Contradiction
(Reader x Villain Shoto x Aliansi Penjahat)
✴✴✴
Happy readWarn: Shoto sungguh OOC disini,, maapkeun para pecinta mas dispenser(っω;。)
.
.
.
"Siapa dia?"
Aku mengernyit, memperhatikan wajah bengap perempuan yang kini meringis pasrah karena rambutnya kujambak.
"Entah... " ku hempaskan peganganku membuat wajah itu menghantam lantai.
Mengusap tangan ke kaos, partnerku memandang sekeliling.
"Tempat ini tak asing, tapi juga menyebalkan. Kenapa cuma hero kacangan yang muncul?" dia mendengus lalu menendang tempat sampah terdekat.
Aku mengerling, berusaha mengabaikan lanjutan omelannya. Semenjak Simbol Perdamaian menghilang, para villain berlomba-lomba unjuk gigi. Saling beradu taring, menunjukkan siapa yang paling berkuasa dan bengis. Sampah masyarakat seperti mereka tidak menggangguku, tapi justru para hero-lah yang membuatku muak!
Seringkali saat tengah berjalan sendirian atau beristirahat di emperan kios. Orang-orang sok itu mendatangiku, bertingkah simpatik demi menjaga citranya ketika ada media. Mereka mana mau membuang waktu mengurusi orang buangan tanpa ada imbalan.
Aku sudah muak dengan julukan 'pahlawan' atau gelar kosong tak berarti macam itu, cukup sudah diriku yang naif percaya pada apa yang disebut kebaikan tak berdasar.
Dulu, aku yang tak beridentitas dipindah dari satu panti ke panti yang lain. Mereka yang mengaku hero membantuku mencari tempat tinggal secepat aku ditendang keluar setelahnya.
"Bagaimana ini? Mereka tak menginginkan gadis kecil itu"
"Mau bagaimana lagi? Dia quirkless... Tak berguna"
"Hah... Iya juga, pasti sulit mencari panti lain yang sudi menerima anak itu"
"Sampai kapan kita mengurusi dia?"
"Sampai media memberitakan kita lebih sering lagi!"
Mereka hanya menganggapku alat untuk merengkuh popularitas. Haha, aku juga tak heran lagi kenapa mereka memanggilku gadis itu atau hei kamu! Aku yakin pasangan hero itu lupa kalau aku punya nama.
Suatu hari seseorang dengan kepala seperti asap menghadangku saat tengah dikejar hero gara-gara merampok toko donat.
Kukira dia mau menangkapku, tapi dia malah membawaku kabur dengan wrap yang tiba-tiba muncul. Baru kali ini ada orang yang mau repot-repot membantuku tanpa pamrih.
Singkatnya, aku ikut dia. Bekerja di bar miliknya yang belakangan kuketahui adalah tempat perkumpulan para villain. Bukan, mereka tak menggunakan tempat itu selayaknya markas. Mereka menggunakannya seperti tempat singgah... Tempat rehat dimana minoritas seperti kami diterima. Mereka makan, ngobrol, dan bergurau. Rasanya lega memiliki tempat kembali seperti ini, bagiku yang seumur hidup belum pernah punya cukup waktu untuk merindukan sebuah tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISEKAI CROSSOVER
RastgeleKetika kamu jadi bagian keseharian para cogan dari dimensi lain:) Sama seperti hidup yang penuh coreng moreng layaknya lukisan abstrak, hidupmu bisa seindah serta semanis gulali sewarna rambut Ramuda. Tapi kebanyakan juga absurd penuh kegajean. Ser...