SEJUTA KISAH

17 3 2
                                    


"Aku dengan kisahku, kamu dengan kisahmu, kita bertemu menciptakan sejuta kisah dimasa lalu"

Pagi ini mata ku kembali sembab dan lebih sembab dari hari-hari biasanya. Iya, semalam aku habis menangis tak henti karena psikologis ku yang mulai terganggu. Kadang aku merasakan overthinking yang teramat mengganggu sampai tidak bisa tidur.

Sebulan yang lalu, aku kembali ribut dengan mantan pacarku. Kali ini benar-benar aku tidak bisa menerima permintaan maafnya. Sungguh teramat sakit hatiku ketika dia membungkus rapih permainan itu. Diam-diam dia menelpon Radit dan mengajak bertemu. Entah apa maksudnya dan mengapa ia lakukan ini semua. Demi alasan apapun aku sudah muak dan berharap segera aku bisa lupa ingatan !

Pikiranku mulai kacau, seolah aku enggan untuk melanjutkan hidup lagi. Aku merasa hidupku saat ini benar-benar sudah tidak ada gunanya lagi. Terlebih aku harus memutuskan hal besar dalam hidup. aku tidak ingin dicap egois oleh keluargaku jika aku memilih untuk hidup bersama mantan kekasihku itu. Aku harus bisa melepaskan nya demi keluarga. Berat dan terlihat bodoh, namun inilah jalan yang harus aku pilih.

Malam itu aku berusaha menemui Radit. Radit belum mau mengangkat telponku atau membalas chatting. Aku paham sifat nya ketika enggan diganggu siapapun tapi aku nekat menemuinya, aku tau Radit sedang ada di kost nya. Aku harus mengklarifikasi ini semua agar aku bisa bernafas tenang. Dengan laju sepeda motor yang sedikit oleng karena aku belum tidur semalaman, aku sampai didepan kost Radit.

"Mba, cari siapa?" Tanya seorang pemuda yang juga tinggal di kost itu. Entah aku lupa namanya tapi aku pernah melihatnya

"Aku cari Radit, ada di dalam kah? Tolong bilangin, ada Yuri di depan."

"Iya nanti dibilangin, masuk dulu mba."

"Makasih mas aku nunggu didepan saja jaga motor."

Pemuda itupun masuk dan tak lama Radit keluar dengan wajah baru bangun tidur.

"Kamu baru bangun tidur?" tanya ku membuka percakapan.

Aku takut untuk langsung menanyakan kenapa tidak balas chat dan angkat telpon dan menjelaskan semuanya.

"Iya, masuk dulu yuk. Aku belum mandi."

Aku memasukan motorku ke dalam teras kost nya dan masuk keruang tamu. Tidak ada sedikit kutemui mimik wajah Radit yang kesal atau marah kepada ku padahal aku telah berbohong padanya perihal kepergianku ke surabaya awal desember kemarin.

"Kamu sendirian kesini? Trus kita kemana? Oiya ngopi yuk."

"Iya sendiri, aku takut kamu marah karena gak bales chat dan gak angkat telponku."

"Udah aku gak apa-apa ko sayang, ayo jalan. Aku anter kerumah abis itu kita ngopi."

"Baiklah."

Tanpa banyak kata akhirnya aku pulang mengantar motor ku dan aku membonceng Radit ke tempat kedai kopi yang biasa kami kunjungi.

Aku benar-benar merasa jadi wanita paling bodoh didunia ini. Mengapa aku harus membohongi Radit padahal ia begitu percaya denganku? Sungguh aku malu tapi aku harus jelaskan semua nya pada Radit.

Aku tidak ingin hal ini merusak hubunganku dengan nya.

"Udah, yah aku gak mau ada dusta diantara kita. Jujur sama aku , aku gak akan marah. Jangan sedih lagi yah sayang."

"Iya, maafin aku."

Aku hanya bisa diam dan mendengar perkataan Radit dan memaki diriku sendiri

Aku tau Radit pasti kecewa denganku. Aku terpaksa berbohong karena aku tidak ingin Radit marah dan menjauhiku karena aku pergi ke surabaya dengan mantan kekasihku untuk menemui nenek angkatnya yang sedang sakit. Aku sudah berjanji menemaninya ke surabaya jauh sebelum aku bertengkar hebat dan bertemu Radit. Aku tidak bisa mengingkari janjiku dan aku terpaksa menepatinya.

Aku berharap Radit tidak kecewa dan paham bahwa aku hanya ingin menepati janji bukan ada maksud lain.

Hari itu ku genggam tangan nya tidak ku lepas. Aku sungguh takut kehilangan. Seperti benda favoritku yang tak boleh ada satupun menyentuhnya bahkan memegangnya. Aku memang sekeras itu mencintai Radit. Betapa aku bersyukur jika Radit dapat membalas rasa yang menyelimuti ku saat ini.

Hari mulai semakin gelap dan hampir dini hari. Radit mengantarkanku pulang kerumah dengan sepeda motor yang semakin akrab ku duduki.

"Sayang, aku gak mau kamu sedih lagi. Maafin aku. Maaf yah, aku gak mau lagi ada dusta diantara kita." kata Radit sambil memegang lutut kiriku

Aku yang sedari tadi menikmati tubuh hangat Radit dalam pelukan hanya bisa mengangguk, menyetujui semua percakapan Radit. Jarang-jarang aku bisa seperti ini dengan nya. Biasanya kita jarang bertemu bahkan di dunia maya sekalipun. Kita pun sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Senyum dari bibir tipisnya yang menawan hati wanita manapun yang melihat. Kau begitu sempurna dimataku Radit, percayalah genggam hatiku maka duniapun akan bisa kau peluk. Semesta ku telah menemukan porosnya untuk berputar yaitu kamu. Kehadiranmu adalah oksigen bagiku yang saat ini sedang dicekik oleh keadaan. Aku tidak memiliki alasan apapun untuk jatuh cinta kepadamu. Seburuk apapun kamu dipandangan orang lain itulah kelebihan dimataku dan akan menjadi lebih jika kau terus ada disampingku seperti ini.


Tuhan, maafkan kebodohan ku ini. Aku lakukan ini semua karena aku tak ingin kado yang kau berikan ini tiba-tiba menghilang. Terima kasih karena kau telah memberiku waktu untuk bisa bertemu dengan hadiah terindahmu ini. Tidak akan aku sia-siakan

Kau yang Kusebut "Abadi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang