H-2

1.2K 73 1
                                    

Selamat membaca..

》》♡《《

Matahari sudah mulai menghilang dibawah garis cakrawala disebelah barat. Membuat langit menampilkan semburat warna oranye kemerahan. Tapi, Haera belum mau melangkahkan kaki nya menuju rumah. Ia duduk tenang dengan tangan memegang ponsel yang menunjukkan chat dari seseorang yang membuatnya berpikir berkali-kali untuk pergi dari rumah.

____________________

Kak Yoongi:
Lo emang nggak niat pulang atau emang nunggu gue usir dari rumah?
5.47PM

Haera:
Sebentar kak, aku masih ada kerja kelompok.
5.51PM
Read

____________________

Namun, kata kerja kelompok pada kolom chat hanya bualan belaka Haera untuk tidak berada dirumah. Ia merasa seperti orang asing yang datang untuk menginap di rumahnya sendiri.

"Kalau aku kabur dari rumah, kak Yoongi kira-kira nyariin nggak ya?" tanya gadis itu entah kepada siapa. Gadis itu terkekeh pelan.

"Kayaknya sih bakal dicari, iya.. Dicari untuk dihabisin" kemudian ia terkekeh lagi, kali ini matanya memanas. Air yang keluar dari sudut matanya membuat pandangannya memburam.

"Bunda, kangen... Bunda, kakak nggak nepati janji buat jaga aku dengan baik. Ayo marahin kakak bun, kakak ngelawan bunda.." suaranya bergetar untuk sekedar mengatakan kalimat itu. Dengan susah payah ia menahan air matanya. Tetapi, pada akhirnya.. air itu terjun dengan bebasnya membasahi pipi nya. Napasnya tersenggal dan tangisannya semakin pecah.

Haera membiarkan senja menemani tangisannya sore ini. Ia marah, ia marah pada semesta, pada taman, pada air mata, pada semuanya.. Sampai ia tidak tahu ingin menyalahkan siapa.

"Kalau kamu lagi sedih, nangis aja nggak pa-pa. Kamu nangis bukan berarti cengeng, tapi itu emosi dalam diri manusia. Bunda juga pernah nangis kok, keluarin aja semuanya jangan ditahan. Itu malah buat dada kamu sakit" kata bunda diteras waktu itu. Haera masih duduk dibangku kelas 2 SD, dia saat itu sedih kucing peliharaannya mati.

Waktu itu Bunda masih di cafe dan rela pulang saat Haera menelfonnya dengan lesu. Bunda mencoba berbagai cara agar Haera kembali ceria, tapi tidak ada yang berhasil. Setelah Bunda mengatakan hal itu, Haera menangis sejadi-jadinya di dekapan Bunda.

Tangisannya semakin deras, ia rindu Bunda.

Bunda..
Capek, Bunda kapan jemput aku?

Sejenak, ia menghapus air matanya. Beranjak dari situ dan memaksa membawa kaki nya pulang. Ia pergi dari taman yang menjadi saksi tangisannya hari ini.

》》♡《《

Bruk!

Tubuh Haera terhempas begitu saja saat Yoongi mendorongnya dengan kuat. Ringisan pelan keluar dari mulut Haera, punggungnya kena pinggiran tangga. Ia rasa itu akan membiru.

"Tadi guru lo nelfon, katanya beberapa hari ini nilai lo turun" kata Yoongi sambil menatap Haera tajam.

"Haera, lo itu gue sekolahin pake uang bukan pake daun. Mau gue berhentiin sekolah?"

Haera menggeleng pelan "Jangan kak"

"Kalau gitu, perbaiki nilai lo. Kalau semester satu ini nilai lo turun terus—" menggantung. Tapi Haera tau ucapan Yoongi selanjutnya.

"Gue usir lo dari rumah"
Kak Yoongi ngusir aku dari rumah..

"Iya kak"

"Sana masak, gue laper" Yoongi berkata sambil berjalan melewati Haera yang masih terduduk di dekat tangga.

Air mata itu jatuh lagi.

"Kalau nanti ayah udah nggak ada, dan kamu cuma tinggal sama kak Yoongi. Dengerin apa yang dia bilang, jangan membantah" saat itu ayah dan Haera sedang berada dibelakang rumah melihat taman kecil yang dibuat bunda. Bunga-bunga dengan beberapa jenis tersusun rapi disitu.

"Emangnya ayah mau pergi kemana? Kapan perginya?"

Ayah terkekeh mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Haera. Mengusap pelan rambut Haera.

"Kapan ayah pergi nggak ada yang tau. Semua sudah kehendak tuhan, jadi.. Haera mau kan nurutin kata ayah?"

Haera mengangguk antusias.

"Mau, ayah"

Ayah tersenyum. Namun, 7 bulan setelah obrolan hangat Haera kecil dengan ayah. Haera mendapatkan kehilangan itu, bukan hanya kepergian ayah tapi juga bunda. Haera yang sedang bahagia ingin menunjukkan nilai rapot dan juara yang ia dapatkan dikelas, hanya bisa menangis. Semangatnya luntur, bahkan semakin luntur saat Yoongi menyalahkannya atas kepergian ayah dan bunda.

Kehilangan ayah dan bunda yang terlalu mendadak masih menjadi kisah kelam untuk gadis itu. Bahunya bergetar, air matanya turun lebih deras dari tadi sore.

Haera lelah, ia harus istirahat untuk menjalani hari esok yang tidak tahu level kekejamannya.

Bersambung..

Halo, aku update malem-malem lagi wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, aku update malem-malem lagi wkwk.

Baru siap nugas tsay..

Semoga tetap nyambung ya sama chapter semalem.

Selamat malam. Mimpi indah..

25 Agustus 2021

Haera | BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang