"Dirimu yang aku harapkan ada disana! Tetapi mengapa malah dia?"
🍓🍓🍓
"Mana ya kak Alva? Kok ga ada keliatan? Si chiKen juga katanya mau liatin kan bentar lagi giliran kelas gue." gumam Via sambil celingak celinguk mencari keberadaan mereka berdua.
"Selanjutnya tarik tambang putri kelas X IPA 1 melawan XII IPA 4. Kepada para pemain diharapkan segera memasuki lapangan" Ucap anak osis yang bertugas sebagai wasit itu.
"Ha? X IPA 4? Seriusan nih? Itukan kelasnya kak Alva." gumam Via mendengar kelas siapa yang akan menjadi lawannya itu.
Tidak lama kemudian tampak rombongan Safa bersama antek anteknya memasuki lapangan tempat pertandingan dimulai. Apa? Safa? Jangan bilang--Safa sekelas sama kak Alva????! Dan lawannya itu kelas gue?!
"Perwakilan diharapkan melakukan suit dan yang menang bebas menentukan tempat." ucap wasit kepada dua kelas yang akan bertanding itu.
Ucapan wasit itu membuat Via dan Safa maju. Sekarang mereka berdiri berhadapan.
"Hai bitch!" sapa Safa sinis. Namun Via hanya terkekeh, tidak menanggapi.
"Wah sok juga ya lo! Liat aja!" ucap Safa melihat respon yang diberikan Via.
"Udah deh kak waktunya keburu abis." Ucap Via lalu melakukan suit bersama kakak kelasnya itu. Dan yang menang adalah kelas Safa, tentu saja mereka memilih lapangan yang kering karena takut kotor. Cih, dasar cewek cewek alay tau gitu kenapa ikut sih?!
Langsung saja mereka mengambil posisi masing masing. Via diposisi paling depan kali ini karena tubuhnya tida cukup besar untuk menjadi pandal. Sebelum pertandingan itu dimulai Via sempat melihat sekitar, ia baru menyadari bahwa Alva dan Kenneth telah berada disini.
Alva hanya tersenyum padanya sedangkan Kenneth sibuk mengucapkan kata tanpa suara yang bisa ditebak oleh Via maksudnya adalah 'Harus menang kalo mau dapat hadiah!' begitulah sekiranya.
Permainan dimulai, Via sangat bersemangat mengeluarkan seluruh tenaganya apalagi mengingat lawannya saat ini adalah kakak kelasnya, Safa. Saat kelas Via hampir saja menyelesaikan pertandingan ini dengan kemenangan, safa dan teman temannya melepaskan tali itu secara tiba tiba membuat teman teman Via terdorong kebelakang sementara Via yang berada di posisi paling depan terpental kuat.
Orang orang langsung mengerumuninya. Kepalanya begitu sakit. Ia dapat mendengar Kenneth yang marah lalu membopongnya, terakhir kali yang ia lihat adalah wajah terkejut Alva. Lalu pandangannya buram, gelap seketika. Ia pingsan.
"Maksud kalian apa tadi? Kalian sengaja?" tanya Alva pada teman teman kelas ceweknya.
"Sengaja apanya sih Va? Kami tuh ngiranya pertandingannya udah selesai tadi makanya kami lepas." ucap Safa meyakinkan Alva.
"Yaudah gue mau liat Via dulu." ucap Alva ingin beranjak pergi menemui Via.
"Eh apaansih Va? Lo ga liat kita kita pada capek. Kita kan temen sekelas lo, dan lo juga udah lama ga ngumpul sama kita. Ga kangen? pokoknya lo ga boleh kemana mana!" tahan Safa.
Alva yang tidak bisa berbuat apa apa ketika mendengar penuturan teman sekelasnya itu hanya bisa diam. Ia sangat ingin menemui Via, sejujurnya ia cemburu melihat lelaki lain yang membopong Via. Terlebih lagi itu Kenneth, adik kelas yang berada satu tingkat dibawahnya dan partnernya dalam urusan pasus. Mungkin ia bisa menemui Via nanti. Ya, nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURRENDER
RomanceBaru 3 hari menjadi siswa baru, seorang kakak kelas telah menaruh hatinya pada Belvia Nindya Fredella? Apakah itu merupakan awal kebahagiaannya atau malah menjerumuskannya kedalam jurang masalah? Hubungan yang dibayang bayangi oleh orang orang di m...