8• Rediculous

21 6 0
                                    

Rediculous
[ˈdikyələs ] • adjective
Deserving or inviting derision or mockery ; absurd.

🌨🌨🌨

"Jerman bikin pesawat, Jepang bikin robot, Mama sama Papa bikin anak, yaitu Samuel."

"ASTAGA PAPA!!!" Samuel yang baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu—bersama dengan Kesya di sampingnya, memekik kaget. Ia bahkan menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Tak lupa mata yang melotot.

Gilang—Papanya Samuel pun sontak mengatupkan mulutnya seraya merutuk dalam hati. Astaga nih anak kapan nyampenya! Malah bawa calon mantu lagi! Batin Gilang.

Rosa yang sedari tadi pusing melihat kelakuan konyol suaminya, kini hanya bisa menundukkan kepala saja. Ia malu. Malu dihadapan Samuel—anaknya sendiri, dan juga pada Kesya.

"Kapan nyampenya kamu, Marmut! Kaya Satan aja nggak ada bunyi apa-apa," Ucap Gilang dengan wajah yang memerah.

Kesya yang sedari tadi menyaksikan hanya bisa tertawa. Rahangnyapun sudah ikut kebas karena tingkah konyol Papanya Samuel.

"Ya ampun, Pa! Jadi kalian kaya gini kalau nggak ada Sam? Wahh, parah!" Samuel menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah dramatis.

"Berisik!"

"Pa..., Pa..., merusak nama baik keluarga ajaa di depan calon mantu sendiri!"

"Halah..., bacot kamu," Gilang berusaha menutupi perasaan malunya. "Sini, Kesya, duduk dulu." Panggilnya mencoba menyembunyikan rasa malu yang menjalar ke seluruh tubuh.

"Papa kalau mau nambah bilang-bilang dong sama Sam!" Ujar Samuel.

"Astaga, Cuk! Masih SMA kamu!" Gilang menyentil kening putranya. "Ngurusin kamu aja udah pusing, gimana lagi mau nambah!" Pria tersebut menggelengkan kepalanya.

Rosa yang sejak tadi hanya bisa terdiam—memendam perasaan malunya, dan beralih mengajak Kesya agar duduk di sampingnya.

"Anggap aja kamu nggak denger apa-apa! Papanya Sam memang suka aneh!" Ujar Rosa gemas.

Kesya semakin terkekeh. "Nggak papa, Ma. Lucu deh kalian!!"

"Sam ke atas dulu tuker baju," ucapnya seraya meletakkan kunci mobilnya di atas meja yang tersedia di sana. "Oh iya, Sya. Jangan kebanyakan ngomong sama Papa, ntar ngomong yang nggak-nggak lagi. Bahaya!"

"Yeee, setan lo! Untung anak!" Samuel langsung kabur menuju kamarnya, menghindari Papanya yang akan mengamuk meski ia tahu itu hanya sebuah candaan.

Antara senang dan sedih memang menyaksikan kehangatan di keluarga hangat Salvator ini. Meski hanya memiliki anak satu, keharmonisan itu tetap terjaga.

Jauh di dalam lubuk hati Kesya, ia ingin sekali mempunyai keluarga yang harmonis seperti keluarga Samuel. Di mana ia bisa merasakan tawa bersama, saling melempar candaan, dan bahkan berbagi cerita tentang kehidupan mereka sehari-hari.

Namun, Kesya tidak ingin egois. Meski keluarganya tidak seharmonis keluarga Samuel, ia masih tetap bersyukur bahwa ia masih memiliki kedua orang tua yang lengkap, dan masih mau menanggung kehidupannya.

"Gimana sekolah, Sayang?" Tanya Rosa lembut seraya membelai rambut halus milik Kesya.

"Baik, Ma. Ya meskipun ngebosenin gurunya, plus pelajarannya."

"Sam gimana, nggak berulah kan dia di sekolah?"

"Nggak kok, Ma. Sam baik-baik aja di sekolah," jawab Kesya sopan.

patienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang