𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵

189 25 1
                                    

𝐝𝐢𝐟𝐟𝐢𝐜𝐮𝐥𝐭 𝐭𝐫𝐢𝐚𝐧𝐠𝐥𝐞

༄︎

Juna merebahkan dirinya di ranjangnya. Rasanya hari ini begitu melelahkan, entah lelah hati, pikiran atau badan, mungkin ketiganya. Seperti biasanya, lelaki itu selalu menonton kembali rekamannya saat latihan, melihat apa yang kurang. Tapi kali ini berbeda, matanya justru terus terfokus pada Haidar.

Anak itu tidak paham, saat menatap Haidar dia tidak benci, tidak juga tidak suka, tapi tetap ada yang mengganjal dalam hatinya. Dia tahu mereka sama-sama merebutkan wanita yang sama, tapi persaingan mereka termasuk sehat, tidak seharusnya ada yang mengganjal karena hal itu bukan?

Pikirannya melayang ke Chelo saat ini, gadis itu masih menonjolkan sifat kekanak-kanakannya, dia memahami itu walau terkadang membuatnya sakit atas sikapnya itu. Mungkin karena gadis itu yang tak segera memutuskan berada pada hati Haidar atau dirinya, atau mungkin gadis itu terlalu nyaman dengan situasi seperti ini? Perasaan perempuan terkadang begitu sulit dipahami daripada rumus fisika yang dia pelajari.

Terkadang dia merasa iri, dia iri dengan Haidar yang bisa mencairkan segala suasana, beberapa kali dia melihat orang tertawa geli karena candaan Haidar, sedangkan dia tidak bisa membuat guyonan seperti itu.

"Be yourself Juna, you do your best."

༄︎

Bukan hampir larut malam lagi, ini sudah hampir pagi tapi Haidar dan sekawanannya masih setia di warkop, termasuk Felix, makin hari anak itu semakin jarang pulang cepat, padahal biasanya paling rajin cabut paling awal.

"Fel, nggak buru balik lo? Hampir pagi nih." Haidar sedikit mengoyak badan Felix yang tertidur di kursi. Sebenarnya anak itu tidak tidur, hanya memejamkan matanya saja.

"Masih pewe di sini, lo kalo mau pulang duluan it's okay," balas Felix masih dengan mata terpejam.

"Gue temenin lo, kenapa sih lo? Nako lagi?" Haidar meneguk kopinya setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Maybe yes, maybe no. Mending lo bangunin si Chelo suruh ibadah minta petunjuk sama Tuhan biar gak digantung mulu lo sama Juna, kasian gue liatnya," balas Felix yang mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah muter balik, cerita gih. Tinggal kita doang di sini, inget kalo gue adalah orang paling setia kawan!"

Tangan Felix justru tidak bisa diam mencampur berbagai sisa minuman teman-temannya dalam satu gelas, bahkan kuah mie dia campurkan jadi satu. Dia mengaduk itu lalu menyodorkan pada Haidar.

"Lo minum," perintah Felix pads Haidar yang jelas ditolak anak itu. Siapa mau meminum hal seperti air comberan seperti itu.

"Gak mau kan? Lo cuma mau lihat. Sama kaya gue sekarang, campur aduk rasanya, orang lain cuma penasaran sama apa yang gue rasain tapi gak mau nyobain," lanjut Felix.

"Seenggaknya lo harus inget ucapan gue tadi kalau gue orang yang setia kawan," tegas Haidar sekali lagi.

Keduanya yang masih belum ingin pulang walau hari sudah berganti. Felix memutar balik pembicaraan menanyakan bagaimana latihannya bersama grup Juna. Sudah dipastikan Haidar mengucapkan banyak hal, mulutnya seakan tidak memiliki tanda titik saat bercerita, jangankan titik, koma saja mungkin tidak ada.

[ii] difficult triangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang