3

19 0 0
                                    

lu ga polos gua ga tnggung jwb bye

***

Keduanya menghentikan kegiatan mereka saat melihatku, aku mendengus sambil menatap mereka balik. "Kalau mau begituan mending di gudang, gue rekomendasiin," saranku dengan kedua tangan di depan dada. Sedangkan cewek yang kumaksud adalah Queensha, ia terkenal playgirl dan bukan baru kali ini aku memergokinya karena melakukan hal tidak senonoh di sekolah. Aku sudah tak kaget.

Queensha tersenyum melihatku, ia membetulkan letak seragamnya. "Kok tumben lu ke UKS, kirain gue kali ini gak bakal ketahuan sama lo," tanya cewek itu dengan nada meledek.

"Oh tadi, kepala gue tiba-tiba pusing, gak tau kenapa," mendengarnya, aku jadi teringat dengan pusing di kepalaku. "Lu kan PMR, bisa pijitin kepala gue gak?" tanyaku kemudian sambil memajukan kepalaku kearahnya.

Ekspresi Queensha langsung berubah masam, "Gue PMR, bukan tukang erut ya! Apa jangan-jangan lu gak tau bedanya PMR sama tukang urut?" balas cewek itu tidak terima.

Karena kepalaku yang semakin pusing, aku tidak membalas perkataannya dan segera berbaring di kasur tepat di sebelah kasur mereka. Tapi saat baru memejamkan mata sebentar, aku melihat Queen dan cowok itu melanjutkan napsu mereka lagi. Aku mendengus, mereka benar-benar menganggu acara tidurku.

"Gak nyangka gue, murid barunya udah jago," kataku sambil menggeleng-gelengkan kepala menatap kearah cowok di hadapan Queensha, lalu aku mengedipkan mataku pada cewek yang sedang membuka kancing bajunya itu. Hal seperti ini, pasti hanya seperti membolak-balikkan telapak tangan baginya. "Seperti biasa ya lu, hampir semua cowok di sekolah ini lo embat semua, "

Queensha tertawa renyah mendengar ucapanku, "Tinggal Alvin sepupu lo Fas, tuh cowok jual mahal amat ama gue,"

"Hoaaamm..," aku tak sadar menguap. "Gue akuin lu keren kalo bisa sama Alvin, Sha," lanjutku lalu memejamkan mata, karena sudah sangat mengantuk. Tapi karena rasa penasaranku yang lebih kuat dari rasa kantukku, aku memilih untuk mengintip sebentar kedua orang di sebelahku. Cuma untuk berjaga-jaga kalau nanti keduanya akan kelewat batas. Tapi, melihat tangan cowok itu sudah turun ke dada Queen yang terbuka, dengan cepat aku memejamkan mataku lagi. Bisa-bisa dosaku bertambah kalau melihatnya lebih lanjut.

Suara dering HP yang tak berhenti-henti, membuat mimpiku buyar. Aku menguap dan merentangkan tanganku, sambil melihat ke layar HP. Beberapa detik kemudian aku terlonjak kaget, melihat sudah lewat satu jam dari bel pulang sekolah. Aku dengan cepat bergegas membawa HP-ku dan keluar dari UKS, beruntung pintu masih belum di kunci seseorang dari luar. Kalau tidak, aku bisa menginap disini sendirian sampai esok pagi. Sebelum pergi, aku sempat menoleh pada kasur di sebelahku yang kosong. Queen dan cowok itu sudah pergi duluan meninggalkanku, padahal aku sudah baik memberi waktu lebih lama pada mereka.

"Tau gitu, tadi udah gua cepu-in," kataku berbicara sendiri di depan pintu.

Aku berlari ke kelasku yang sudah kosong tak berpenghuni, suasana di dalam sangat sunyi dan gelap. Aku masuk, mengambil tasku secepatnya lalu berlari pontang-panting menuju ke parkiran. Harap-harap cemas, apakah kedua saudaraku itu masih menungguku atau tidak. Tapi saat sampai di parkiran, tidak sesuai harapanku. Aku sudah tidak melihat satupun mobil yang terparkir disana. Aku reflek menjatuhkan tasku ke tanah, dua manusia itu memang tidak berperikemanusiaan.

"Fasa? Lo belum pulang?" suara seseorang membuatku menoleh, yang ternyata itu Yase─teman dekatnya Alvin, ia tersenyum saat tatapanku dengannya bertemu. Aku tersenyum masam menghadapnya, "Gue ketiduran di UKS tadi," balasku.

"Ooh... Pantesan tadi Ethan sama Ken nyariin lo,"

"Lu bisa anterin gue ke rumah gak Yas?" tanyaku dengan tak bersemangat.

"Gue mau, tapi habis ini ada acara di rumah kakak ipar. Lu minta nebeng sama Alvin aja dah, rumah dia kan cuma beda beberapa blok sama lu," tawarnya padaku. Tentang kakak ipar, yang kutahu ia punya kakak perempuan yang akan menikah sebentar lagi.

"Iya, tapi gua ama tuh anak kan gak akur, Yas,"

"Apa mau gua bantu bilangin?"

"Wah boleh banget!" aku tersenyum senang mendengarnya.

"Oke."

Lalu kami berdua berjalan beriringan menuju lapangan basket, yang kata Yase─tempat Alvin berada. Selama di perjalanan, kami asik mengobrol sampai tak sadar kalau sudah sampai. Aku tertegun sebentar melihat masih banyak murid yang belum pulang, walaupun sebagian besar hanya murid laki-laki. Di tengah lapangan, aku melihat Alvin yang sedang asik men-dribble bola. Aku bisa mendengar samar-samar obrolan cowok itu dengan teman di depannya.

"Wah bro, gua sih owh aja," kata Alvin pada temannya yang berupaya merebut bola di tangannya itu.

"Gak usah sok, udah cukup dua mantan gua naksir semua ke lu," balas teman di hadapannya. Alvin mengerutkan kening karena tidak mengerti. Tapi kemudian cowok itu tersenyum sinis, dengan cepat membawa bola itu mendekati ring lawan. Tapi belum sempat ia shooting, tiba-tiba fokusnya teralih.

At MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang