4• Heartache

171 23 11
                                    

Heartache
[ härd āk ] • noun
Emotional anguish or grief, typically caused by the loss or absence of someone loved.

🌨🌨🌨

Oci mencak-mencak tak jelas di atas tempat tidur Kesya. Dan itu sudah berlangsung sejak tadi—yang membuat Kesya dan Gita menggerutu kesal menyaksikannya. Bahkan, tempat tidur milik Kesya sekarang kini sudah sangat berantakan. Ya, bisa dikatakan seperti kapal pecah.

"Ci! Lo kalau mau menggila jangan di atas tempat tidur juga anjir! Berantakan banget nih!" komentar Kesya yang sudah kesal sejak tadi.

"Ntah! Awas aja lo nanti nggak mau beresin!" Gita menimpali.

"Duh, Sya, Git! Ini nih, si Gio ngeselin banget!!! Baru aja sebulan gue putusin, ehh udah punya cewek baru lagi. Kan bangsat! Kesel banget gue! Sok ganteng banget dih! Muka juga di bawah rata-rata!" gerutunya dengan tatapan yang menghunus ke arah layar gadgetnya.

"Ya ampun, Ci!! Udah sebulan, anjir! Udah lama! Ya wajarlah dia dapet pengganti!" ujar Gita yang jauh lebih kesal.

"Lo hina-hina dia, gitu-gitu dia mantan lo juga, Setan!" Ucap Kesya dengan rasa kesalnya yang sudah mendewa.

"Ya masih sebulan, Git! Gue aja belum bisa move on, lah dia udah ada aja yang baru! Kan nggak ngotak itu namanya!" Kepala Oci memanas. Mulutnyapun turut serta monyong-monyong ke depan.

"YA SIAPA SURUH LO PUTUSIN DIA, DAJJAL!" Rasanya Gita ingin mencabik-cabik mulut Oci sekarang juga. Temannya itu benar-benar berhasil membuatnya naik pitam.

"GIMANA GUE NGGAK PUTUSIN, KEMARIN DIA JALAN SAMA KAWAN SMP-NYA! YA GUE PANASLAH!" Oci membalas semakin ngegas.

"DUHHHH, BERISIK!!" Teriak Kesya seraya menutup kedua telinganya.

Mereka terdiam. Saling melempar tatapan yang hanya mereka bertiga saja yang mengerti.

"Udah deh, mending lo minta balik deh sama dia, daripada lo stress," ucap Kesya yang sudah pusing sendiri memikirkan solusi. Sudah terlalu banyak solusi yang diberikan Kesya juga Gita sejak saat Oci memutuskan untuk putus dengan Gio. Padahal, Gio hanya jalan santai saja dengan teman SMP-nya. Lelaki tersebut juga sudah menjelaskan kepada Oci bahwa pertemuan mereka adalah pertemuan yang tak disengaja. Dasar Oci-nya aja yang keras kepala. Huh..

"Gue? Minta balik? Sama Gio?! OGAH! Mau ditaruh di mana muka gue? Yuh, najis!"

"Sok jual mahal lo nyet! Paling kalau di tembak balik sama Gio lo juga terima," cibir Gita yang memang benar apa adanya.

"Sampe kapanpun gue nggak bakalan mau dah balikan sama si monyet satu itu!" Oci menjauhkan handphonenya, dan berteriak, "DASAR GIOTONG!"

🌨🌨🌨

"Kamu di rumah sendirian lagi?" tanya Samuel sembari memanasi mobil miliknya.

"Iya, Sam."

"Nggak kesepian, Sya?"

Kesya menggeleng seraya terkekeh pelan. "Udah biasa sih," ujarnya.

Samuel menatap Kesya dengan tatapan sulit untuk diartikan. "Ikut aku aja ya?"

"Ke mana?"

"Ke rumah Bianca."

Jujur, rasanya lebih baik Kesya menghabiskan waktu di depan laptop berjam-jam daripada harus ikut Samuel ke rumah Bianca. Ia bukannya takut. Hanya saja, jika Kesya ikut dengan Samuel, gadis tersebut lebih banyak makan hati. Omongan pedas Bianca selalu berhasil menyentil hatinya.

patienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang