Rasa Benci

136 10 10
                                    

" Good morning semuanya." Ujar Chika yang sedang berjalan menuju ke arah meja makan. Ia lalu mendaratkan pantatnya di kursi sembari tersenyum menyantap makanannya.

" Temen Lo mana?" Tanya Bagas yang duduk di hadapan Chika.

" Masih tidur."

Satria berdecak. " Bilangin ke temen Lo, kalo numpang setidaknya tau diri."

Chika mendengus kesal. " Apaan sih Lo, kak. Masih pagi juga udah sensi aja."

Bagas terkekeh. " Lagi pms kali, kakak Lo."

" Tau tuh! Aneh banget!" Sahut Chika.

" Chika, Lo berangkat bareng gue aja. Ada yang mau gue omongin sama Lo." Ujar Bagas dengan wajah serius.

Chika mengerutkan dahinya. " Apa, kak?"

" Nanti gue jelasin."

Satria menatap tajam ke arah Bagas. " Gue rasa nggak perlu di rahasiakan. Lo bisa omongin langsung disini."

Bagas menghela nafasnya pelan, lalu tersenyum. " Sorry, Sat. Nggak semua hal harus di umbar."

" Nah... Iya bener. Nggak semua hal bisa di ungkapin. Jadi, Lo nggak perlu tau kak. Ini urusan gue sama kak Bagas." Sahut Chika dengan cepat sembari menatap Satria.

" Oke, tapi jangan sampai Lo hianatin kepercayaan gue." Ucap Satria sembari menatap tajam Chika.

" Gue nggak bakalan ngelakuin hal aneh kok, kak. Lo tenang aja. Lagipula, kan ada kak Bagas yang jagain gue."

" Gue tau, Lo khawatir sama Chika, Sat. Tapi, Lo juga tau kan kita kenal udah dari kecil. Gue udah anggap Chika kayak adik gue sendiri. Mungkin gue memang bangsat, tapi gue nggak akan pernah lakuin apapun ke Chika." Ujar Bagas menyakinkan.

" Oke." Sahut Satria singkat.

" Oh iya, kak. Nanti Lo anterin Bulan ke kost - an nya ya buat ambil seragamnya. Sekalian bangunin dia. Gue nggak tega kalo harus bangunin dia sekarang." Ujar Chika, lalu beranjak berdiri dari duduknya.

Satria berdecak. " Gue bukan pembantu."

" Yaelah kak. Cuma bangunin doang, terus Lo anterin dia. Apa susah nya sih. Lo tuh ya-..."

" Oke, nanti gue anterin dia." Sahut Satria dengan kesal.

Chika tersenyum lebar, lalu memeluk Satria. " Nah gitu, dong. Baik banget sih, kakak gue."

Bagas yang melihat tingkah Chika hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa pelan. Bukan kali ini saja, Bagas memang sudah sering melihat Chika yang begitu manja kepada Satria. Tapi, meskipun begitu tetap saja ada sisi buruk dibalik sikap manja Chika. Ya, hanya Bagas yang tau tentang semua rahasia Chika. Karena terkadang apa yang terlihat tidak sesuai dengan apa yang terjadi.

Chika melepaskan pelukannya dari Satria. " Yaudah, kalo gitu ayo kita berangkat kak Bagas."

Bagas menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya pergi, begitu juga dengan Chika. Sementara Satria masih duduk di tempatnya sembari menyantap makanannya. Beberapa saat kemudian, Satria melangkahkan kakinya menuju kamar Chika. Jangan tanya mau ngapain ya, teman - teman. Sudah pasti dong, mau bangunin Bulan.

Satria langsung mengetuk pintu kamar saat sampai tepat di depan kamar Chika. Namun, tidak ada jawaban dari dalam sana. Dengan wajah kesalnya, Satria membuka pintu kamar tersebut dan mendapati Bulan yang masih terlelap tidur. Perlahan, Satria melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tersebut dan mengamati wajah Bulan dari dekat. Tanpa disadari, jantungnya kini berdetak kencang. Tidak hanya itu, muncul senyuman di bibirnya. Begitu tenang dan damai, saat dirinya melihat Bulan yang masih tertidur.

Satria BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang