7

10 0 0
                                    

Astaga, mimpi apa aku barusan?

Dengan cepat aku memaksa bangkit dari tempat tidurku seraya menguap beberapa kali karena masih mengantuk. Saat itu juga aku terlonjak kaget mendapati Alvin yang sedang berdiri di samping kasurku, hampir saja aku berjalan melewatinya. Alisku langsung terpaut, "Ngapain lo di kamar gue?" tanyaku yang bingung menyadari keberadaan cowok itu, sungguh haram cowok dan cewek berduaan di kamar tanpa pengawasan. Sedangkan Alvin, ia terdiam sejenak sambil menatap diriku dengan tatapan datarnya, "Cuma mau ngecek," jawab cowok itu akhirnya. Aku ragu, tapi berusaha untuk percaya saja. Pasti tadi itu hanya bunga tidurku, tidak mungkin aku barusan berciuman dengannya walaupun memang bibirku jadi terasa aneh sekarang. Seperti bengkak, dan sedikit memerah seperti habis di gigit. Aku lalu mengajak cowok itu untuk berjalan berbarengan menuju ruang tengah, tapi di tolak. Alvin memilih berjalan duluan di depanku dan aku di belakang mengikutinya, selalu seperti ini. "Vin, gue ama lu kapan baikannya?" tanyaku seperti gumaman, takut cowok itu akan tambah mencuekkanku kalau aku bertanya seperti itu. "Gatau," cuma itu jawaban dari Alvin sesaat kami sampai di ruang tengah. Aku dapat melihat Ethan, Ken, Mia dan Exa yang menunggu kami. Aku berlari kearah kedua temanku memeluk mereka. 

"Lo ama Alvin lama banget, sampe kita udah mulai rapat duluan," beritahu Mia sambil menunjukkan muka pura-pura ngambeknya padaku. Aku tertawa, "Biasa, gue ketiduran lagi. Untung Alvin bangunin gue," setelah berkata seperti itu, aku melirik kearah Alvin yang sibuk mengobrol dengan kedua saudaraku.

Mia tiba-tiba menarikku untuk mendekat padanya lalu berbisik, "Tadi Ethan bilang kalo Alvin ke kamar lo, gak terjadi apa-apa kan?" tanyanya yang membuatku jadi mengetahui satu hal baru. Ternyata cowok itu sudah izin pada Ethan, aku jadi bisa tenang dari bayangan mimpiku sekarang. Tapi, kalimat Mia selanjutnya berhasil membuatku terpaku.

"Tau gak? Alvin kalo ngebangunin mantannya suka dia ciumin biar kebangun gitu loh! Takutnya lo ntar di gituin juga, tapi bagus kalo enggak deh," ceritanya padaku. Aku hanya diam, Exa yang seperti mengerti reaksiku barusan langsung angkat bicara, "Jangan bilang lo mimpi kalo ciuman sama Alvin?" perkataannya tepat sasaran seakan menusuk badanku.

"Emang kenapa?" tanyaku balik, berusaha bersikap biasa-biasa saja. Karena bahaya saat ada Exa, cewek itu mendapat kelebihan bisa membaca pikiran orang lewat tatapan mata.

"Ya, mantan-mantannya juga banyak yang cerita kalo mereka juga ciuman sama Alvin lewat mimpi gitu, padahal mah asli. Soalnya bibir mereka jadi kerasa aneh, kek habis bersentuhan. Iya kan, Xa?" Mia meminta persetujuan Exa. Exa menggangguk, yang membuat dinding pertahananku runtuh sudah.

"Sebenernya gue juga mimpi gitu, persis sama yang lo bilang," kataku sangat pelan. Mia dan Exa langsung terdiam tidak menjawab.

"Alvin," Exa yang tiba-tiba memanggil cowok itu membuatku reflek memelototkan mata. Alvin menoleh sambil menaikkan satu alisnya menghadap cewek di sebelahku, melihat itu aku jadi cemas. Apa yang akan di lakukan Exa?

"Lu tadi bangunin Fasa pake cium, ya?" tanya Exa dengan santainya. Sedangkan aku hampir gila di tempatku, dengan gesit menaruh bantal di depan wajahku supaya tidak bertatapan dengan cowok itu. Diam-diam aku menyubit lengan Exa, "Lo barusan ngapain njir, jangan bikin malu gue," bisikku padanya dengan penuh penekanan. Sebelum sempat ia membalas perkataanku, suara berat seseorang menghentikan percakapan kami.

"Iya,"

Mataku langsung memelotot saat menyadari siapa yang bersuara barusan. Alvin! Ia baru saja mengakui perbuatannya. Dengan tatapan tidak percaya, suaraku seakan keluar otomatis. "Ke- Kenapa?" tanyaku tak sadar, tak rela firstkiss-ku yang sudah kujaga sedari kecil itu langsung ternodai begitu saja. Alvin tidak menjawab, ia hanya menatap mataku tanpa berkedip. "Kenapa Pin? Gue salah apa lagi sama lo?" tanyaku lagi, aku berusaha mengatur deruh napasku yang mulai tidak stabil. Aku bisa merasakan rangkulan Mia di sampingku yang mencoba menguatkanku. "Gue udah baik.., berusaha baikan sama lo biar kita jadi temen biasa lagi. Tapi, ini balasan lo?" aku memaksakan senyum, dan saat itu juga air mataku menetes. Untungnya rambutku langsung bergerak menutupi sebagian wajahku sesaat air mataku tidak bisa di bendung lagi. "Oke, jangan pernah lo muncul di depan gue lagi," napasku bergebu-gebu, aku merasa emosiku sudah di ujung batas. Aku sangat menghindari jenis cowok seperti ini di kehidupanku, yang bisa kapan saja merugikan orang di sekitarnya. Tak kusangka Alvin juga termasuk di dalam cowok-cowok itu. Lalu aku melangkah cepat menuju kamarku kembali, Exa dan Mia langsung bergerak menyusulku tanpa pikir panjang. Sempat kulihat, tatapan Alvin yang tetap datar sesaat aku bertatapan tidak sampai lima detik dengannya. Padahal aku berharap cowok itu akan mengakui kesalahannya, dan meminta maaf. Tapi sepertinya aku hanya berhalusinasi.

***

Malam pun lewat begitu saja setelah itu. Kami tidak jadi rapat dan memilih pulang ke rumah masing-masing. Setelah Mia dan Exa menenangkanku di kamar, Ken dan Ethan pergi menyusul. Keduanya tampak tidak terlalu mengerti kejadian lengkapnya, tapi melihat mereka berada di sampingku saja sudah membuatku senang. "Dasar, udah tau lu orangnya jual mahal dari kecil, main nyium-nyium aja!" kata Ethan kesal sambil mondar mandir di depanku. Aku jadi terkekeh melihatnya, "Biarin dah, gue juga malu tadi tiba-tiba jadi cengeng gini. Pasti Alvin langsung ilfeel liat gue ya?"

Ethan terdiam, Ken langsung memelukku erat, "Gak kak, Bang Alvin kayaknya merasa bersalah. Tapi dia malu buat minta maaf," katanya di dalam dekapanku.

Beberapa menit kemudian mereka kembali ke kamar masing-masing, meninggalkanku sendiri. Aku tidak bertanya apa yang terjadi dengan Alvin saat aku kabur dari hadapannya, takut menerima kenyataan kalau cowok itu diam-diam menertawakanku. Harusnya aku mengunci pintu kamar tadi siang, agar tidak menyesal seperti ini. Dengan berat, aku harus merelakan firstkiss-ku yang diambil begitu saja oleh sepupuku sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

At MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang