Sahabat Terbaik

623 22 0
                                    

" Chika, temen lo pingsan!"

Teriakan seorang gadis membuat Chika menolehkan pandangannya. Ia bisa mendengar dengan jelas kalimat yang diucapkan gadis tersebut dari pintu perpustakaan. Dengan wajah kagetnya, Chika berlari menuju ke arah pintu menghampiri gadis tersebut. Ia lalu menanyakan apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.

" Pingsan gimana maksud lo?"

" Mendingan lo langsung ke UKS aja deh, ceritanya panjang."

" Oke, makasih infonya ya." Ucap Chika, ia lalu berlari menuju ruang UKS dengan tergesa - gesa hingga ia menabrak Amel dan Kara.

" Mata lo dimana?!" Bentak Amel.

" Tolol banget sih lo!" Ucap Kara.

Chika menghela nafasnya santai. " Gue nggak lihat kalian."

" Punya mata tuh di pake!" Ketus Amel.

Amel menatap tajam Chika. " Kalo lo buta mendingan nggak usah berkeliaran."

Chika menyilangkan kedua tangannya di dada dengan kesal mendengar ucapan Amel dan Kara. Ia lalu tersenyum miring sembari menatap kedua gadis itu. Sungguh, rasanya ia ingin memaki kedua gadis itu. Jika saja, Amel tahu siapa Chika mungkin gadis itu tidak akan berani mengucapkan kalimat apapun. Bahkan Amel pasti akan berusaha untuk berbuat baik dengan Chika.

" Muka kalian kenapa panik gitu?" Tanya Chika.

" Bukan urusan lo!" Jawab Kara dengan nada gugup.

" Nggak usah ikut campur urusan orang lain. Mendingan lo pergi sana!" Timpal Amel.

Chika mengerutkan keningnya sembari tertawa remeh. " Dih, PD banget. Siapa juga yang mau ikut campur urusan kalian."

Kara menatap Chika dengan sinis. " Makin ngelunjak nih anak!"

" Haha, dasar kakak kelas nggak jelas. Merasa paling keren, paling hebat, padahal aslinya pengecut. Haduh, kasian ya kalian, cuma bisa mengandalkan harta daripada otak." Ucap Chika dengan nada mengejek.

" Dasar kurang ajar! Berani banget lo ngomong gitu?!"

Amel melayangkan satu tangannya hendak menampar Chika. Namun, belum sempat tamparan itu mendarat di pipi Chika, seseorang langsung mencekal tangan Amel. Tentu saja, Chika langsung tertawa remeh. Sementara Amel menatap Chika masih dengan wajah emosinya. Beberapa detik kemudian, ia mengarahkan pandangannya untuk melihat seseorang yang berani mencegah dirinya. Ia langsung menutup mulutnya rapat saat mengetahui orang tersebut.

" Aku bisa jelasin." Ucap Amel dengan panik.

" Sekali lagi lo berani nyentuh dia, gue nggak akan tinggal diam."

" Satria, aku bisa jelasin kok. Aku nggak bermaksud gitu. Tapi dia udah keterlaluan ke aku."

Satria menatap Amel dengan tatapan datarnya. " Nggak perlu lo jelasin apapun, gue nggak buta."

" Apaan sih lo, Sat. Kok malah belain dia. Harusnya lo belain pacar lo." Ucap Kara dengan kesal sembari mengarahkan pandangannya ke Chika.

Chika menaikkan satu alisnya sembari terkekeh. " Bohong banget lo! Jelas - jelas gue nggak ngelakuin apapun."

" Lo tuh ya-..."

" Gue ingetin sekali lagi, jangan pernah lo berurusan sama Chika." Tegas Satria.

" Rasain lo!" Ucap Chika dengan nada mengejek.

" Tunggu aja waktunya nanti, lo pasti bakalan nyesel udah bertingkah kurang ajar ke Amel." Ucap Kara.

Chika memutar kedua bola matanya malas. " Bodo amat! Gue nggak perduli!" Ujarnya, lalu melangkahkan kakinya pergi.

Satria BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang