A Gift

903 180 8
                                    

Hari-hari biasa di Yokohama. Aohitsugi Samatoki mengawasi kotanya dengan teliti, sesekali ia berpapasan dengan anak buahnya, menyapa atau pun memberi perintah.

Langkahnya besar tak terasa membawa dia menuju pelabuhan Yokohama dengan cepat, hendak menemui seorang perempuan yang baru ia kenal kemarin.

Sebenarnya Samatoki tidak ingin melakukan hal ini, tetapi dia tidak banyak mengenal 'perempuan' di kota ini. Hanya saja, melihat Rio mengenal teman perempuan sudah pasti dia juga akan memilih jalan cepat dengan meminta pertolongannya bukan? Sangat repot jika harus mendatangi orang asing dan  langsung meminta "ajari aku cara mengerti adik tercjintahku." Itu konyol.

"Oi." Samatoki muncul dari belakangnya. (Name) hanya menoleh.

"Jadi sekarang aku harus apa?" Samatoki to the point.

"Ikut aku." (Name) berjalan duluan diikuti Samatoki yang ogah-ogahan. Baru saja ia datang sudah diajak pergi lagi.

Samatoki sudah tidak asing dengan rute yang ia lewati, ia melihat (name) yang akhirnya berhenti berjalan. (Name) menunjuk ke arah seberang.

"Toko itu."

Samatoki tahu betul toko yang ditunjuknya. Ia mendengus, teringat kembali kejadian waktu itu.

"Yang benar, onna. Adikku tidak akan mudah luluh dengan hadiah, dia-"

"Kali ini dia menginginkannya." (Name) menoleh ke arah Samatoki.

"Kau belum pernah menceritakan kejadian kenapa kau bisa membuat dia marah padamu, tapi aku tahu masalahnya."

Samatoki hanya memalingkan wajah.

(Name) menyebrang. Samatoki mengekor di belakang.

Setelah berada di depan toko, (name) menunjuk kalung couple yang terpajang di sana.

"Dia datang kesini menginginkan kalung ini, tapi kau tidak mengizinkannya."

Samatoki hanya merasa 'merasa' dengan apa yang dikatakan (name).

"Karena kau siscon akut, kau-"

"Aku tidak siscon!"

"Kau takut dia memberikan kalung itu pada laki-laki lain. Lalu, kau tidak mengizinkan membelinya atau kau hanya mengizinkannya membeli 1 saja. Apa aku salah?"

Samatoki memalingkan wajah.

"Ya, itu benar."

"Sekarang solusinya, hadiahilah sepasang kalung itu padanya."

Samatoki menggertak.

"Bagaimana kalau dia memberikannya pada laki-laki lain?!"

(Name) menghela nafas ringan.

"Nemu-san ingin membuat kejutan. Aku tahu apa itu, jika kukatan padamu. Bukan kejutan lagi namanya."

Sebenarnya dari ucapan (name) itu dangat jelas dengan maksud kejutan itu, tetapi ia tahu kalau Samatoki kurang peka kalau sedang panas.

"Kejutan apa itu?! Beritahu aku?! Dan bagaimana kau tahu nama adikku, hah?! Apa kau stalker?!" Samatoki sudah menarik-narik kerah (name).

(Name) hanya membiarkan dia tertarik-tarik tarikannya. Ia hanya fokus pada kata "stalker" yang Samatoki ucapkan.

Pikirannnya bertanya, 'sebegitu mencurigakannya kah aku sampai dikatakan stalker 2 kali?'

Orang-orang yang berlalu lalang menatap (name) iba karena 'seorang perempuan ditarik-tarik oleh yakuza kejam.'

"Jawab aku, onna! Kau membuatku penasaran! Kau-"

"Aohitsugi-san!"

Samatoki terhenyak.

(Name) memegang tangan Samatoki yang berada di kerah bajunya untuk melepasnya. Sejenak ia membenarkan kerah bajunya.

"Percaya padaku. Ini akan baik-baik saja."

Samatoki merasa dia sedang tidak dibohongi dan instingnya mengatakan untuk percaya padanya.

Tanpa sadar ia melamun sendiri sebelum akhirnya menggelengkan kepala, menyadarkan dirinya.

Ia menghela nafas.

"Baik-baik, aku percaya." Samatoki berjalan melewati (name), ia memasuki toko tersebut untuk membelinya. (Name) hanya berdiri di luar, tidak ikut masuk.

Tidak lama Samatoki membeli sepasang kalung tersebut, ia keluar dari toko itu.

"Bagus. Berikan padanya dan selesai. Masalahmu kelar. Aku sudah selesai di sini. Dah."

(Name) hendak berjalan pergi tetapi belakang bajunya tiba-tiba ditarik Samatoki, alhasil ia tertarik + tercekik.

"Tunggu, onna. Kau belum selesai di sini. Kau harus tanggung jawab jika ini tidak berhasil."

Akhirnya ia ditarik ke kediaman Nemu.

"Aku tidak ingin menganggu 'Aohitsugi Time' kalian. Aku mau bersembunyi di sini saja."

(Name) berhenti di belakang tembok sebuah belokan di apartemen.

"Terserah."

Samatoki menekan bel.

Terdengar derapan kaki di dalam sana.

Cklek!

"Iya? Siapa-

Nii-chan.."

"Nemu, aku minta maaf." Samatoki buru-buru mengatakannya, takut si adik segera menutup kembali pintunya.

Nemu tak bergeming menatap kakaknya.

"Aku sangat minta maaf sudah berburuk sangka padamu, mempermalukanmu di toko itu.. Pokoknya aku minta maaf."

Nemu masih terdiam walau mulai terdapat tatapan yang melunak pada matanya.

Samatoki berhenti bicara.

"Aku mengerti, Nii-chan."

Samatoki tersenyum 'sedikit'.

"Dan juga.. Nemu.. Ini.." Ia menyodorkan sebuah wadah yang tertutup rapi.

Nemu membuka wadah tersebut, reaksinya benar-benar reaksi yang diharapkan oleh Samatoki.

"Sepasangkan?" tanya Samatoki.

"Iya! Aku sangat senang! Terimakasih, Nii-chan!" Nemu kesenangan ia memeluk kakak laki-lakinya itu.

"Sebenarnya.. Ini." Nemu mengambil salah satu kalung tersebut dan menyodorkannya pada Samatoki.

Samatoki kebingungan.

"Eh apa? Ini?"

"Untuk nii-chan."

Samatoki speechless.

"Bukankah aku sudah bilang kalau satunya lagi kuberikan pada orang yang berharga bagiku. Nii-chan tidak peka sih.."

Samatoki diam-diam senang dan akhirnya dilanjutkan acara peluk-pelukan antar sodara.

Baik, skip saja.

Btw, (name) yang sembunyi sudah kabur dari tempatnya saat Nemu membuka pintu. Ia ngacir melarikan diri dari suasana yang membuat dia berasa jadi lalat di sana.




Tbc..



***


Omake:

"Xialan, orang itu kemana?!"

Samatoki celingak-celinguk.

"Siapa, nii-chan?"


***

Problem [Hypnosis Mic x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang