𝘴𝘢𝘵𝘶

478 32 15
                                    

𝐝𝐢𝐟𝐟𝐢𝐜𝐮𝐥𝐭 𝐭𝐫𝐢𝐚𝐧𝐠𝐥𝐞.

༄︎

Seakan sudah menjadi rutinitas bagi Chelo bahwa setiap hari sabtu dia pergi bersama Haidar. Sekolah mereka yang kini berbeda membuat keduanya sulit bertemu. Walaupun pertemuan mereka lewat perkumpulan teman mereka mulai dari Han, Felix, Seira, dan Yuli, setidaknya mereka bisa bertemu. Haidar selalu menjemput Chelo untuk berangkat bersama menuju tongkrongan mereka.

"Punten ojek!" Dalam panggilannya dengan Chelo dia berteriak. Gadis itu segera berlari keluar setelah menerima panggilan Haidar.

"Kan udah Aa bilang tadi ke sini bawa si juki, si moci lagi dibawa Umi. Kenapa itu teh pake rok pendek pisan," keluh Haidar saat melihat Chelo dengan rok pendek dipadu kaos putih polosnya. Juki adalah nama motor Haidar, sedangkan moci adalah mobilnya.

"Gak baca ih, tadi cepet-cepet mandi. Ini Chelo ganti bawahan dulu gitu a?" Chelo mudah terbawa logat Haidar saat sudah berbicara dengannya.

"Pake jaket Aa aja buat tutupin, buruan naik ih, udah ditunggu sama yang lain." Haidar memberikan jaketnya pada gadis itu.

"Topi pramuka dilepas dulu neng, baru bisa helmnya dipake," celoteh Haidar melihat Chelo yang masih memaksakan memakai helm tanpa melepas topi beret yang dia kenakan di kepalanya.

"Bukan topi pramuka ih Aa, ayo jalan ih," perintah Chelo saat sudah naik di belakang Haidar.

Di belakang, Chelo hanya iya-iya saja menanggapi celotehan Haidar yang dirinya saja tidak jelas mendengarnya. Kebiasaan memang Haidar tidak bisa diam sebentar mulutnya. Apapun yang mereka lihat selama perjalanan dikomentari oleh Haidar. Tak jarang hal random yang tidak jelas menjadi pokok perbincangan Haidar.

"Ya Allah ibu-ibu kocak pisan pake helmnya kebelakang banget ih." Random sekali mengomentari ibu-ibu di depannya. "Chel, nanti Aa salip kamu lihat wajahnya ya, kocak pisan ih," lanjut Haidar.

"Kebiasaan ih, tapi kepo juga sih," balas Chelo yang ikut terbawa Haidar.

Lampu hijau menyala dan benar saja Haidar menyalip ibu-ibu tersebut sedangkan Chelo di belakangnya menoleh rupa sangar ibu-ibu tersebut. Haidar mengarahkan spion motornya agar bisa melihat ekspresinya. Tawa keduanya pecah begitu saja setelah melihatnya. Chelo yang suka reflek memukul saat tertawa itu menjadikan punggung Haidar sebagai targetnya.

"Gak boleh gitu sama orangtua tapi ini lucu Aa," ujar Chelo masih dengan tawanya, begitupula Haidar.

Kedatangan keduanya hanya mendapat lirikan dari yang lainnya. Sudah biasa jika kedua anak itu datang seperti orang gila yang terus tertawa.

"Haje kok lo ikut ke sini? Loh, Rashi?" Kaget Chelo melihat Haje pertama kali bergabung bersama mereka terlebih dengan Rashi.

"Mereka sering kesini, kamu aja nggak tau," balas Haidar lalu menempatkan diri di sebelah Chelo.

Haidar meraih gitar di sebelahnya, tangannya sudah gatal saat melihat gitar tersebut ingin memainkannya.

"Gitar 'ku petik, bass 'ku betot, Chelo cantik, bass kubetot." Haidar memulai aksinya dengan gitarnya.

aku udara
aku angin
aku awan

juga segala yang bergerak
ke arahmu perlahan
memelukmu dengan caraku
diam-diam
dan tanpa ku harus bilang permisi
'tuk curi perhatian

[ii] difficult triangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang