SURRENDER | 3

81 12 4
                                    

"Cemburu itu wajar, tapi jika bukan siapa siapa.. Apakah wajar?"

🍓🍓🍓

"Tadi gue berangkat bareng kak Alva lho.."

"Yang bener La? Kak Alva senior kita yang kelas 12 yang ganteng parah itu?"

"Iya. Gue seneng bangett."

"Kyaaa! Parah lo La! Gue kan mau jugaa."

Deg. Baru saja Via memasuki kelasnya namun langkahnya terhenti ketika mendengar percakapan kedua teman sekelasnya yang sangat mengganggu di telinganya.

Apa tadi katanya? Berangkat bareng? Sama kak Alva? Kak Alva yang beberapa hari ini bertukar pesan Via whatsapp dengannya kan? Ya. Hampir tiap hari kakak kelasnya itu mengiriminya pesan, tentu saja Via senang. Sudah terhitung 3 hari mereka bertukar pesan dan keduanya tampak dekat. Namun apa ini? Hmm mungkin dia akan menanyakannya pada kak Alva nanti.

🍓🍓🍓

"Vi, temenin ke toilet yuk kebelet nih." ajak Dara pada Via yang sedang membaca novel kesayangannya itu. Mereka ini memang banyak memiliki kesukaan yang sama. Jadi sejalan gitu satu tujuan ga belok belok kaya game cacing.

"Apaansih Dar, toilet yang dekat gudang? Malas ah serem." Via bergidik ngeri membayangkannya. Pasalnya ia pernah mendengar gosip yang mengatakan bahwa kran air di toilet itu bisa hidup sendiri.

"Ih Vi, ayo. Toilet kelas 12 aja! Sekalian cuci mata liat kakel cogan!" desak Dara.

"Duh, Dar. Kan Ja-- Ayo!" ujar Via sambil menarik tangan Dara. Fikirannya seketika tertuju pada Alva, ya siapa tau dia bisa bertemu Alva nantinya.

Dara yang tangannya ditarik dengan begitu semangat oleh Via hanya bisa pasrah. Apa apaan Via ini? Kan Dara yang kebelet? Dan bukannya tadi dia menolak dengan berbagai macam alasan? tapi kenapa sekarang malah dia yang begitu antusias? Ck, aneh.

Saat ini Via sedang duduk di bangku panjang dekat toilet. Via celingak celinguk mencari keberadaan Alva namun nihil. Via menghela nafas kasar. Dia sudah bosan menunggu Dara. Ck, kenapa anak itu lama sekali? Bisa jadi fosil ia kelamaan nunggu disini.

Namun, gerutuannya berhenti ketika ia merasa bangku panjang ini seperti ada yang menduduki selain dirinya. Ia menoleh dan terkejut ketika mendapati senior yang ia cari tadi sudah duduk disebelahnya. Ia terdiam, bingung ingin bicara apa tapi kemudian ia membuka suara ketika sebuah pertanyaan yang sedari tadi sangat menggangunya melintas dikepalanya?

Via memain mainkan jarinya bingung. "Emmm, kak?" panggil Via menatap ujung sepatunya.

Alva yang awalnya sedang menatap kedepan itu seketika menoleh menatap lawan bicaranya. "Iya?"

Via akhirnya memberanikan diri menatap seniornya itu. "Kakak pacarnya Lala ya?" tanya Via.

Alva mengkerutkan dahi nya bingung. "Eh? Lala? Lala siapa?"

"Itu lho, Laudya temen sekelas aku, kelas X IPA 1." jelas Via.

Alva mangut mangut. "Oh Laudya! Bukan, kenapa emang?" ia ingat siapa orang yang dimaksud Via.

Via menatap Alva ragu. "Emm, tapi tadi aku denger dia berangkat sekolah bareng kakak."

"Ah! Itu! Tadi ga sengaja ketemu dijalan terus dia ga ada tumpangan jadi nebeng kakak deh." Jelas Alva yang membuat Via sedikit merasakan perasaan aneh. Seperti ada api yang membakar rongga dada nya. Panas mungkin? Semudah itu Alva mengiyakan permohonan Lala? Apakah Alva ini termasuk cowok fakboi?

SURRENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang