"Bagaimana rasanya naik subway?"
"Yang makanan atau kendaraan?"
"Kan kutanya naik. Memangnya kau pernah naik sandwich?!"
Pertanyaannya seringkali aneh. Seringkali itu berupa pertanyaan yang jawabannya sudah menjadi rahasia umum. Lagian jika ada yang tidak tahu, kurasa mereka tidak mau tahu dan tidak akan menanyakannya. Jadi selalu ku jawab acak saat dia bertanya seperti itu. Dia tidak pernah kesal. Malah seringkali semakin larut dengan pertanyaan yang ingin ia tahu jawabannya itu.
Rasanya naik subway, misalnya. Kujawab, subway menjadi pilihan kendaraan umum bagi hampir semua orang di sini. Tentu saja bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Taksi terlalu mahal. Dari orang dengan kepentingan formal, yang bisa terlihat dengan setelan jas ataupun kemeja, sampai mereka yang berpakaian biasa meskipun mungkin punya agenda. Kalau tidak, untuk apa repot-repot naik subway?
Dia tertawa.
Pagi dan sore hingga malam biasanya menjadi fase waktu dimana stasiun subway lebih sibuk dari waktu lain. Ya karena harganya terjangkau dan waktu tempuhnya yang selalu tepat waktu, juga kecepatannya yang melesat. Itu yang dibutuhkan para pekerja, di pagi hari saat mereka berangkat, dan sore hingga malam hari saat waktunya istirahat. Biasanya saat pagi semua terlihat rapi, dari gaya rambut, kancing baju, raut wajah. Tapi saat kepulangan mereka di hari yang sudah gelap, semuanya terlihat lebih lusuh, berantakan.
Daripada kondisi rambut yang sudah acak, kancing baju yang terlepas atau sengaja dilepas, kain pakaian yang mulai kusut, aku lebih penasaran dengan apa yang membuat air wajah mereka berkerut. Kadang juga tatapan mereka kosong. Juga tak jarang aku melihat mereka meremas surainya.
"Apa yang sudah mereka lalui seharian ini? Aku selalu penasaran tentang itu."
"Kira-kira kalau kau diberi keistimewaan, apa kau mau bisa mendengar isi pikiran mereka?"
"Tidak mau!"
"Kenapa? Tadi kau bilang penasaran. Penasaran itu artinya kan kau ingin tahu."
"Siapa bilang?"
"Aku!"
"Jadi mau kulanjutkan tentang subway atau tentang penasaran?"
"Hm.. subway."
"Tapi sudah habis penjelasannya."
Dia mengepalkan dan meremas sepuluh jemarinya di hadapan wajahku. Jari-jarinya yang kekar terlihat tidak sinkron dengan wajah gemas dan senyumnya. Lucu sekali membuatnya kesal seperti sekarang ini.
"Hah.. ya sudah, lanjut tentang penasaran."
"Aku tahu kemampuanku, seperti kau yang juga tahu kemampuanmu. Aku tak yakin bisa mengatur semua pemikiran orang di dalam otak kerdilku ini. Maksudku, aku saja sering tidak bisa tidur cepat karena pikiran acak tengah malamku."
"Karena pikiran acak atau kau memainkan ponsel, huh?"
"Aku bahkan membuat alarm di jam 12 malam, berjaga-jaga agar aku tidak kebablasan terlalu lama memainkan ponsel. Segera setelah jam 12 malam, aku taruh ponselku atau kadang mengisi ulang dayanya, lalu bersiap tidur. Kau tahu? Aku berbaring dan membuat banyak skenario aneh dalam otakku, bahkan saat mataku terpejam. Misalnya skenario saat bertemu denganmu. Itu semua menyakitkan pikiranku bahkan bisa sampai 3 jam baru aku bisa tertidur."
"Lalu?"
"Ya, bisa-bisanya nanti kalau aku punya kekuatan itu, aku tidak akan bisa tidur karena membuat skenario untuk menyelamatkan hidup banyak orang. Lalu aku mendapatkan rekor karena tidak tidur dalam jangka waktu paling lama. Dan besoknya lagi, nyawaku hilang."
"Aku senang kau membagikan cerita ini padaku. Dari tentang subway, sampai tentang kekuatan yang bisa membuatmu mati. Aku bahkan lupa, tadi bagaimana tentang subway?"
"Senang bisa membuatmu tahu tentang itu, Jungkook. Tapi mohon maaf, aku tidak akan mengulang bahasanku."
"Haha, tidak. Mana mungkin aku lupa. Memori jangka pendekku kan bagus, bukan sepertimu."
Aku menatapnya dengan ekspresi datar. Tidak marah. Karena itu fakta. Bahkan aku bisa lupa dengan nama orang yang mengajakku berkenalan 5 menit yang lalu. Aku lupa wajah kasir yang baru saja melayani transaksi belanjaku sesaat setelah keluar dari toko. Sering sekali seperti itu, dan dia tahu itu.
"Aku tidak lupa, tapi aku ingin melihatnya sendiri. Besok.. ayo temani aku naik subway. Kita pergi pagi-pagi dan malamnya baru kembali."
"Mau mengetes pembahasanku tadi atau hanya bercanda?"
"Aku percaya. Hanya saja ingin mencoba seperti yang teman-temanku dan juga kebanyakan orang lakukan, bukannya naik burung besi terus. Jalanku selalu saja tidak sama. Jadi apa menurutmu aku berbeda?"
"Tidak sama ya memang berarti berbeda. Tapi tidak ada yang salah dengan ruang dan waktumu yang berbeda. Jalan tiap orang memang berbeda dan itu yang membuat kehidupan jadi unik."
Jungkook menyunggingkan senyumnya.
"Ya sudah, besok ya?"
"Tapi besok hari minggu. Lusa bagaimana? Biar bisa langsung melihat para pekerja seperti yang kubilang tadi."
"Oke, baiklah. Aku tidak sabar. Ngomong-ngomong.."
"Hm?"
"Apa di subway kita bisa jetlag?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana rasanya naik subway?
Hayran KurguFriends ridin' subway, I'll be in the airplane mode.