Part 17

589 48 5
                                    

Part ini lebih banyak adegan Danish dan Ayra yaa.

Baby tampan Nesa dan Bian ini terlihat sedang duduk di baby walker miliknya, yang dulu milik sang Kakak sebenarnya. Matanyantidak lepas dari tingkah sang Kakak yang berlari ke sana sini mengambil mainan, Danish seperti ingin mengikuti tingkah polah sang kakak, hal itu terlihat dari Danish yang ikut melompat-lompat dari ia duduk di Baby Walkernya.

Bian dan Nesa memang sengaja membuatkan area bermain sang anak di ruangan khusus yang meski di awasi sang baby sister namun tetap bisa Bian dan Nesa pantau dari mana saja. Bahkan tidak jarang Bian melihat aktivitas kedua anaknya dari kantor, bukan tidak percaya pada sang pengasuh namun Bian dan Nesa ingin melihat perkembangan apa saja dari kedua buah hatinya jika mereka terpaksa harus berjauhan.

Ayra mengambil puzle dan menyerahkan pada sang adik. Mata bulat milik Danish menatap sang Kakak seolah bertanya " Apa ini?" Dan seolah mengerti bahasa Danish, Ayra dengan senyumnya mnagatakan.

"De' ainan."

"Bhababa." Teriak Danish sambil memukul-mukul pazle dari Ayra tadi. Mungkin ingin mengatakan, "Hore Danish mau main"

"He eh" ucap Ayra menjawab apapun ucapan adiknya sambil kembali berlari mengambil puzle satu lagi dan dia bawa dekat sang adik. Dengan tidak perduli koto atau apapun, Ayra segera tengkurap dan mulai melepaskan potongan-potongan puzle dari tempatnya. Danish sendiri dia masih berusaha mengambil apapun yang bisa ia ambil dari gambar puzle yang tadi diberikan oleh sang Kakak. Ya usia Danish masih kecil, manalah ia paham bagaimana main Puzle yang ia tahu itu mainan namun tidak tahu bagaimana cara memainkannya. Tapi bukan Danish namanya jika ia menyerah dan gampang putus asa.

Byar puzle tadi berserakan saat Danish membalikkan gambarnya. Merasa berhasil dengan usahanya, baby gembul itu bertepuk tangan sendiri. Membuat sang Kakak ikutan mendongak penasaran, dan akhirnya ikutan juga bertepuk tangan. Anak-anak dan duniamyanyang tidak pernah prang dewasa pahami.

Tingkah mereka tidak lepas dari pengawasan sang baby sister yang ikut tertawa gemas melihatnya. Bian dan Nesa berpesan jika mereka tidak main dengan berbahaya maka jangan pernah dilarang biar mereka bisa explor kemampuan motorik mereka, dan kalau mereka salah jangan sampai menegur dengar keras. Ya tidak mungkin juga Baby sisternya menegur dengan keras bisa-bisa melayang gaji kalau sampai marah sama anak majikan apalagi sampai main tangan sama anak yang di jaga.

"Bu bub bu,bha"

"De' No." ucap sang Kakak melihat sang adik ingin memasukkan potongan Puzle ke mulutnya, sambil merebut sedikit kasar pada sang adik. Sari yang dirugaskan menjaga keduanya langsung mendekat dan mengambil tangan Danish yang digenggam Ayra.

"Biar Mbak yang ambil ya, Non." Bujuknya, karena takut nanti tangan si kecil memerah, bisa runyam urusan kalau bapaknya tahu. Sang bapak kan protektif sekali sama kedua anaknya.

Ayra melepaskan tangan sang adik dan kembali bermain, melihat Sari mengambil alih sang adik Ayra paham kalau adeknya akan aman. Sedangkan Danish yang tadi sempat keget dengan perlakuan sang kakak mulai memerah wajahnya dan matanya nampak berkaca-kaca. Seolah ia ingin mengadu sama pengasuhnya kalau kakaknya nakal.

"Den Danish cakep jangan nangis ya, sini mainnya sama mbak, ini bukan makanan ya. Den Danish lapar ya?"

Danish menatap perempuan yang menggendongnya, ia mulai mencebikkan bibirnya seakan mau menangis. Tangannya terangkat dan mengucek kedua matanya. "Lapar apa ngantuk?"

Bukannya menjawa Danish malah menjatuhkan kepalanya ke pundak sang baby sister, segera ia menepuk dan menimang Danish agar segera tertidur sambil terus mengawasi Ayra yang setia dengan puzlenya.

"Sini Danishnya, Sar."

"Iya, Bu."

Sari menyerahkan Danish kepada Nesa yang baru masuk ruang bermain. Sari ini adalah salah satu anak dari asisten rumah tangga di rumah orang tua Bian, ia ingin melanjutkan kuliahnya namun tidak ingin membebani orang tuanya, maka dari itu Nesa menawarkan untuk menjaga sang anak, toh jam kuliah kan fleksible. Jadinya bisa rangkap kerja sampingan.

Danish yang berada di dalam gendongan sang ibu langsung mencari sumber makanannya.

"Bismillah." ucap Nesa mengajarkan pada sang anak untuk terbiasa membaca basmallah sebelum melakukan sesuatu.

"Gimana, Sar, kuliah kamu?" Tanya Nesa

"Alhamdulillah, bu, baik."

"Aku berasa tua kamu panggil bu, Sar." Sarintidak jauh di bawah Nesa sebenarnya cuma beda 5 tahun. Sudah sering Nesa minta sari jangan panggil Ibu tapi tetap saja dipanggil Ibu.

"Ya kan memang, ibu, majikan saya."

"Ya udah, terserah kamu saja."

"Kakak, main apa sayang."

Ayra yang tadinya fokus mendengar suara sang ibunya memanggil langsung membawa mainannya datang mendekat.

"Gambal, Mi,"

"Siapa yang pasang ini?"

"Kakak." Rara, di sini Ayra sudah bisa memanggil dirinya sendiri kakak,"

"Pintarnya, ya udah lanjut mainnya ya nanti bentar bobok siang"

"Dak mau, Mi, mau ain."

"Nanti Abi pulang, Kakak, belum bobok."

"Mau Abi."

Nah kan? Baru bicara Abi udah mau Abi, kamu memang anak Abimu ya Nak. Batin Nesa.

"Iya bentar lagi Abi pulang, masih di mushola Abinya."

"Bobok cama Abi ya, Mi."

"Iya sudah nanti Kakak sama Abi, Umi sama adek ya."

"Sari, kamu istirahat aja ya, bentar lagi Abinya anak-anak juga sampai."

"Iya, Bu."

"Ya udah sini duduk dekat Umi." Pinta Nesa pada Ayra."

Ayra segera naik di samping Nesa, di sana memang ada springbad kecil untuk kalau Ayra biasa tidur sambil main-main. Setelah Naik Ayra yang memang aktif anaknya, bermain loncat-loncat di belakang Nesa.

"Kakak loncat-loncat nanti kalau jatuh sakit gimana?"

"Duk, Mi?"

"Iya kalau jatuh duk gitu,"

Tapi bukannya berhenti Ayra malah berpegangan Nesa dan meneruskan acara loncat-loncatnya, sampai akhirnya tubuhnya melayang.

"Ayoloh main apa?" Suara Bian dari belakang Nesa, rupanya Ayra diangkaybdari belakang oleh sang Abi."

"Abiiiiiii."

"Iya, Sayaangnya Abi."

"Bobok."

Tunjuk Ayra ke arah springbad.

"Nungguin Abi lho buat nemenin tidur." Ucap Nesa.

"Iya, to? Ya sudah sini yuk bobok bareng-bareng sama Adek sama umi juga."

Bian meletakakan Ayra di tempat tidur dan mulai memeluknya dan menepuk-nepuknya. "Nggak dikasih susunya, Mi?"

"Ada di samping Abi tu tadi Umi bawa."

Bian mengambil susu di meja belakangnya dan mulai menyusui putrinya. Bian juga menyenandungkan shalawat yang sudah menjadi rutinas kala menemani kedua anaknya tidur.

Nesa yang melihat itu tersenyum bahagia, dirinya bahkan tidak pernah membayangkan akan kembali bersama mantan suaminya itu, menikah dan memiliki kembali seorang putra Bian yang dirinya kenal dulu berbeda jauh dengan Bian yang sekarang, dan Nesa bersyukur bahwa dirinyalah yang ada di samping Bian sekarang ini.

My Goal's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang