Taeyong masih terjaga, punggungnya berlawanan dengan Jaehyun. Ia masih merasa bersalah pada Jaehyun.Taeyong berbalik sekilas, ia masih merasakan deru napas yang teratur milik Jaehyun. Ia berbalik sepenuhnya. Tangan itu memilih merangkul sang dominan.
"Maafkan aku, Dad. Aku minta maaf." ia mendusel-duselkan kepalanya sayang. Jaehyun tidak bergeming. Ia semakin mempererat pelukannya.
"Aku janji, tidak akan meninggalkan Daddy lagi. Maafkan, Yongie?" ia berkedip polos. Tapi, tetap saja.
Pria itu tak membalas apapun.
Taeyong hanya terdiam sejenak, berpikir lalu pergi ke alam mimpi.
Sang Pria berbalik, melihat sang mungil kembali membelakangi nya.
"Janji tidak bakal pergi lagi?"
Lagi-lagi, ia hanya dihadapkan oleh harapan semu.
.
.
.
.Taeyong merasakan sesuatu yang lembut menerpa wajahnya. Angin semilir yang perlahan menyapa kulit tipis nan sensitifnya.
"Eunghh, Dad?" ia membuka kelopak matanya perlahan. Berharap menemukan sosok pria yang membuat dunia nya terhenti dan terjatuh di waktu yang sama.
Senyumnya harus pudar saat ia tidak menemukan apapun di hadapannya. Lalu, ia menoleh ke arah jendela yang setengah terbuka dengan gorden tipis yang terbuai senang di terpa angin selembut sutra itu.
Ia lalu menoleh ke arah balkon yang memang ada di kamar mereka. Ia perlahan berjalan tertatih-tatih, dan penciumannya mendapati aroma cappucino dengan double espresso yang menyengat namun, menenangkan jiwa yang dilanda kesedihan dan kekhawatiran terhadap dunianya.
Netra hitamnya mendapati Jaehyun yang dengan tenang sedang menyeruput kopinya sambil membaca The Seoul Breaking News. Kertas berwarna dengan tulisan hitam putih yang lebih dominan itu di baliknya dengan seksama. Seolah menelaah dan memilah-milah, Jaehyun memang tidak sembarangan membaca berita yang selalu dijadikan strategi marketing dan sering mengandung prosa yang berlebihan.
Surai hitam yang serasa lembut saat Taeyong meremas kepalanya, ketika dengan telaknya Jaehyun menyentuh titik terdalam sang mungil. Ia memekik dan seraya mendongakkan kepalanya untuk sekedar mempertemukan netra masing-masing. Malam-malam yang panjang hingga, tak sedikit mereka beradu ketajaman lisan yang menyebabkan kedua pihak merasakan kesakitan luar biasa.
Langkah kakinya yang mantap, ia beralih memfokuskan retinanya pada objek yang saat ini tak menyadari keberadaannya. Wajahnya tenggelam ke dalam dunia hitam putih penuh dengan berita kriminalitas.
Taeyong semakin merasakan desiran halus bagai listrik statis yang menjalar hingga ke ujung rambutnya. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Seluruh hormonnya bergejolak, dalam kepalanya ia ingin sekali menerjang pria yang telah menjadi pusat perhatian nya selama ini.
Mengatakan kalimat-kalimat manis yang membawa suasana kembali membaik. Dan, tentu saja ia ingin berakhir bercinta lagi dengan pria tampan itu.
"Bisakah, kita lupakan saja kejadian malam itu dan memulai dari awal?"
Taeyong meremat selimut yang menutupi dada hingga kaki jenjang putihnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Selimut itu agak sedikit mengekspos paha mulusnya akibat terpaan angin yang tiba-tiba terasa agak sedikit membuat nya kedinginan.
Lantas, Taeyong hanya bisa memandanginya dari jarak 1 meter saja. Tak berniat menghampiri pria yang masih asyik bernaluri pada setiap tulisan yang tercetak di kertas putih itu—

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Shadow || Limerence Season 1
FanfictionTaeyong yang mau tak mau terikat takdir bersama pria arogan yang tak kenal belas kasihan. Pria yang dengan senang hati memungutnya dan menjadikannya jalang...... apa ia mau menjadikan Taeyong sebagai 'suami kecil'nya?