7• Sorry

38 14 0
                                    

Sorry
[ särē,ˈsôrē ] • adjective
Feeling regret or penitence.

🌨🌨🌨

"Sya, please," Oci merengek ke arah Kesya dengan wajah menggeramnya.

"Jangan, Ci. Gue udah nggak papa kok," Kesya sudah lelah untuk melarang Oci yang sedari tadi merengek tak jelas.

"Nggak bisa gini, Sya! Itu Samuel harus dikasih pelajaran sekali. Gimana coba kalau semalem lo kenapa-napa?! Gimana kalau Reza semalem nggak lewat di sana?! Dia itu udah kebiasaan lama-lama gitu, Sya. Enak banget main ninggalin anak orang sembarangan! Lo sebagai ceweknya juga harus tegas dong. Suruh dia nentuin siapa yang harus dipilih!" Hati Oci sedikit lega setelah mengatakan unek-uneknya. Sahabatnya yang satu ini memang sangat bodoh dalam masalah cinta.

Kesya terdiam. Ia menundukkan kepalanya. Lagi-lagi ia harus berdebat dengan sahabatnya hanya karena masalah percintaannya.

Gita mengelus pundak Kesya lembut. "Sya, yang dibilang Oci itu benar. Nggak ada salahnya lo ngelarang Sam. Lo punya hak. Lo itu pacarnya Sam," ujar Gita menimpali lembut.

Gadis dengan rambut yang tergerai anggun itu menghela napas berat.

"Gue nggak mau tahu. Nanti pulang sekolah lo harus bicarain masalah ini sama Sam. Dan, gue sama Gita juga ikut. Nggak ada penolakan." Keukeuh Oci yang sepertinya tidak bisa diganggu-gugat lagi.

Karena jika sudah seperti ini, Oci bisa berubah galak seperti Ibu-Ibu kos.

🌨🌨🌨

"Ya nangislah," balas Reza dengan wajah tak senang.

Rangga dan Sean menggeleng-geleng kepala tak habis pikir. "Sam, lo punya masalah hidup apa sih? Nggak kasihan lihat Kesya terus sedih karna sikap lo?" Tanya Rangga sengit. Demi apapun dirinya ingin sekali menonjok wajah Samuel tepat dibagian hidung.

Samuel menatap cemas ke arah Reza. "Kesya nggak kenapa-napa kan, Za?"

"Dan lo masih nanya?" Reza menaikkan sebelah alisnya. "Saran gue nih ya Sam. Putusin aja dah si Kesya, kasian gue lihat dia terus-terusan sedih karena sikap bangsat lo. Nggak punya pendirian banget jadi cowok." Sindir Reza yang berhasil membuat Samuel tak bisa berkutik.

Lelaki berjambul coklat itu bangkit dari tempat duduknya. "Gue harus temuin Kesya."

Sebelum lelaki tersebut melangkah keluar dari kelasnya, Reza mengatakan, "Kalau Kesya masih senyum, jangan lupa potong otong lo nanti. Serius gue."

Samuel semakin merasa tidak enak di dalam hatinya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung melangkah cepat menuju kelas Kesya yang berada di lantai 3.

Dengan langkah kaki Samuel yang panjang, tak memakan waktu yang lama hanya untuk sekadar naik satu lantai saja. Sesampainya di kelas, dilihatnya Kesya yang sedang menidurkan kepala di atas pangkuan tangannya, ditemani oleh kedua sahabatnya yang pastinya sedang bergosip ria.

"Hai, Sya," sapa Samuel lembut dan langsung duduk di sebelah bangku Kesya yang kosong.

Kesya tersentak kaget melihat kedatangan Samuel yang mendadak. Ia langsung membenarkan posisi duduknya. "Sam?"

Oci menatap sinis ke arah Samuel. Nih anak dateng pas banget dah waktunya. Siap-siap aja gue omelin lo!

"Udah makan?" Tanya lelaki tersebut menatap manik mata Kesya.

patienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang