanku padamu terlalu besar.

Aku hanya terus melihat ke bawah dan mengamati jalanan yang basah. Aku mendengar suara langkah kaki yang berarah mendekatiku. Kurasa dia Joo Ji Hyun.

"Maafkan aku," suaranya yang bergetar dan terdengar samar akibat hujan yang berjatuhan.

Aku memutuskan untuk terus berjalan perlahan dan seolah tidak memperdulikannya. Tidak ada lagi suara cipratan air hujan yang timbul akibat sepatunya. Kurasa dia sudah berhenti.

"Setiap hari.. perasaanku tumbuh," dia berkata dengan sedikit berteriak.

"Dan aku benar-benar mencintaimu."




밤 A Night

a night | Y Golden Child √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang