#Istri_Mantanku
Extra PartMalam mulai beranjak ketika peraduan menjadi tempat melepas penat. Kurebahkan badan yang lelah seharian bekerja pada dipan kayu beralas kasur tipis nan sempit. Bekerja dari subuh hingga menjelang petang membuat kasur keras ini terasa begitu nyaman.
Kuraih benda gepeng tanpa tombol yang belum lama kubeli, menggantikan ponsel qwertyku yang lama. Benda yang kutukar dengan tabungan dalam celengan ayam. Sebagai ikhtiar dari rencana pernikahan yang kandas semenjak empat tahun lalu.
Kubuka aplikasi yang akhir-akhir ini sering kukunjungi. Facebook. Mencari akun dengan nama-nama yang sama setiap malamnya. Fian Alfian Pradita. Suli Aliya Pradita. Tak banyak status yang Fian unggah semenjak ia menikah. Berbeda dengan Suli, istrinya. Hampir setiap hari ada saja status yang ia buat.
Aku baru saja akan membuat status untuk menyaingi Suli, ketika tiba-tiba sebuah permintaan pertemanan muncul. Penasaran kubuka bilah pertemanan dan mendapati akun bernama 'Sebatang Kara' tengah menunggu konfirmasi.
Segera saja kukonfirmasi akun itu. Tak lama kemudian ia mengirimkan pesan tanda terima kasih.
"Thanks konfirmnya, salam kenal namaku Rian."
"Sama-sama." balasku.
"Boleh kenalan? Nama kamu Ayu 'kan?"
"Y" jujur aku sangat malas meladeni akun-akun tak jelas yang kerap mampir di beranda dan inboxku. Namun, aku tak tega jika tidak mengonfirmasi mereka, bagiku semakin banyak teman maka semakin bagus. Cukup sebagai pengisi daftar pertemanan yang tak butuh interaksi.
"Lagi ngapain Ayu?" Ternyata Rian tak jera mengirimiku pesan.
"Tiduran" lagi-lagi aku membalas singkat dan cuek.
"Wah ada temennya nggak tuh?"
"G"
"Sama dong, aku juga. Hehe."
Aku tak membalas lagi. Dari pada membalas pesan orang tak jelas mendingan aku tidur. Status Suli hari ini susah disaingi, ia mengunggah foto anaknya yang bernama Aliya, dengan caption yang membuatku iri.
'Anak solehah Ayah Fian sama Bunda Suli, sehat terus, ya, Nak.'
Kuputuskan untuk tidur lebih cepat, mengingat aku harus bangun sebelum azan subuh berkumandang.
Pukul tiga pagi, aku terjaga. Mataku tak mau terpejam lagi. Padahal aku masih punya waktu satu jam lagi untuk tidur sebelum bersiap-siap berangkat kerja ke toko sembako. Aku mengambil ponsel yang ternyata telah tertindih saat aku tidur. Kubuka aplikasi yang memang hanya itu tujuanku membeli ponsel, facebook.
Tak kusangka Rian mengirimiku pesan lagi.
"Ayu, kamu udah punya pacar belum?"
Dasar kepo. Setiap akun laki-laki rata-rata memiliki tujuan yang sama dalam meminta pertemanan. Semua bermodus PDKT.
"Belom, emang kenapa? Kamu mau daftar jadi pacar aku?" jawabku akhirnya setelah melihat kalau akun itu tengah online. Entah kenapa kali ini jiwa isengku muncul. Padahal sebelumnya aku tak pernah menanggapi.
"Hehehe, emang boleh?"
"Banyak syaratnya!"
"Apa aja?"
"Pertama harus ganteng. Kedua harus mapan. Ketiga harus baik dan perhatian. Keempat harus orang dekat nggak boleh jauh-jauh rumahnya . Kelima nggak boleh cemburuan. Keenam harus pinter. Ketujuh nggak boleh genit dan kegeeran. Kedelapan harus rajin ibadah. Kesembilan harus mau nerima aku apa adanya . Kesepuluh harus bisa bikin aku jatuh cinta." Kutulis pesan itu sembari terkikik geli. Pasti ia akan kabur setelah ini.