Upset
[ ˌəpˈset ] • verb
Make (someone) unhappy, disapponted, or worried.🌨🌨🌨
Bianca berhasil membuat Kesya naik pitam sepanjang hari ini. Sejak tadi ia bertanya-tanya, apakah di dunia ini ada hukum penjara untuk kekasih yang menikam sahabat kekasihnya sendiri? Karena, Kesya benar-benar ingin sekali menghabisi Bianca saat ini juga. Tangannya sudah gatal untuk menabok bibir sok manis Bianca. Mulut dan hati nggak sesuai, batin Kesya kesal.
Sudah lewat masalah rebutan tempat duduk, kini di Mall Mak lampir semakin berulah. Kesya sendiri tidak tahu lagi apa motivasi Bianca yang sedari tadi menempel terus kepada Samuel, dan membiarkan Kesya jalan seorang diri di belakang keduanya. Padahal Bianca tahu jelas bahwa status Kesya adalah kekasih Samuel.
Ya bisa dibilang Kesya terlihat seperti nyamuk saat ini. Mengikuti Bianca dan Samuel dari belakang. Malah Bianca memeluk lengan Samuel lagi. Dan yang paling membuat Kesya merasa jijik, saat melihat Bianca menye-menye manja kepada Samuel di hadapannya. Menempel-nempelkan kepalanya ke lengan Samuel layaknya kucing. Nyangkut dah tuh kutu, batin Kesya gemas.
"Sya, kenapa jalan di belakang sih? Sini samping aku," Samuel mengulurkan tangannya yang tak dibalas apapun oleh Kesya. Ya kali Kesya mau berbagi dengan Mak lampir.
"Lah, masih inget ada aku di sini? Kirain dah lupa, dunia serasa milik berdua sih..." Sindirnya.
Samuel sontak melepaskan lilitan tangan Bianca yang sejujurnya mengganggu. Ia sendiri risih, tapi ya mau bagaimana lagi. Samuel tidak bisa menolak. Karena Bianca akan membujuk lelaki itu lagi dengan 1001 cara miliknya—yang pastinya membuat Samuel tak bisa berkutik.
"Kok dilepas Sam?" Protes Bianca setelah Samuel menjauhkan lengannya.
Lelaki berjambul coklat itu tak menjawab, dan berjalan di sebelah Kesya. Tak lupa untuk menggenggam tangan mungil yang sedaritadi terabaikan.
Bianca jelas tidak terima. Karena memang niatnya membuat Kesya tidak nyaman, kenapa sekarang malah terbalik? Nggak bisa dibiarin.
Ia menarik paksa Samuel dari Kesya. "Apa-apaan sih Sam? Gandeng gue aja kali!" Perintahnya dan memeluk manja lengan kokoh Samuel lagi seperti tadi.
"Heh! Sadar diri dong lo Sam punya siapa!" Kesya menarik Samuel.
"Lah, gue sahabatnya! Suka-suka gue dong!" Bianca kembali menarik Samuel.
Kesya menambah tenaganya, dan menarik keras lengan Samuel. "Makanya cari pacar sono! Kaya nggak laku banget ngambil pacar orang!"
Ingin rasanya Samuel memenggal kepalanya sendiri. Oh Tuhan, kenapa ia harus di hadapkan dengan situasi seperti ini? Mereka bahkan menjadi bahan tontonan di depan banyak orang saat ini. Astaga! Apa Kesya dan Bianca tidak lihat tempat jika ingin baku hantam. Segala tarik-tarikan. Mau di mana ditaruh wajah Samuel yang tampan ini?! Help..
"Yang mau sama gue banyak kali! Nggak usah sok tahu lo, Wewe gombel!" Bianca menarik tangan kiri Samuel—yang sebelah kanannya ditahan oleh Kesya.
"Masa ada yang mau sama Mak lampir modelan kaya lo? Lebih laris juga Nenek gue ke mana-mana!" Kesya memperkuat tarikannya.
"Yee, Nenek lo udah alot kali! Sama kaya lo!"
"Lah, daripada Nenek lo udah basi. Lumutan pula!" Kesya memanas.
Oh Lord, tangan Samuel ingin putus rasanya.
Ia benar-benar tidak tahan lagi. Kini mereka bertiga sudah menjadi pusat perhatian di Mall yang cukup besar ini. Bahkan sampai ada yang mengambil vidio atau bahkan foto untuk menyebarluaskan masalah sepele ini. Entahlah, mungkin lucu saja bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
patience
Teen FictionPatience is the key, because when the right time comes, it will be very beautiful and totally worth the wait. "I hope you're aware." ~ Kesya Avani.