16. Sebuah Dekapan (Seruni POV)

52 3 0
                                    

1.
Beribu malam yang telah aku lalui dengan rasa ngantuk sepertinya tidak terjadi padaku di malam ini. Hawa dingin dan gemuruh suara hantaman air hujan di atap tak cukup untuk mengantarku pergi tidur. Berselimutkan rasa sepi dan tentu saja selimut asli, aku duduk termenung sambil memeluk lututku sendiri. Lampu kamar aku matikan sehingga gelap. Saat ini hanya Hp dan internet kencang yang menemaniku. Ah tidak, sudah pukul 01.11 dini hari aku belum kunjung merasa ngantuk. Aku terus saja membuka apa saja yang ada di dunia maya. Termasuk Facebook dan Instagram meskipun aku tidak terlalu suka berselancar di dunia maya. Sesekali aku membuka whatsapp-ku. Aku terus menerus scroll ke bawah. Aku tidak tau tujuannya untuk apa, aku hanya merasa sangat bosan.

Tanpa sengaja aku melihat sebuah nama pada riwayat chat dari seseorang yang pernah malang melintang di pikiranku. Sebut saja namanya Asep. Karena namanya memang Asep. Tanpa harus menjelaskannya, mungkin kalian sudah tau Asep mana yang aku maksud. Melihat riwayat chatingnya, aku jadi tertawa sendiri. Betapa konyolnya dia saat berusaha membuat macam-macam lelucon hanya untuk sekedar membuat aku tertawa. Contohnya seperti ini…

Asep : "Neng, foto profil na lucu jiga bunda."

Aku : "Bunda apa ai aa?"

Asep : "Iya sejenis hewan anu lucu."

Aku : "Duka ah teu ngartos."

Lalu Asep mengirimkan gambar seekor PANDA.

Asep : "Tah ieu, nami na bunda."

Aku : "Eta mah Panda ai aa."

Asep : "Panda mah cowok. Lamun cewek Bunda."

Aku : "Hahaha Aa mah bisa aja."

Aku tertawa kecil, teringat kembali masa-masa itu. Kenapa hanya dengan lelucon seperti ini saja aku sudah tertawa geli? Betapa recehnya hidupku. 

Aku hampir lupa, kenapa juga aku memblokir kontak whatsapp-nya. Padahal dia sudah begitu baik kepadaku. Hanya karena emosi sesaat pada waktu itu, aku sampai tega memutus tali silaturahmi dengannya. Daripada aku berdosa, lebih baik aku membuka lagi blokirnya. Tapi aku terlanjur malu untuk menyapanya terlebih dahulu. Ah, dasar wanita. 

Malam yang semakin larut dan hujan yang semakin deras, membuat aku jadi teringat kejadian tadi siang. Yang mana, pertengkaran kecil antara aku, Pak Imam, dan Asep membuat seluruh hariku menjadi tidak karuan, bahkan sampai detik ini. Ingin sekali rasanya mengeluarkan unek-unek yang aku rasakan. Tapi kepada siapa? Uya Kuya? Itu sama sekali bukan referensi yang bagus menurutku. Jika saja ada teman yang bisa diajak bicara dan dapat dipercaya, mungkin aku akan mengeluarkan semua unek-unek ini sekarang juga. Siapa tau aku bisa merasa sedikit lega.

Diantara sekian banyak problematika yang aku hadapi saat ini, ada beberapa hal yang selalu menjadi sumber masalah yang menyebabkan hati ini dilema. Yang pertama, Pak Imam. Apa-apaan dia itu langsung mengajakku menikah. Sudah pasti aku belum siap. Lagipula aku tidak mencintainya. Selain itu, aku juga merasa ilfeel sejak kejadian tadi siang. Namun ada hikmah yang bisa kupetik, setidaknya aku jadi tau sifat aslinya. Aku juga semakin yakin, dia bukanlah sosok yang pas untuk menjadi suamiku. Sudah kuputuskan saat itu juga, bahwa aku menolak lamarannya. Mudah-mudahan dia tidak marah kepadaku.

Ada satu kejadian yang membuat aku memblokir kontak Asep. Yaitu ketika di depan toilet kampus dia sedang memeluk seorang wanita yang merupakan kakak kelasku juga. Aku tidak tau namanya. Yang jelas, aku merasa tidak suka melihatnya, mataku pedih, terutama pada bagian hati. Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri, kenapa bisa seperti ini. Apakah aku mulai menyukai Asep? Semenjak kejadian itu, aku kesal padanya. Sehingga aku memutuskan untuk memblokir kontak whatsapp-nya.

Tanpa disengaja, wanita itu pun muncul lagi di hadapanku, bersama Asep. Tapi aku merasakan hal yang aneh, wanita itu terlihat tidak peduli dengan pertengkaran kami. Aku semakin penasaran, siapa dia sebenarnya? Apakah dia pacar Asep? Kenapa aku selalu memikirkan hal yang bisa membuatku sulit tidur? Aku lelah sekali. Aku sangat ingin istirahat. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seruni, Nu Aing (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang