𝐝𝐢𝐟𝐟𝐢𝐜𝐮𝐥𝐭 𝐭𝐫𝐢𝐚𝐧𝐠𝐥𝐞
༄︎
"You're wrong! I've a choice." Gadis itu meletakkan garpu yang dia pegang. "Gue masih pengen having fun dengan apa yang gue jalani saat ini," lanjut gadis itu sembari melempar senyum kepada seseorang di depannya.
"Should I believe you? You can be difficult. Be careful, you can destroy yourself," balas seseorang itu mendekatkan wajahnya pada gadis itu.
"Up to you," balas gadis itu lirih.
"If I challenge you buat speak up who's your choice di birthday party lo bulan depan, can you? Lo nggak perlu jawab, I know you can't. Lady Chelo have her own way.
"If I can do?" Chelo berbalik menantang seseorang dihadapannya.
"Gedung Chariton Entertaiment will be yours, lo mau ambil itu buat agensi lo sendiri kan? You've been thinking about this for a long time," balas seseorang itu rupanya tepat sasaran.
Lokasi gedung Chariton sendiri begitu strategis. Chelo memang tidak terlihat begitu berambisi mendapatkan bagian perusahaan dari sang kakek atau ayahnya, tapi gedung Chariton adalah incarannya untuk membuat agensinya sendiri, dia hanya menginginkan bangunan itu.
Gedung itu sendiri merupakan gedung cabang, bukan yang utama, jadi kemungkinan dia mengambil dan merubahnya itu masih bisa. Namun semalam saat menemui Felix di rumah sang kakek, Acha, putri Miko, sudah mendapatkan itu terlebih dahulu. Memang salah Chelo sendiri yang tidak terlalu peduli dengan setiap panggilan sang kakek saat meminta mengunjungi mereka.
"Bukan gedung utama Chariton yang lo mau, it's fine. So, how's it?" lanjutnya.
"Wait for the time." Gadis itu melebarkan senyumnya mendapati jawaban Chelo.
"Lady Chelo, you can be easy and difficult. Let's see!" ujar gadis itu sembari menatap kepergian Chelo dari hadapannya.
Juna menatap heran Chelo yang keluar dari cafe tersebut dengan wajah kesalnya. Gadis itu masuk ke dalam mobil Juna dan memanting keras pintunya.
"Pelan nutupnya, cicilannya belum kelar ini, Chel," ujar Juna yang sebelah tangannya tengah memasangkan seatbelt Chelo. Candaan Juna itu hanya dilirik oleh Chelo. Tidak mungkin keluarga anak itu mencicil mobil yang bahkan bisa mereka beli lima buah sekaligus.
"Hari ini kamu nggak ada latihan kan? Should we spend time together today?"
"Kan emang maunya gitu," balasan Chelo membuat Juna terkekeh.
"As your wish, lady."
"Felix kemarin gimana?" lanjut Juna menanyakan atas kejadian hilangnya Felix. Pasalnya Chelo belum memberitahunya sama sekali, kemarin saja menelepon Haidar."Ribut sama Andra urusan harta dan tahta, paham lah kamu. Gitu sampe ngilang bikin ribet orang, emosi banget lihat mereka," balas Chelo sedikit menjelaskan.
"Perusahaan keluargamu banyak, kalau dipikir bisa banget dibagi rata."
"Iya, orang cucu mereka cuma empat, kalo dari keluarga Papa cucunya cuma aku sama Felix. Tapi dari sekian perusahaan pasti ada the best perfomance nya." Juna mengangguk mengerti atas itu, beberapa perusahaan keluarganya sendiri juga tentu ada yang paling unggul diantara yang lain. Setiap orang pasti akan memilih yang paling unggul bukan?
"How about you?"
"Aku punya plan sendiri, kamu?" balas Chelo singkat.
"I think you already know how about me. Surely I became a doctor. Suka ataupun enggak, ujungnya aku bakal di sana. I'm preparing mentally."
"You deserve it, kamu ramah, dikit-dikit senyum, pasien habis kamu periksa bukannya sembuh dari sakit malah positif fall in love with you," puji Chelo dengan candaannya yang membuat telinga Juna memerah.
"Seriously, Chel. Aku mau kamu aja jadi pasienku kalau efeknya gitu," balas Juna yang tetap fokus mengemudi tapi dia mengetahu perubahan Chelo setelah mendengar ucapannya baru saja.
"Better kalau kamu diem." Juna sungguh menahan gemasnya kali ini.
Keduanya hanya bisa mendengus saat mengetahui bahwa mereka bertemu Jevin dan Juliet saat menghadiri outdoor movie party. Rasanya cukup bosan bertemu mereka lagi dan lagi.
"Woohooo~ lihat siapa yang kita temukan Dora?" Jevin berteriak antusias menghampiri mereka.
"Gigi lo Dora, it's okay berarti lo si monyet pink," balas Juliet tidak terima dipanggil Dora. Jevin hanya melirik gadis itu tajam.
"Bilangnya nggak suka sama Cecep tapi main bareng terus, kan curiga," sarkas Chelo pada Juliet.
"What are you talking about, si Cecep yang ngajakin, lumayan ke sini gratis," balas Juliet yang tersindir.
"Bukan masalah gratisnya, lo aja yang demen diajakin Cecep. Cep, Juliet positif fall in love with you, nggak perlu cari dukun lo Cep," ujar Chelo memancing emosi Juliet.
Gadis itu menengok ke arah Jevin yang tengah menatapnya, dia membalas tatapan Jevin dan menaikkan alisnya.
"Jangan-jangan lo yang suka screenshot muka gue waktu instalive. Siniin HP lo!" curiga Jevin mengingat Felix pernah memberitahunya bahwa ada galeri seseorang yang seringkali mengambil tangkapan layar instalive dirinya.
"Gak jelas lo! PD banget sumpah lo, mending simpen foto Shawn Mendes daripada lo!" elak Juliet.
Jevin meraih tas Juliet dan mencoba mencari di mana ponsel gadis itu dan berujung mereka saling kejar.
Juna dan Chelo memilih segera menuju tempat mereka menunggu acaranya mulai daripada menonton drama tidak jelas dsri Jevin dan Juliet.
*They're on VIP seats*
Keduanya memesan beberapa camilan untuk menemani mereka selama menonton film. Beruntungnya mereka berada jauh dari Jevin dan Juliet, setidaknya mereka mendapat ketenangan menikmati acara tersebut.
Senja mulai bersama dengan mereka dan perlahan akan digantikan dengan gelapnya malam. Juna dan Chelo duduk bersebelahan tanpa adanya jarak antara mereka. Tangan Juna sudah melingkar di bahu Chelo dan gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu Juna.
Cahaya kuning lampu terasa nyaman bersama mereka. Keduanya benar-benar menikmati film yang disajikan, walau hanya lima puluh persennya menikmati karena lima puluh persennya mereka menikmati posisi keduanya yang berada sedekat itu, begitu nyaman.
"Chel, are you sleepy?" Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Tidur aja, nanti aku bangunin," ujar Juna sembari tangannya menyamankan posisi Chelo untuk tidur dalam dekapannya.
Aa Haidar
3 missed calls༄︎