Kita sama-sama punya penderitaan masing-masing.

3.4K 116 294
                                    

Rintikan hujan malam yang mengguyur kota Jakarta, menampakkan seorang gadis dibalik cermin sambil terduduk diatas ranjang dengan memeluk kedua lututnya. Suara isakan tangis terdengar samar dari gadis itu. Ia kini menangis sendu, merasakan kesedihan yang amat dalam.

"Maaf Daffa, kamu sudah jadi korbannya. Ini salah aku." Kata itu yang keluar dari mulut Naraly Meeitsha. Gadis yang berusia enam belas tahun yang kini terus saja menangisi kepergian Daffa, laki-laki yang sangat berarti baginya.

Nara dan Daffa adalah sepasang kekasih. Mereka dekat pada saat Sekolah Menengah Pertama. Nara tipikal gadis yang cuek dan jutek kepada cowok manapun. Bisa dibilang tak mau ada urusan apapun dengan lawan jenisnya itu. tetapi Daffa, cowok itu yang telah berhasil membuat seorang Nara bisa merasakan cinta pertamanya. Nara merasa Daffa telah membangkitkan ke trauma 'an nya.

Namun naas, Daffa tidak bisa lebih lama lagi bersama Nara. Hari itu, Daffa meninggal di pelukan Nara. Menyelamatkan Nara dari kecelakaan, hingga menimpa dirinya sekaligus merenggut nyawanya. Nara tidak menyangka, semua laki-laki dalam hidupnya satu-persatu pergi meninggalkannya. Ayah, kakak, dan kini Daffa, sang kekasih.

"Apa memang dunia ini gak akan pernah ngizinin gue untuk dekat sama cowok manapun? Apa ini sebuah kutukan?"

ఌ︎ఌ︎ఌ︎

Lain sisi dengan cowok yang kini sedang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Dengan selang infus yang menusuk tangan kirinya. Ia merasakan sakit dibagian pinggang kirinya yang terus terasa menusuk. Jevino Alfanzaniel, cowok yang merasakan rasa sakit itu. Dia terus berusaha kuat untuk tetap bisa bertahan hidup. Ini terlalu menyakitkan untuk Jevino. Ia ingin semuanya bisa berakhir.

"Ma, Jevi gak kuat," gumam Jevino dengan mata yang setengah terbuka dan terus meringis kesakitan.

Sementara dari tadi seorang wanita yang terus saja menangis sembari menggenggam dan mencium tangan kanan anaknya berkali-kali. Ia selalu sedih melihat kondisi Jevino yang sedang kesakitan itu.

"Jangan nangis, Ma. Maafin Jevi sudah bikin Mama nangis." Dengan suara parau, Jevino berusaha untuk menghapus air mata sang mama yang terus mengalir karenanya. Ia tidak menyukai air mata mamanya karena telah menangisi dirinya.

"Kamu harus sembuh, Jevi. Mama yakin kamu pasti sembuh, mama akan selalu ada buat kamu."

Jevino sendiri juga sedih melihat kondisi mamanya, Erika. Yang selalu memohon Jevino untuk sembuh. Dan Jevino juga selalu terus berdoa kepada Tuhan agar bisa mengangkat penyakitnya.

"Mama doain, Jevi, ya. Sekarang Jevi lagi coba lawan sakit ini."

"Pasti sayang, pasti mama akan terus doain Jevino, anak mama." Erika tidak bisa membendung isakan tangisnya, ia meledakkan rasa sedihnya sekarang. Ucapan Jevino membuat dirinya ikut merasakan sakit yang di derita sang anak.

ఌ︎ఌ︎ఌ︎

Beberapa minggu setelah dirinya dirawat, Jevino kini sudah diperbolehkan pulang. Namun, cowok itu memilih untuk pergi ke pantai yang searah dengan rumahnya. Sekarang, ia berada di pinggir pantai dan terduduk disana sambil memandangi langit yang jingga saat ingin terbenamnya matahari. Sangat indah melihat langit seperti itu. Jevino memejamkan matanya, membiarkan udara segar yang berhembusan kearahnya dan menerbangkan rambutnya.

"Tenang banget cuacanya." Jevino bergumam dengan mata yang masih terpejam.

Tak lama air matanya perlahan kembali mengalir. Jevino tidak tahu pasti apa alasannya, ia hanya merasa lelah hidup dengan bantuan alat dan juga obat-obatan. Tidak kuat terus merasakan sakit pada bagian pinggangnya yang sering tiba-tiba sakit seakan menghantamnya.

Disaat yang bersamaan, Jevino memikirkan bagaimana caranya untuk tetap melanjutkan hidup seperti permintaan mamanya. Jevino bingung harus egois atau tetap bertahan. Pilihan itu memiliki konsekuensi yang berat tentunya. Perlahan hembusan panjang keluar dari mulut cowok berparas tampan itu. Kemudian ia berkata , "kalau Engkau masih membiarkanku untuk tetap hidup. Bolehkah aku meminta satu permintaan kepadamu, Tuhan?"

Jevino kembali mengambil nafas panjang lalu menghembuskan nya dengan mata yang masih terpejam. "Tolong, saat aku membuka mata, perlihatkan satu saja, seseorang, yang akan menemaniku sampai akhir nanti."

Itulah permintaan Jevino kepada Tuhan. Permintaan yang terdengar aneh. Namun, lain dari pada itu. Jevino beranggapan jika seseorang itu ada, maka itu adalah takdir dari Tuhan untuk bisa menemani hari-harinya nanti sampai .... Tuhan menjemputnya.

Sekitar dua menit setelah Jevino mengucapkan permintaannya, perlahan matanya terbuka, samar-samar saat kelopak matanya terbuka jelas tak ada seorangpun dihadapannya. Ini tidak seperti yang dirinya bayangkan. Ternyata itu hanya cukup menjadi khayalan bagi Jevino saja.

"Gak ada, ya?"

Jevino berdiri dengan perasaan sedih setelah lama dirinya duduk disana, cuaca juga sudah mulai gelap dan sebentar lagi akan berganti menjadi malam. Ia sudah harus pulang. Tetapi, saat ia berbalik kebelakang dan hendak melangkah pergi, suara bercekan air pantai terdengar jelas di telinga cowok itu. Dengan gerakan cepat, Jevino berbalik dan melihat siapa yang ada disana.

Dan benar saja, ada seseorang didepannya dengan jarak yang lumayan jauh, sekitar dua puluh meter dari hadapannya. Yang ia tangkap dari penglihatannya, yakni seorang perempuan berambut hitam pendek juga berponi. Postur tubuhnya pada saat itu sedang berjongkok sembari membiarkan perahu kertas kecil mengikuti aliran air pantai yang membawanya pergi.

Senyuman di wajah Jevino mengembang, ternyata Tuhan mengabulkan permintaannya. Jevino mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeans pendek yang ia pakai. Kemudian memotret perempuan dihadapannya dengan background senja yang memperindah foto perempuan cantik itu, yang Jevino yakini itulah takdirnya yang di berikan Tuhan.

"Kita pasti bertemu lagi," gumam Jevino lalu pergi dari posisinya. Ia segera masuk kedalam mobil lalu meninggalkan pantai dan juga perempuan yang ada di hadapannya itu. Jevino sudah berjanji untuk tidak berlama-lama disana kepada sang mama.

ఌ︎ఌ︎ఌ︎

Hi! Terimakasih sudah mampir ceritaku ya, semoga suka sama cerita JEVINO ini, but ini prolog ya sayangkuu💗 tolong support akuu untuk vote dan komen ceritanya dan follow akun wattpadku biar kalian tahu updatean terbaru Jevino

JEVINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang