Better Relationship

991 183 13
                                    

"JIRO-NIII!!"



DUGGH!

Suara yang berasal dari pintu depan menahan mereka yang hendak baku hantam.

Ichiro. Kemarahannya sudah mencapai batasnya. Ia langsung menyalakan hypnosis mic nya.

"K-kalian! Serang dia!" Para penjahat lain menyalakan hypnosis mic mereka.

Amatir dan naif. Itulah yang menggambarkan penjahat-penjahat itu. Sangat mudah bagi Ichiro melawan mereka, pengalaman nya selama menjadi anggota TDD dan leader Buster Bross membuatnya kuat.

Seluruh ruangan itu berantakkan. Penjahat terbaring di mana-mana. Si bos pun sudah babak belur.

"Kau berani sekali menyentuh saudaraku." Ichiro mengucapkannya dengan suara yang berat.

"H-hiee! M-maafkan aku! A-aku i-i-ini t-ter-terpaksa e-egoku! M-maafkan aku! Ampuni aku! A-aku akan melakukan apapun! A-aku-" bos itu bersujud-sujud di depan Ichiro.

"Banyak bacod kau.." Ichiro melirik ke luar bangunan, terdapat polisi-polisi yang baru saja datang.

Ichiro menghampiri kedua adiknya.

Jiro babak belur. Matanya lebam, mulut dan hidungnya berdarah. Badannya pasti sangat sakit setelah mendapat banyak pukulan. Ia pingsan di sana.

Saburo hanya mendapat luka gores-gores kecil.

-25 Desember-

"Uwah.. Disini ramai sekali."

"Namanya juga malam natal, Jiro."

"Lihat.. Ada santa claus.." Alih-alih penasaran, Saburo mendekati santa itu meninggalkan Jiro dan Ichiro di belakang.

"Ayo kita lihat juga." Ichiro menyusul Saburo.

"T-tunggu! Kalian tahu kalau aku tidak bisa berjalan cepat!"

Ya.. Baru 3 hari Jiro melewati masa pemulihannya.

Hari itu berjalan lancar. Sangaat lancar. Tawa mereka pecah sempurna. Kini mereka beristirahat di salah satu bangku taman.

"Aku beli dulu minuman dulu. Kalian mau menitip?" Ichiro bangkit dari duduknya.

"Aku mau teh hangat, nii-san."

"Kalau begitu aku juga."

"Oke, Saburo tolong jaga Jiro dulu sebentar ya."

Saburo memasang pose hormat.

Kini mereka menatap orang yang berlalu lalang.

"Ah, anak kecil itu cosplay jadi santa, imut. Rasanya ingin ku karung." Jiro mengomentari anak perempuan yang berada di seberangnya.

"Ih, lolicon."

Jiro hanya tertawa dan memukul pelan bahu Saburo.

"Aw." Jiro yang kesakitan, di tangannya banyak luka memar.

"Kau ini, Jiro." Saburo tertawa.

Lalu hening kembali.

"Maaf."

Saburo menoleh.

"Maafkan aku tentang persoalan dan perlakuanku kemarin. Aku belum meminta maaf dengan benar." Jiro menunduk.

"A-ah, aku juga. Sebenarnya aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Aku hanya meluruskan kosa katanya. Ya, kau bukan saudaraku. Itu terdengar seperti saudara yang bukan kandung maksudku. Hm.. Ya.. Kau itu.. Kakakku." Saburo mengecilkan suara di akhir kalimatnya.

Jiro menyeringai.

"Kau tahu aku tidak bisa mendengar jelas akhir kalimatmu?~"

Wajah Saburo sudah memerah padam. Ia terus menatap ke arah berlawanan dari Jiro.

"U-uruasai! Kau itu tidak tuli, dan kau tahu itu, Jiro-nii!"

Saburo tidak sengaja memanggilnya Jiro-nii, ia sudah mengucapkan sumpah serapah untuk melindungi dirinya entah dari apa.

Tidak ada balasan. Saburo diam-diam melirik Jiro. Ia mendapati Jiro yang memalingkan wajah juga, malu-malu anjing.

Suasana hening kembali, pikiran mereka berdua kalut dengan ucapan mereka barusan, terkadang tiba-tiba malu sendiri, dasar tsundere.

"Ah! Hentikan. Ini terlihat menjijikkan!" Jiro akhirnya memecah keheningan.

Mereka terlihat seperti pasangan tsundere yang baru saja menyadari perasaannya masing-masing.

Saburo tertawa renyah.

"Main jankenpon saja yuk?" ajak Jiro.

"Yang duluan kalah 5 kali mentraktir sup."

"Deal."

Mereka bersiap.


"Hipu hipu mai mai hipu mai mai~"


-several minutes later-

"Ini minuman kalian." Ichiro baru saja datang.

"Eh?" Ia menatap Saburo yang kesenangan dan Jiro yang melesu.

Saburo menang melawannya dalam jankenpon.

Menyesap teh hangat di malam natal, mereka menikmati angin malam. Keadaannya sudah kembali seperti biasa. Atau bahkan ini lebih baik, ikatan yang semakin erat setelah adanya konflik.

"Jadi ingat (name)nee-san, ia menolongku waktu aku kabur saat itu. Ia memberikanku teh ini. Jika dia tidak menolongku, mungkin aku akan mati kedinginan di sini."

"Enak ya menumpang pakai uang orang." Ichiro menyindir.

"Ehe.. Maaf, nii-san."

Ichiro menghela nafas.

"Ya, aku juga belum berterimakasih padanya. Jika dia tidak membantuku menemukan tempat kalian disekap, mungkin Jiro sudah pergi ke alam lain. Dia juga orang yang menelpon polisi waktu itu."

"Kenapa kita tidak ajak dia saja?" usul Saburo.

"Aku sudah pergi ke hotel tempat dia menginap, tapi dia sudah check out waktu itu. Aku juga tidak punya kontaknya."

"Begitu.."

"Aku pernah mengiranya sebagai stalker sebelumnya."

"Kau bodoh, Jiro?"

"Tentu tidak! Waktu aku membeli sup itu, dia tahu sup kesukaannya Saburo. Ya jelas aku curiga."

Ichiro terkekeh.

"Selain itu, dia sangat peka! Dia bisa mengetahui keinginan dan masalahku begitu saja! Padahal aku belum pernah cerita padanya!"

"Jiro, jangan-jangan kau jatuh hati padanya?" Saburo bertanya asal. Ichiro terkejut dengan pertanyaan Saburo diiringi senang karena adiknya punya masalah asmara.

"Hh? T-tidak mungkin!"

Ichiro terkekeh lagi.

"Raut mukamu begitu mudah ditebak olehnya, Jiro," komentar Ichiro.

Jiro hanya tersenyum malu.

"Sepertinya Jiro memang jatuh hati."


"He?!"



'Eh, benarkah aku?'

Problem [Hypnosis Mic x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang