Sore Itu Tiba

8 2 0
                                    

     Saat itu senja tak lagi indah seperti biasanya, bukan lagi jingga tapi abu-abu, seperti halnya bulan yang tak berbintang, dan matahari yang tertutup awan serta hujan yang jatuh sebegitu derasnya ke Bumi.

”Kamu di mana?” tanyaku.
”Stasiun"
”Tunggu akuuu”.

     Aku langsung pergi ke stasiun perpisahan itu. Sesampainya di sana aku seseoarang yang tak ingin kehilangn sosok manusia yang paling ku favoritkan itu langsung berlari dan memeluk manusia Bumi itu. Isak tangis yang tak tertahan seakan menjadi pusat perhatian para calon penumpang yang lainya. Aku tak peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Aku hanya tak ingin kehilangan tokoh utama dalam setiap cerita yang sering aku tuliskan.

”Sudah jangan nangis, Kalo kamu rindu telfon aku”
”Aku cuman ga ingin benar-benar kehilanganmu”
”Tapi aku ga hilang”
”Tapi kamu pergi”
”Yang pergi bukan berarti hilang fia"
”Yang pergi dan ga kembali itu hilang Dim”
”Tapi aku kembali"
"Janjiiii?”
”Janjii”

     Aku sangat mengharapkan hari itu, hari dimana ia menepati janji nya untuk tidak hilang. Kereta yang akan membawa dia pada tujuannya pun sudah datang, tapi aku masih memeluknya dengan arat. Dia bilang ”Kan sudah janji tapi kenapa belum di lepas?" Katanya. Akupun melepaskan pelukan itu, pelukan yang ntah kapan bisa kembali lagi.

”Aku pergi yaa? Jaga diri baik-baik, Jangan cengeng, terus kalo kangen bilang jangan nagis:)”
”Iyaa, kamu hati hati”
”Iyaaa"

     Dia menaiki kereta itu membawa pergi harapan-harapan yang ntah jadi kenyataan atau kembali hanya menjadi angan angan. Kereta itu semakin jauh, dan sekarang sudah tak terlihat.
     Pagi hari dia memberi tahu bahwa dia sudah membaca suratnya.

”Suratnya sudah ku baca, fia. Manusia hidup dengan harapan-harapan dan Bumi juga berputar dengan harapan, bukan?”
"Iya aku paham”
”Biar waktu yang melanjutkan ceritanya, tentang harapanmu yang bisa bertemu denganku di Bandung, itu baik. Teruslah berdamai dengan semesta dan jangan pernah berfikir untuk menutup hati untuk orang lain, bisajadi kamu akan temukan aku pada sosok orang itu”
”Tidak ada yang bisa sepertimu”
”Iyalah kan aku satu satunya”
”Iya karena itu sosok mu cuma satu"
”Iyaa, yasudah jaga diri baik-baik disaa yaa"
”Iyaa kamu jugaa”

      Sejak dari hari itu adalah awal dari hari-hari penuh rindu.
Aku selalu percaya pada semesta bahwa harapan-harapan yang sudah aku tuliskan pada surat itu akan jadi kenyataan dan bukan sekedar tulisan.

Aku,
Akan tetap menulis cerita tentangmu
Menciptakan puisi,
Yang selalu tertuju untukmu
Menyusun sajak-sajak rindu,
Yang ntah kapan bisa sampai padamu
Kamu,
Cepat pulang aku selalu menunggu

                             
                             [Tamat]

Di Stasiun Menuju BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang