Bagian 13

68 7 0
                                    

Sudah lebih dari 2 jam sejak Namjoon pergi bekerja dan aku sudah tidak bisa tidur lagi. Dia menyuruhku untuk pulang, tapi aku sedang tidak ingin bertemu dengan eomma. Bahkan hpku masih kumatikan karena gak mau ditelpon oleh siapapun. Hari ini aku akan bermalas-malasan di apartementnya, mungkin aku perlu mengasah keahlian memasakku di hari libur ini. Tidak kusangka kulkasnya penuh dengan makanan jadi dan beberapa daging dan sayuran segar. Apa dia mencoba untuk memasak?? Oh aku tidak mau membayangkannya. Terakhir kali dia mencoba untuk masak steak, dagingnya sudah hitam legam yang hampir saja tidak bisa dimakan. Untungnya rasanya tidak seburuk kelihatannya. 

RING RING

Ah aku lupa kalau ada telepon rumah yang kubelikan untuk namjoon kalau dia merusak hpnya lagi.

"Halo-"

"Tuan Seokjin, anda harus datang ke kantor sekarang juga." cuma ada satu orang selain aku yang tau nomor telepon rumah ini. Dia adalah asistenku yang suka marah-marah, mungkin akan lebih baik kalau dia adalah perempuan, jadi aku bisa mencari alasan untuk membuatnya tenang. Sayangnya tidak seperti yang aku bayangkan.

"Aku sedang melakukan rutinitas wajibku. Kamu saja yang urus, oke."

"Tuan Seokjin, saya sudah mengirim sopir untuk menjemput anda." bertepatan dengan bunyi bel dari pintu depan. "Sepertinya dia sudah didepan pintu."

"Yaa kau-"

"Saya akan menunggu anda 15 menit lagi untuk sampai ke sini." setelah mengatakannya asistenku langsung memutuskan sambungannya.

"Yaa Jo yung suk!" hampir saja aku membanting telepon rumah itu.

Dengan sangat terpaksa Seokjin meletakkan makanannya yang terlihat lezat itu dan mengganti baju kaosnya dengan jas yang kemarin ia pakai.

Saat Seokjin masuk ke dalam kantornya, semua staff berbisik-bisik dari kejauhan. Sekretaris yang menelponnya tadi segera mendatanginya dan berbisik, "Istri Park Sajang-nim ingin bertemu dengan anda, beliau sudah ada di ruangannya."

"Baiklah, terima kasih sekretaris Jo." ujar Seokjin berjalan ke dalam ruangannya. seorang wanita berambut hitam pendek lurus tengah duduk sambil membaca majalah yang ada di ruangan itu. "Maaf saya terlambat, Apa saya membuat anda menunggu lama?"

"Tidak apa saya juga baru sampai, ibumu bilang kalau kamu senggang hari ini, jadi saya ingin mengajakmu keluar untuk sekedar makan siang, bagaimana?"

Aku tidak tau harus menjawab apa jadi aku hanya menjawab apa yang ada dipikiranku. Aku tidak boleh sembarangan bicara padanya karena beliau adalah mitra kerja yang cukup menguntungkan perusahaanku dan lagi beliau adalah ibu Irene. 

Ia mengajakku ke sebuah restaurant tempat dimana aku sering mengajak Irene makan malam.

"Maaf, saya hanya ingin tau. Apa ibu saya mengatakan sesuatu?"

"Kamu tidak perlu seformal itu dengan saya, kita sedang tidak bekerja saat ini." ujarnya tersenyum. "Ibumu sebenarnya ingin ikut tapi katanya ada arisan yang tidak bisa ia lewatkan."

"Ah begitu.."

"Ngomong-ngomong, bagaimana anak saya?"

"Irene-ssi sangat baik dan menawan seperti anda, Saya memang tidak banyak mengenal wanita di luar sana, tapi Irene-ssi benar-benar wanita yang menarik, kami juga nyambung saat mengobrol." ujarku tersenyum.

"Kamu menyukainya?"

"Ah- iya saya cukup menyukainya" 

"Bagaimana kalau kamu menikah dengannya?"

Aku tersedak mendengar ucapannya. "Me-menikah?" Aku tidak menyangka kalau pembicaraannya akan mengarah ke topik ini.

"Iya menikah, kalian berdua kan sudah cukup umur untuk menikah. Bagaimana, kamu mau?"

Hidden SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang