Gelap...
Sulur cahaya merah merambati dinding makin menekankan aura suram.
Jika bukan karena para pejantan yang sok jago itu, aku juga TETAP akan menerima tantangan ini. Aku memang penggila horor, dan tampaknya teman-temanku ingin membuktikan seberapa jauh jiwa santuy-ku dapat bertahan dihadapan setan.
.
.Kemarin siang...
"Dia mah luarnya aja sok, padahal dalem ati pengen nemplokin muka ke dada gue" kata Kise sambil kibas poni, sok cantik. Apa? Daripada tampan, dia lebih mirip mba-mba SPG yang sering kutemui dipinggir jalan.
"Gue pengen banget liat ni bocah klesetan ngajak pulang, gara-gara ketakutan," tambah muka kuda Jean.
"Paling juga setannya kabur duluan liat muka dia yang ga ada beda sama zombie," kini Kagami ikut-ikutan mengatai, membuat wajahku yang semula menelungkup malas di meja menatapnya kecut.
"Tau ngga kenapa gue nggak takut setan?,"
Mereka menggeleng.
"Karena tiap hari gue udah bergaul sama turunan dajjal," telunjukku mengarah pada mereka.
Ketiganya kompak saling memandang satu sama lain dan ber-"waah" ria.
"Ck.. ck.. Ternyata kita udah next level ya?"-Kise
" Iya, kasta kita termasuk tinggi di kalangan bangsa iblis," Kagami tertawa jumawa.
Nah, kan? Jadi... Kumohon, siapapun yang punya nomor Ki Prana Lewu tolong telpon dan suruh beliau memasukkan mereka bertiga dalam botol.
"Eh, sekolah sebelah ada festival budaya nih! Nonton yuk!" Nemu Aohitsugi mendatangi bangkuku dan menyodorkan selebaran.
Kutatap kertas ditanganku tanpa antusiasme, mataku mengikuti tiap kata sampai berhenti di kata 'HAUNTED HOUSE: HARDCORE MODE'. Jean langsung merebutnya dariku, matanya yang belo langsung berbinar seperti saat melihat Mikasa lewat.
"Nah! Ini nih! Pas banget!,"
Dua sohib laknatnya langsung mengangguk setuju.
"Yosh! Gua kabarin yang laen!" Kise mengeluarkan ponselnya yang dipenuhi hiasan bling-bling berwarna kuning. Jika saja benda itu tertinggal di kamar mandi, pasti aku mengira itu adalah feses dari makhluk masa depan yang nyasar.
"Eeh, mereka kok semangat sekali... " Nemu berbisik di dekatku.
Aku mengangkat bahu.
Esoknya... Sesuai janji, rombongan kami berangkat ke sekolah sebelah yang jaraknya hanya lima langkah. Yup, lima langkah kaki seukuran Titan Colossal maksudnya.
Aku bersyukur teman-teman perempuanku tak ikut berpartisipasi dalam kimodameshi dadakan ini. Karena bisa dipastikan kami akan perlu membawa perukiyah handal jika salah satu dari mereka tiba-tiba mencakar lantai dan berteriak, "AINGG MAUNGG!"
Nao Tomori selaku ketua kelas sudah menggiring kaum hawa ke gedung olahraga yang katanya akan menampilkan konser. Sebenarnya aku juga ingin menonton konser dulu, tapi para pengabdi setan sudah tidak sabar ingin bertemu sesama makhluk astral.
"Tidak apa, nanti aku rekam deh... " Nemu tersenyum sambil menunjuk kamera milik Tomori.
"Musik itu adalah tentang mendengarnya secara langsung..." aku mengutip kalimat guru les biola sebelah rumah.
"Kelamaan, cabut yok!" Jean mengedik ke arah Kise yang dikerubungi anak perempuan.
Tapi mataku tertumbuk pada stan makanan yang menggugah jiwa nggragas dalam tubuh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISEKAI CROSSOVER
De TodoKetika kamu jadi bagian keseharian para cogan dari dimensi lain:) Sama seperti hidup yang penuh coreng moreng layaknya lukisan abstrak, hidupmu bisa seindah serta semanis gulali sewarna rambut Ramuda. Tapi kebanyakan juga absurd penuh kegajean. Ser...