PMS

87 12 0
                                    

Semua cewek pasti ngalamin PMS.. demi apapun perut gue sakiiiit banget. Untung aja hari Minggu, jadi gue ga perlu bangun pagi buat ke kampus.

Baru gue mau tidur lagi. Perut gue makin makin aja sakitnya. Temen gue nyaranin minum minuman khusus datang bulan. Tapi gue ga biasa minum yang kayak gitu. Akhirnya ya gue cuma nunggu sakitnya ilang aja sambil tidur.


Hp gue bunyi. Gue langsung ngangkat tanpa liat siapa yang nelpon.

"Halo?"

'Hai sayaaang ayo bangun. Udah jam 10. Pasti kamu masih tidur yaaaa. Suaranya ngantuk gitu.'

Gue hampir kebawa emosi sebenernya. Ini gue lagi sakit malah dibilang suara ngantuk.

'Eh Y/n ko kamu diem aja? Halloooo?'

"Hmm mm, aku lagi ga mood Ho."

'Eh.. kenap.. ah yaudah deh bye sayang.'

"Hm mm."

Gue matiin sambungan teleponnya dan balik tidur lagi.















Gue mengerjapkan mata beberapa kali saat ngerasa perut gue menghangat.

"Eh Minho?!"

Gue liat Minho yang duduk di kursi deket kasur gue.

"Eh maaf ganggu ya?"

Gue langsung menggeleng.

"Engga kok. Eh ini apa?" Gue nunjuk bantal listrik yang ada di deket perut gue.

"Ah tadi aku nyari di google. Katanya kalo cewe lagi pms bisa pake ini buat pereda nyerinya." Jawab Minho sambil senyum.

"Ih Minho.. kamu.." tiba tiba mata gue panas. Gue terharu banget.

"Heeeh kenapa nangissss?" Minho langsung panik.

Gue langsung duduk dan meluk Minho.

"Eh haha, tumben banget segininya kamu kalo lagi pms hmm?" Minho balik memeluk dan mengusap punggung gue untuk menenangkan.

"Hab.. habisnya tadi aku di telpon jutek bilang ga mood. Eh kamu dateng sambil bawain kayak gini." Jawab gue masih nangis.

"Hahaha iyaa gapapa, kan aku ngerti kalo kamu gitu pasti kamu pms."

"I..iya makasih Ho."

"Nah cup cup udah jangan nangis lagi."

Gue melepaskan pelukan gue dan menghapus air mata gue.

"Nah gitu kan cantik." Kata Minho

Gue cuma nyengir aja.




"Aw"

"Eh sakit lagi?"

Gue cuma ngangguk.

"Yaudah tidur aja, aku temenin. Ini jangan lupa." Minho ngasih gue bantal listriknya.

Gue tiduran sambil meluk bantal listriknya di perut gue.

"Minho makasih banyak ya." Kata gue tulus.

"Siiip, kan aku pacar yang siap siaga hehe."

"Hmm Ho sini deh." Gue nyuruh Minho mendekat.

"Aku sayang kamu." Bisik gue.

"Ah hahaha iyaa aku juga sayang kamu." Minho mengusak kepala gue.

"Minho ko pipinya merah?" Ledek gue yang lihat perubahan warna pipinya Minho.

"Hah? Haha ini kayaknya aku kepanasan deh."

"Kepanasan apa salting Ho?"

"Y/n katanya mau tiduuur? Ayo merem." Minho naikin selimut sampai nutupin muka gue.

"Heh nanti aku mati." Omel gue.

"Hehe ampun sayang." Minho cuma nyengir.

🧡🧡🧡🧡🧡

My Lee Cat MinhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang