#SEULGI
Mata sahabatku sudah berkaca-kaca jika ia mengingat kekasihnya. Aku tidak tega. Aku takut dia tak fokus dalam menjalankan misi esok hari. Sudahlah biarkan aku yang melanjutkan cerita. Hari ke tujuh.
******
Aku merasa agak baikan. Setelah beberapa hari tidak ada niatan menyentuh makanan dan minuman. Wendy setiap hari selalu meyakinkanku, menyemangatiku. Dengan sabar sahabatku menyuapiku sup atau bubur setiap hari. Jimin mencoba berkali-kali menghubungi orang tuaku namun tidak bisa. Dengan ide lain ia menerobos dan meretas sistem CCTV rumahku, tapi Rumah dalam keadaan kosong. Terkunci. kedua orang tuaku sudah tidak disana.
Aku melihat sekitar dari kaca apartement. Jalan-an di bawah tampak sepi dan mencekam. ibu kota seperti kota mati. Teriakan-teriakan aneh memaksa masuk ke telinga. Seperti binatang namun entahlah. Suara sirene juga sering terdengar.
Siaran pers Presiden mewajibkan warganya untuk tetap di dalam rumah. Mengunci pintu rapat-rapat dan tidak membuat kegaduhan. Berlindung di apartemen Jimin pilihan satu-satunya. Bantuan bahan pokok diberikan pemerintah Semenanjung, melalui helikopter-helikopter yang melintas rendah tiga atau dua hari sekali.
Penduduk apartement sebelah saling berkomunikasi dengan kedipan-kedipan cahaya lampu senter saat malam hari, atau spanduk-spanduk jika mereka memerlukan obat dan makanan. Semua layanan pemerintah ditutup. Akses berpergian keluar kota dilarang. Militer Semenanjung sesekali berpatroli dengan kendaraan lapis baja.
Apartement Jimin punya segalanya. Lokasinya tepat berada di atas gedung 65 lantai. Rooftop jadi tempat kami mengawasi sudut kota. Stok makanan untuk satu bulan, koneksi internet yang stabil, radio komunikasi, telfon satelit, genset, baterai, peralatan outdoor sudah Jimin persiapkan jauh-jauh hari sebelumya. Semenanjung sering bersi tegang dengan Negara di gunung utara. Peluang konflik seperti ini bisa saja terjadi. Jimin sangat matang mempersiapkannya.
*******
Sudah jadwalnya makan siang. Kami berempat berkumpul di ruang tengah. Chanyeol, Jimin, Wendy dan aku. Disambi mengakrabkan diri. Wendy menghangatkan makanan cepat saji aku ikut membantu. Seminggu ini kami hanya makan makanan beku atau kaleng dari ruang penyimpanan Jimin. Setelah sedikit mengisi perut kami mencoba tertawa sebisanya. Melupakan sejenak kesedihan dan rasa kehilangan. Bermain Jenga atau kartu Go-Stop. Sesekali mencoba strum lie detector kami berempat membiasakan diri menghadapi bencana ini.
Jimin sesekali melihat TV walaupun beberapa siaran sudah dihentikan atau no signal. Semua acara talkshow membahas kejadian seminggu lalu. Salah satu di acara tersebut mendatangkan petinggi WHO Organisasi yang memperhatikan kesehatan penduduk dunia. Mereka menyatakan jika menemukan penyakit baru. Penyakit ini sebenarnya sudah lama. Namun entah mengapa bangkit kembali, menghantui dan menginfeksi dunia dalam waktu yang sangat cepat.
Aku tiba-tiba tertarik dengan acara itu. Menonton sampai selesai. Sedangkan Jimin yang awalnya di sampingku, sudah mulai bosan dan memutuskan untuk berolahraga di ruang GYM kecilnya. Kembali ke acara TV. Peneliti-peneliti di luar sana sedang berusaha menemukan obat penyembuh. Mereka memprediksi jika pandemi ini akan berakhir satu sampai dua bulan lagi. Namun kenyataanya tidak begitu.
ini sangat menular dari cairan oral. Jika seseorang tekena gigitan dan cairan itu masuk ke pembuluh darah. Maka otomatis mereka akan tertular dan menjadi salah satu dari mahluk mengerikan. Hilang akal, tidak bisa mengendalikan diri, mendadak buta, mengeluarkan air liur, kulit tiba-tiba mengitam, rambut rontok sebagian salah satu ciri-ciri mereka yang terjangkit. Menyeramkan, membuat bulu kuduk berdiri.
"Kamu tidak apa-apa Seul ?"
"Ah gencana onni"
Wendy menyusulku di depan monitor. Sambil mengusap rambutku dengan lembut. Mungkin dia tahu akhir-akhir ini aku banyak berdiam diri. Dia merasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR COLONY [VOL1-] Completed
FanfictionSeluruh dunia sedang tidak baik-baik saja. Semua dihadapi satu masalah yang sama. Dua sahabat mencoba bertahan semampunya, sekuatnya. Tidak ada pilihan selain melanjutkan hidup dengan cara yang berbeda. FOR COLONY-/ Sebuah fiksi penggemar- Main Cas...