06

1.1K 196 45
                                    

Hyunjin berjalan masuk ke dalam Asrama 119 bersama seseorang. Dia tinggi, kulitnya putih, matanya sipit dan memakai kacamata bening. Panggil saja Jae.

"Terimakasih hyung sudah membantuku di kerjaan tadi. Aku benar-benar tidak tahu kalau hyung juga tinggal di asrama ini" kata Hyunjin edisi santun.

"It's okay. Aku juga jarang keluar kamar. Wajar saja kau tak pernah melihatku" balas Jae santai.

Hyunjin senyum canggung. Kemudian Jae menatap Hyunjin.

"Ada yang ingin kau katakan lagi?" Tanya Jae.

Hyunjin gelagapan. Dia ini mudah terkejut kalau diajak bicara orang asing atau orang yang baru ia kenal. Herannya lagi saat periksa dulu periksa kesehatan, jantungnya sehat.

"Ti--tidak, hyung. Semoga kita bisa akrab ya hyung"

"Yes, aku selalu akrab dengan siapapun. Aku ke ruanganku dulu ya" pamit Jae.

Hyunjin membungkuk dan tersenyum. Tapi Jae berhenti dan membalikkan badannya lagi menatap Hyunjin.

"Bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan hyung?"

"Kenapa?"

"Aku tahu itu panggilan umum. Tapi di asrama ini, hyung adalah panggilan untuk pemilik asrama ini. Jadi aku sedikit tidak nyaman"

"Bagaimana kalau Jae hyung?" Tawar Hyunjin.

Jae tidak segera menjawab dan masih menatap Hyunjin beberapa saat. Tanpa jawaban, Jae balik badan lagi lalu pergi. Hyunjin jadi merasa kikuk.

•••

Masih dalam perjalanan pulang, Han tampak canggung saat berjalan dengan teman barunya yang juga tinggal di asrama 119.

"San?" Panggil Han.

Si pemilik nama itu melirik Han sekilas dan fokus berjalan lagi. Tunggu, nama mereka mirip kan? Tinggi badan mereka juga hampir sama.

"Kau sudah tinggal lama di asrama?" Tanya Han basa basi.

"Delapan bulan"

"Saat hyung bertanya kepadamu tentang pekerjaan yang ingin kau kerjakan, kau menjawab apa?"

"Aku tidak menjawab" balas San dingin.

"Hyung tidak marah?"

"Tidak. Dia hanya tersenyum"

"Kau tidak masalah bekerja di penjualan bunga?" Tanya Han lagi.

Sekedar informasi, Han kebetulan satu pekerjaan dengan San. Mereka menjadi penjual bunga. Selain itu mereka juga merawat bunga-bunga disana.

"Selama aku dibayar, aku mensyukuri apapun pekerjaan yang diberikan padaku" jawab San.

Han mengangguk mengerti. Tapi Han ini anaknya agak cerewet jadi dia selalu mengajak San untuk mengobrol. Meskipun San ini orangnya ketus.

"Kenapa kau bisa tinggal di asrama?" Ini Han lagi yang tanya.

"Apa aku harus berbagi cerita dengan orang sepertimu?" Tanya San mengabaikan pertanyaan Han.

"Ti--tti aku hanya ingin mencoba akrab" jawab Han gagap.

"Aku tidak bisa cepat akrab dan terbuka dengan masalahku. Nanti kalau kau sudah kuanggap dekat, aku bisa cerita"

Han tersenyum dan menghargai San. Setidaknya San bukanlah orang sombong. Dia hanya kaku dan dingin. Mungkin alasannya karena kecanggungan?

•••

☆ ASRAMA 119 ☆ Stray Kids ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang